Vivienne terbangun, dan melihat tempat itu berbeda dari rumahnya. Dia mengingat bahwa merayakan festival tahun baru untuk pertama kalinya. Di tengah keramaian yang penuh sesak itu, dia mengalami serangan panik dan penyakit nya asma yang mungkin membuat nya meninggal.
Vivienne melihat sekeliling, "Dimana aku?"
"Tentu saja di kamar anda, ya mulia," ucap seseorang membuyarkan lamunannya.
"Ya mulia? siapa aku?"
"Anda Ya mulia permaisuri Vivienne Greyhaven."
Vivienne seketika teringat sebuah novel yang berjudul I'm a villain mom. Dimana tokoh sang ibu mati dengan mengenaskan di tangan ketiga pangeran, anak-anak nya. Lalu bagimana nasib Vivienne sekarang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere Lumiere, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
[23] Hukuman Baron Lucius
Vivienne terlihat bersandar pada kursinya ketika acara telah berakhir dan satu persatu tamu undangan meninggalkan aula pesta.
"Hah… sangat melelahkan, mendengarkan suara-suara menjengkelkan itu," gumam Vivienne.
"Yah itu memang pekerjaan mereka," jawab Magnus datar penuh dengan intimidasi pada para bangsawan yang berlalu dari ruangan itu.
"Pekerjaan Ya Mulia, pekerjaan itu ya bertani, berdagang, menjadi kaisar misal nya, pekerjaan seperti itu akan menghancurkan hidup Anda," ujar Vivienne melipat kedua tangannya dan mendengus, karena sejak Baron Lucius datang hingga acara selesai mereka terus menggosipkan hal itu, sampai-sampai telinga Vivienne panas.
Tiba-tiba Asher menghampiri Vivienne dan memeluk kaki wanita itu, kemudian menutup mulutnya karena menguap.
Dia menatap Vivienne dengan sayu, "Mama, Asher mengantuk,"
Vivienne menoleh pada Asher, lalu tersenyum dan mengelus surai putranya, "Putra ku, kenapa tidak pergi bersama Lily," ujar nya menoleh pada pelayan pribadi Asher sekarang.
"Tidak mau, aku ingin bersama mama," ucap Asher mengucek matanya.
"Baiklah kalau bagitu, Ya Mulia kami akan pergi dulu," ajak Vivienne mengandeng tangan Asher, dan berpamitan pada Magnus.
Vivienne dan Asher meninggalkan ruangan perjamuan itu di ikuti oleh dua pelayan mereka, Anna dan Lily. Magnus hanya bisa melihat kepergian mereka dengan sedikit kecemburuan pada putranya, namun gengsi lebih tinggi dari cemburu. Sehingga dia tidak bisa menghentikan Vivienne dan Asher.
Sedangkan Orion nampak mendengus melihat interkasi antara ibu dan adik laki-laki nya itu. Karena dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang seperti itu, dia sedikit benci dengan pemandangan di depannya.
Orion ingin beranjak dari sana, namun langkahnya di hentikan oleh Magnus, "Orion… tunggu," panggil Magnus.
Orion menolah, dan mengerutkan keningnya, "Iya, Ya Mulia, ada yang ingin Anda katakan?"
"Dedikasi mu sudah bagus, jangan terlalu berkecil hati," ujar Magnus tidak enak hati dengan perkataan nya yang terakhir kali, hanya saja dia tidak ingin terlihat lemah di depan orang banyak.
"Terima kasih atas pujian Anda, Ya Mulia. Apakah masih ada yang ingin Anda katakan?" tanya Orion menunggu jawaban dari Magnus.
"Tidak, pergi lah," titah Magnus tanpa menoleh pada Orion.
Orion sedikit kecewa dengan Magnus, namun apa yang Orion ingin kan sebenarnya, permintaan maaf. Tak akan mungkin, Ayahandanya tidak akan meminta maaf padanya.
Orion kemudian menuruni tangga dengan lesu, tidak ingin mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi.
Setelah melihat kepergian putra sulungnya, dia kemudian beranjak ingin melihat bagaimana seorang kekasih yang terbuang itu bertahan di penjaranya.
Dia berjalan dengan cepat diikuti Thomas di belakangnya, hingga beberapa menit kemudian akhirnya mereka memasuki lorong penjara.
Yang pertama dia lihat adalah Kapten Elaric, kepala penjara sedang memegang pinggang nya menyaksikan penyiksaan seperti santapan setiap hari.
"Ya Mulia, Anda sudah datang," sapa Kapten Elaric membungkukkan tubuhnya ketika Magnus datang.
"Aku tidak menyangka, Ya Mulia Permaisuri tiba-tiba membersihkan semuanya," celoteh Kapten Elaric di dekat Magnus sembari menggelengkan kepalany.
Namun, Magnus tak bergeming dan menatap nyalang pada selingkuhan istrinya yang sekarang terikat di tembok penjara itu.
"Ambilkan aku kursi," titah Magnus pada Kapten Elaric.
Mendengar hal itu Kapten Elaric langsung melakukan titah Magnus dan berlari mencari kursi di minta Magnus.
Malam ini kaisar itu tidak menginginkan interogasinya, dia tau perbuatan Lucius dan Vivienne yang mempermainkan nya dan kini Magnus lah yang ingin mempermainkan Lucius, Magnus menyeringai.
"Ini Ya Mulia, kursi yang Anda inginkan," ujar Kapten Elaric meletakkan kursi itu di belakang Magnus.
"Bagus aku ingin melihat kalian memberikan hukuman cambuk,"titah Magnus menaikkan kaki kanannya ke kaki kirinya.
Para penjaga tahanan itu mulai membawa cambuk mereka pada Lucius yang nampak berkeringat dingin karena di gantung.
Lucius merasakan di gantung seperti ini saja sudah membuat kelelahan, apa lagi jika cambuk dengan tali nilon, membuat mata Lucius terbelalak membayangkan sakitnya.
"Tolong maafkan saya, Ya Mulia, saya tidak akan melakukan lagi, tolong lepaskan saya!" mohon Lucius dengan menggelengkan kepala dengan kencang.
"Apa? minta maaf, Heh… kau fikir aku bodoh, aku selama ini tidak bertindak karena permaisuri ku terlalu mencintaimu, tapi sekarang dia sudah sadar jadi aku bisa melakukan apapun sesuka hati ku sekarang,"
Magnus menurunkan kaki nya dan berjalan menghampiri para penjaga tahanan itu, karena dia sudah gatal ingin melukai Lucius dan menginjak-injak kepalanya yang menurut tidak punya pikiran mengoda permaisuri nya.
Karena selama ini dia terus menahan-nahan meskipun dia sudah muak dengan pembelotan Vivienne dan Lucius.
Magnus mengangkat cambuk itu tinggi-tinggi kemudian melayangkan pada tubuh Lucius, hingga pria itu meringis kesakitan.
Setelah beberapa kali melakukan nya Magnus cukup puas kemudian mengembalikan cambuk itu ke tangan penjaga tahanan.
Magnus kembali ke kursi dan menaikkan kaki kanannya ke kirinya. Tangannya di letakkan ke atas lututnya terlihat tenang dan berwibawa tanpa rasa takut melihat Lucius mendapatkan hukuman, justru dalam hati senang dengan tontonannya itu.
"Ya Mulia, bagaimana selanjutnya?" tanya Kapten Elaric membuyarkan perhatian Magnus.
"Aku ingin membuang nya ke pasar budak, biarkan dia tersiksa menjadi budak disana. Dan rampas semua asetnya, aku tau beberapa dari uangnya merupakan kas istana yang diberikan permaisuri," titah Magnus memberikan keputusan.
"Baik, akan kami laksanakan," jawab Kapten Elaric dengan hormat.
Magnus kembali fokus pada pemandangan di depannya kini Lucius sudah penuh dengan darah segar yang mengucur di tubuhnya, dia sudah lemas tak mampu bergerak lagi, hanya terdengar ringisan lemah dari bibirnya. Melihat hal itu Magnus mulai bosan.
"Terserah kalian mau apakan dia setelah ini, yang terpenting pastikan dia berada di pasar budak," ucap Magnus berdiri dari duduknya kemudian meninggalkan tempat itu.
*
Di tempat lain, Vivienne menepuk punggung Asher yang telah terlelap di ranjang nya setelah beberapa waktu lalu merengek meminta untuk tidur bersamanya.
"Anak ku, lucu sekali," ucap Vivienne tersenyum simpul dengan tetap menepuk punggung putra dengan lembut.
Tiba-tiba seseorang membuka pintu kamar nya yang membuat Vivienne takut kalau saja itu orang yang berniat buruk, namun dia baru ingat ada pengawal yang menjaga pintunya.
"Ah… mungkin Anna," gumam Vivienne masih menoleh pada pintu kamar nya.
Namun, ketika orang tersebut masuk, betapa terkejutnya Vivienne, ternyata kaisar dingin itu menemuinya dengan piyama tidurnya.
"Laki-laki ini, mengapa kesini dengan baju seperti itu, jangan-jangan…" gumam Vivienne dalam hati, dia mulai berspekulasi yang tidak-tidak, namun wanita itu dengan cepat menggelengkan kepalanya. Menghilang jauh-jauh pikiran buruknya.
"Ya Mulia?"
Magnus tak menjawab, malah menoleh pada Asher yang sudah terlelap, "Anak itu sudah tidur?" tanya Magnus.
"Iya Ya Mulia, ada apa gerangan Anda datang kesini?" sahut Vivienne gugup, takut salah bicara lagi seperti waktu sebelum-sebelumnya.
"Aku…"
ingat qmampir thor.
jangan setengah2 ya thor.