NovelToon NovelToon
Istri Kecil Dokter Dingin

Istri Kecil Dokter Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Duda / Nikah Kontrak / Dijodohkan Orang Tua / Dokter
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Alin Aprilian04

Amira, wanita cantik berumur 19 tahun itu di jodohkan dengan Rayhan yang berprofesi sebagai Dokter. Keduanya masih memiliki hubungan kekerabatan. Namun Amira dan Rayhan tidak menginginkan perjodohan ini.

Rayhan pria berumur 30 tahun itu masih belum bisa melupakan mendiang istrinya yang meninggal karena kecelakaan, juga Amira yang sudah memiliki seorang kekasih. Keduanya memiliki seseorang di dalam hati mereka sehingga berat untuk melakukan pernikahan atas dasar perjodohan ini.

Bagaimana kisah cinta mereka selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin Aprilian04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ketuga

"Assalamualaikum!"

Suara Syaqil dan juga Raziq mengagetkan Amira serta Safira yang masih menangis bersama. Kedua pria itu mengucap salam dengan suara yang sangat kencang.

Pembicaraan keduanya akhirnya terpotong dan sulit untuk di lanjutkan lagi.

"Astagfirullah, kalian ngagetin aja deh!" ucap Amira kesal.

"Maaf yaa, sayang, eh!" Syaqil menggoda Amira. Pria itu membuka sepatunya hendak masuk ke dalam rumah Safira.

Sedangkan Amira mendelik kesal dengan panggilan sayang yang di lontarkan Syaqil.

"Sayang, sayang, pala Lu peang," sahut Raziq. Syaqil yang merasa kesal pun menegungkan kepala pria itu.

"Ayo masuk, jangan rusuh di luar," tutur Safira.

"Okey Tuan putri yang cantik." Raziq si pria tampan namun juga usil itupun menaik turunkan alisnya.

"Jijik banget.... " Safira cemberut, lalu mengalihkan pandangannya dari Raziq.

Raziq menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sedangkan kini giliran Syaqil yang menertawainya. Kedua pria itu memang secara terang-terangan menyukai kedua wanita cantik itu. Namun Amira dan Safira malah sebaliknya, merasa kesal karena selalu di goda oleh dua pria yang menjadi temannya itu. Namun terkadang hal ini menjadi lucu.

"Ini gue bawain dimsum mentai dan juga sushi tei paling enak di Bandung." Syaqil mengeluarkan dimsum itu dari plastik berwarna putih.

"Waaahhh, enak banget kayanya tuh," ujar Safira menatap binar makanan kesukaannya itu.

"Wahh, enak yaa kerja kelompok sama anak pejabat. Makan enak terus!" Goda Raziq.

"Mir, kalau gue jadi Lo, gue udah mau jadi pacarnya si Syaqil." Sambungnya.

Plak

Amira melemparkan pensil yang di pegangnya pada wajah Raziq kesal, "Euh ngeselin banget sih, Lo. Gak pernah absen ngomong gitu ke gue!" Kesalnya.

Semua orang tertawa termasuk Syaqil melihat Amira yang kini marah. Jarang sekali wanita itu marah ataupun mengomel.

"Galak juga yaa, Lu." Raziq mengusap keningnya.

"Karena Lo ngeselin!" ucap Amira memutar bola matanya.

"Yaudah kita mulai yuk ngerjain tugasnya." Sahut Safira.

Amira pun kini mengambil laptopnya yang ada di dalam tasnya. Lalu membuka benda itu untuk mulai mengerjakan semua tugasnya. Sejak kecil ia memang sangat suka belajar. Dari sekolah dasar hingga SMA ia tak pernah absen rangking satu. Hanya saja ketika di Paris kemarin belajarnya berantakan, urusan cinta membuat hidupnya jadi tak terarah.

"Mashaallah, kamu pinter banget, Amira!" Goda Syaqil.

Amira menghela nafas kesal, ia memutar bola matanya malas. Belum juga dia mengerjakan tugasnya, pria itu sudah membuat moodnya jelek.

"Tumben banget preman kampus bilang Masyaallah," sahut Raziq.

"Diem, Lu!"

"Kesambet kali, Ziq." Sahut Safira.

"Iya kali yaa," ucap Raziq.

"Coba Lu ruqyah temen Lo. Siapa tahu dia jadi bener hidupnya," ledek Safira.

"Hahahaha!" Raziq dan Safira tertawa puas.

Begitupun dengan Amira yang tertawa kecil mendengar penuturan temannya.

"Puas banget kalian ledekin gue!"

***

Jam kini menunjukan pukul 07.00 malam. Amira baru saja menyelesaikan kerja kelompoknya. Ia menghubungi Rayhan karena suaminya itu berjanji akan menjemputnya. Namun nyatanya Rayhan tidak bisa, pria itu sedang menangani pasien yang kritis hingga tak bisa di ganggu gugat.

Amira menghela nafas, ia sedikit kecewa. Namun ia berusaha menyadarkan dirinya bahwa menyelamatkan nyawa orang lain lebih penting dari pada menuruti egonya. Ia pun harus memahami pekerjaan Rayhan yang memang harus berkorban demi menyelamatkan nyawa seseorang.

Amira kini duduk di bangku kecil di teras rumah kontrakan Safira. Menatap dua teman prianya yang begitu menyebalkan.

"Udah sama gue aja, Mir. Gue Baek gak kaya preman kampus ini," ujar Raziq menawarkan diri dengan gayanya yang cengengesan.

"Anj, Lo!" Syaqil menjitak kembali kepala Raziq.

"Hussshh, istigfar. Gak baik ngomong kasar," ujar Amira.

Syaqil menyengir kuda seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena malu. Bisa-bisanya ia kelepasan berbicara kasar di depan wanita yang di sukainya.

"Tahu nih, kalian itu temen atau musuh sih?" gerutu Safira.

"Lebih tepatnya gue majikannya si Raziq babunya." Syaqil tertawa meledek.

"Gila aja, Lu." Raziq menonjok lengan kokoh Syaqil.

"Udah, Mir. Sama gue aja, gue orangnya amanah kok. Gue bakal nganter Lo sampai rumah. Tenang aja!" ujar Syaqil.

"Gak, gue mau naik taxi online aja." Tolak Amira.

Syaqil menghela nafas kasar, ia duduk dengan lemas di bangku sebelah Amira. Membujuk Amira bukanlah perkara mudah. Ia hampir saja kewalahan.

"Udah Lo sama gue aja, Mir. Bukan apa-apa, gue takut Lo kenapa-napa di jalan. Akhir-akhir ini banyak banget kejahatan. Lo emang gak takut naik taxi online sendirian? Gimana kalau Lo di hipnotis terus Lo di bawa ke suatu tempat yang sepi, atau Lo di tahan di ruangan bawah tanah yang gak akan ada orang yang nemuin Lo. Hayoo, emang Lo mau?" ujar Raziq.

"Iihh jangan nakut-nakutin gue dong. Gue kan jadi takut. Lagian pikiran Lo terlalu jauh, Ziq." Sahut Amira.

"Gue bukan nakutin, gue cuman mau Lo waspada aja. Lo liat aja berita sekarang  semuanya tentang pembunuhan."

"Yaudah deh, kalau Lo gak mau gue anter mendingan sama Raziq aja biar aman. Gue gak mau Lo kenapa-napa di jalan." Ujar Syaqil mengalah. "Pake mobil gue aja biar Lo gak sentuhan sama laki-laki jelek itu." Sambungnya meledek.

Raziq memutar bola matanya malas.

"Iya bener, Mir. Menurut gue juga mendingan Lo sama Raziq sih. Lo kan gak boleh naik motor juga. Kalau pakai taxi online juga lebih gak aman. Makin takut." sahut Safira.

Amira menghela nafas, ia menimba-nimba terlebih dahulu mana yang lebih baik menurutnya. Disisi lain ia memang takut jika naik Taxi online, tapi disisi lain juga ia tak mau bersama laki-laki lain selain suaminya. Tapi ini darurat, aahh semuanya terasa serba salah.

"Buruan nih, gue hitung sampai tiga. Kalau Lo gak mau juga gue tinggal aja lah. Bodo amat!" Kesal Raziq.

"Satu.... "

"Dua.... "

"Iya, iyaa. Ayo gue mau pulang sama Lo." Amira menatap Raziq seraya tertawa malu.

"Eeuuh dari tadi kek, dasar Amiraaa. Lu cantik tapi nyebelin." Gerutu Raziq.

"Udah Lo ikhlas gak anterin sahabat gue?" Sahut Safira.

"Iya, iya, cantik. Aku akan anter sahabat kamu sampai rumahnya yaa tenang aja. Semoga dengan ini kamu mau menatapku sedikit saja. Membuka hati untukku."

Amira tertawa mendengar gombalan Raziq pada Safira yang begitu geli. Menurutnya Raziq memang tampan dan lucu, tapi pria itu kurang elegan dalam mendekati wanita.

"Ish, berisik gak, Lo!" Kesal Safira menunjukan telunjuknya di hadapan Raziq.

"Lagian lebay banget sih Lo, Ziq." Syaqil menatap jijik sahabatnya itu.

Amira tak tahan, ia tertawa lepas hingga perutnya sakit. Melihat wajah Safira yang geli campur marah membuatnya lucu.

***

Rayhan kini masih berada di Rumah Sakit. Ia baru saja menangani pasien yang kritis akibat serangan jantung mendadak. Hari ini cukup melelahkan baginya, ia duduk di kursi kebesarannya mengistirahatkan tubuhnya yang terasa begitu lemas.

Ia mengadahkan kepalanya menatap langit-langit ruangannya. Lalu matanya menoleh pada jam dinding di belakangnya yang kini sudah menunjukan pukul 09 malam. Ia melihat handphonenya merasa khawatir karena Amira belum juga menghubunginya.

Namun tak sampai lima menit, suara getaran handphonenya terdengar. Dilihatnya ternyata sebuah panggilan telepon dari sang istri. Dengan cepat Rayhan pun segera mengangkatnya.

"Assalamualaikum,"

"Mas lagi di rumah sakit?"

Terdengar suara Amira yang begitu bergetar tak seperti biasanya. Istrinya itu pun tampak seperti tengah menangis terisak.

"Iya, Mas masih disini. Kamu kenapa nangis?"

"Temen aku kecelakaan, Mas. Tolong aku.... "

"Astagfirullah, sekarang kamu dimana?"

"Aku baru sampai di Rumah Sakit tempat kamu kerja, Mas. Aku di bawah!"

"Allahuakbar, Mas kesana sekarang!"

Rayhan dengan cepat berlari hendak ke lantai bawah dimana Amira berada disana. Jantungnya berdebar, ia takut Amira terluka atau terjadi sesuatu yang buruk pada istrinya.

Sesampainya di lantai bawah, Rayhan melangkahkan kakinya dengan cepat saat melihat pasien yang sedang terbaring di atas brankar dengan darah yang berlumuran di beberapa bagian tubuhnya. Matanya menatap nanar pada sang istri yang kini tengah berpelukan dengan seorang wanita. Ia pun segera menghampiri Amira.

"Sayang... "

Amira pun menoleh, menatap sosok laki-laki gagah di sebelahnya. Air mata Amira luruh begitu saja. Dan tanpa sadar ia pun segera memeluk Rayhan di depan banyak orang.

"Mas temenku kecelakaan.... " Amira  menenggelamkan wajahnya di dada bidang Rayhan.

"Tenangkan dulu dirimu, biar kita bicaranya tenang."

Rayhan memejamkan matanya. Tangannya mengelus lembut punggung istrinya tersebut mencoba untuk menenangkan. Ia bisa membayangkan betapa takutnya Amira, hingga telapak tangan wanita tersebut mendadak dingin dan bergetar.

Rayhan mencium kening Amira beberapa kali sebagai tanda rasa sayang yang tak terkira. Hingga suara seseorang berhasil menyadarkan keduanya.

"Mas Rayhan!"

Rayhan menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Matanya menatap seorang wanita yang kini tengah berdiri mematung menatapnya dengan terkejut.

Dada Rayhan berdebar, tak menyangka akan bertemu kembali dengan wanita yang menjadi adik iparnya setelah sekian lama tak berjumpa.

Mengapa Safira ada disini? Mengapa adik iparnya itu berpelukan dengan istrinya tadi?

Pertanyaan itu muncul di benaknya, membuat hatinya gundah, menakuti sesuatu yang tidak di inginkannya terjadi.

"Safira!" ucapnya spontan. Bahkan pegangan tangannya yang menyentuh Amira kini perlahan terlepas.

Amira menyipitkan matanya merasa heran. Ia menoleh ke arah Rayhan dan Safira silih bergantian. "Kalian saling kenal?"

Sedangkan Syaqil sejak tadi menatap bingung pada Amira yang saat ini berpelukan dengan laki-laki lain. Rasa cemburu seolah membakar jiwanya. Beberapa pertanyaan tiba-tiba saja muncul di benaknya. Siapa laki-laki itu?

Safira mengerutkan keningnya, raut wajahnya di penuhi dengan keterkejutan. "Di-dia yang aku ceritakan tadi, Mir."

Amira menutup mulutnya, matanya membulat tak menyangka. Yang di ceritakan tadi? Berarti?

"Maksud kamu Mas Rayhan adalah mantan Kakak ipar kamu?"

Safira mengangguk. Amira mematung tak percaya. Tubuhnya terasa lemas seketika. Dunia seakan runtuh menimpanya hidup-hidup.

Jadi yang selama ini menjadi sahabatnya itu adalah adik iparnya suaminya? Berarti Safira adalah orang yang ia cemburui selama ini?

"I-ini teman yang selalu kamu sebutkan?" Rayhan berbicara terbata-bata.

Amira mengangguk pelan, di iringi dengan mata yang berkaca-kaca. Hatinya hancur berkeping-keping. Bak serpihan kaca yang menggoresnya dengan membabibuta.

Begitupun Rayhan yang sama terkejutnya. Ia mematung menatap kedua wanita cantik itu silih berganti. Ia masih tak menyangka sahabat yang selama ini Amira selalu sebutkan ternyata Safira. Adik iparnya sendiri.

"Ini siapa kamu, Mir?" Safira menatap Amira, tangannya menempel pada lengan wanita mungil itu.

"Di-dia.... "

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!