NovelToon NovelToon
Gadis Centil Milik CEO Dingin

Gadis Centil Milik CEO Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:14.7k
Nilai: 5
Nama Author: siti musleha

Di dunia ini, tidak semua kisah cinta berawal dari tatapan pertama yang membuat jantung berdegup kencang. Tidak semua pernikahan lahir dari janji manis yang diucapkan di bawah langit penuh bintang. Ada juga kisah yang dimulai dengan desahan kesal, tatapan sinis, dan sebuah keputusan keluarga yang tidak bisa ditolak.

Itulah yang sedang dialami Alira Putri Ramadhani , gadis berusia delapan belas tahun yang baru saja lulus SMA. Hidupnya selama ini penuh warna, penuh kehebohan, dan penuh canda. Ia dikenal sebagai gadis centil nan bar-bar di lingkungan sekolah maupun keluarganya. Mulutnya nyaris tidak bisa diam, selalu saja ada komentar kocak untuk setiap hal yang ia lihat.

Alira punya rambut hitam panjang bergelombang yang sering ia ikat asal-asalan, kulit putih bersih yang semakin menonjolkan pipinya yang chubby, serta mata bulat besar yang selalu berkilat seperti lampu neon kalau ia sedang punya ide konyol.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siti musleha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 31 Alira Vs clarisa

Keesokan harinya, Alira berangkat ke kampus dengan semangat baru. Sejak pertemuannya dengan Clarisa kemarin, hatinya seperti menyala. Ia tidak lagi sekadar datang untuk duduk di kelas, tapi sudah menaruh tekad kuat: ia ingin belajar sungguh-sungguh. Ia ingin membuktikan pada dunia, terutama pada Clarisa, bahwa dirinya bukan anak kecil yang bisa diremehkan.

Namun, semangat itu diuji lebih cepat dari dugaan.

Jam istirahat siang, Alira bersama kelompoknya memutuskan berkumpul di perpustakaan untuk mencari referensi tugas bisnis. Rani sibuk dengan laptopnya, Dika mencari buku, sementara Alira mencatat poin-poin ide yang muncul.

Suasana cukup kondusif… sampai suara derap langkah heels kembali terdengar. Suara yang sama persis seperti kemarin.

Rani langsung mendesah. “Jangan bilang itu…”

Alira spontan menoleh. Dan benar saja, sosok Clarisa kembali muncul. Kali ini, penampilannya lebih mencolok. Blazer putih ketat dengan rok pensil hitam, rambut disanggul elegan, dan perhiasan yang menyilaukan mata. Semua mahasiswa yang sedang membaca sontak menoleh.

“Ya Tuhan, dia datang lagi?” gumam Rani.

Alira mencoba tenang, meski jantungnya berdegup kencang. Kenapa sih harus selalu muncul di hadapanku?

Clarisa melangkah mantap menuju meja Alira. Senyumnya manis, tapi sorot matanya tajam menusuk.

“Oh, ternyata benar. Kamu memang serius kuliah di sini, Alira,” ucapnya, suaranya cukup keras untuk didengar beberapa mahasiswa di sekitar.

Alira berdiri, mencoba menahan diri agar tidak terbawa emosi. “Iya, Kak. Kenapa? Ada yang salah?”

Clarisa menatap meja penuh buku mereka lalu terkekeh kecil. “Lucu sekali. Kamu yang biasanya hanya sibuk dengan… apa ya? Oh, dunia kecil rumah tangga, sekarang sok-sok bicara bisnis.”

Rani langsung berdeham kesal. “Eh, maaf ya, Mbak. Tapi Alira punya hak yang sama untuk belajar di sini. Nggak ada yang salah dengan itu.”

Clarisa melirik Rani dengan senyum tipis. “Oh, jadi kamu teman baiknya sekarang? Hati-hati, dek. Jangan sampai kebawa arus orang yang hanya numpang nama suami untuk kelihatan hebat.”

Ucapan itu menusuk. Beberapa mahasiswa sampai menoleh penasaran. Wajah Alira memerah, bukan karena malu, melainkan amarah.

Alira melangkah maju, berdiri tepat di hadapan Clarisa. Suaranya tenang, tapi matanya berapi-api. “Kak Clarisa, terima kasih atas perhatianmu. Tapi aku kuliah di sini bukan untuk numpang nama siapa pun. Aku kuliah untuk diriku sendiri. Kalau aku memang istri orang, itu bonus, bukan alasan.”

Clarisa tersenyum sinis. “Oh begitu ya? Tapi sayang sekali, Alira… dunia bisnis itu bukan dunia main-main. Kamu bisa baca seribu buku pun, tetap saja butuh pengalaman. Sedangkan aku—” ia menepuk dadanya pelan, “sudah terbukti di lapangan.”

Beberapa mahasiswa berbisik-bisik, sebagian tampak terkesan dengan Clarisa. Tapi Alira tidak menyerah. Ia mendekat sedikit, menatap Clarisa tanpa gentar.

“Kalau begitu, kita lihat saja nanti siapa yang lebih bisa membuktikan diri. Aku tidak takut.”

Rani menarik lengan Alira pelan. “Ra, cukup. Jangan terpancing.”

Namun Clarisa justru semakin puas melihat Alira emosi. Ia mendekat, membisikkan kalimat yang hanya bisa didengar Alira.

“Kamu pikir Adrian benar-benar menganggapmu setara dengannya? Bangunlah, Alira. Kamu hanya hiburan, bukan pasangan sejajar.”

Kalimat itu bagai pisau menancap di hati. Alira terdiam, darahnya mendidih.

Ia menatap Clarisa dengan senyum kaku. “Terima kasih atas masukannya, Kak. Tapi aku yakin, suamiku lebih tahu siapa yang pantas ada di sampingnya.”

Clarisa menegakkan badan, lalu melangkah pergi dengan gaya anggun. Namun sebelum benar-benar keluar, ia menoleh dan berkata lantang, “Semoga sukses, Alira. Semoga tidak menangis di tengah jalan.”

Begitu Clarisa pergi, Alira langsung duduk kembali, bahunya sedikit gemetar. Rani menepuk tangannya. “Ra… jangan dimasukin hati, ya? Orang kayak dia emang suka merendahkan orang lain biar kelihatan di atas.”

Alira menarik napas panjang, berusaha menahan air mata. “Aku nggak apa-apa, Ran. Justru ini makin bikin aku yakin. Aku nggak boleh nyerah, aku harus buktiin dia salah.”

Dika yang sejak tadi diam, tiba-tiba angkat bicara. “Aku kagum sama kamu, Alira. Kamu berani ngelawan Clarisa di depan umum. Banyak orang pasti ciut.”

Alira tersenyum hambar. “Aku cuma nggak mau diinjak-injak. Lagipula… aku punya alasan kuat untuk tetap berdiri.”

“Suamimu, ya?” tanya Dika pelan.

Alira mengangguk. “Iya. Aku mau tunjukkan aku pantas berdiri di sampingnya, bukan cuma numpang nama.”

Dika menunduk sebentar, lalu kembali menekuni bukunya. Namun sorot matanya jelas menyimpan kekaguman yang tak bisa disembunyikan.

Seperti biasa, Adrian menjemput Alira di gerbang kampus. Namun kali ini suasananya berbeda. Beberapa mahasiswa masih membicarakan pertengkaran kecil antara Alira dan Clarisa di perpustakaan. Bahkan ada yang sengaja berbisik-bisik saat melihat Alira masuk ke mobil hitam itu.

“Ra, kamu jadi pusat perhatian banget,” bisik Rani sebelum berpisah.

Alira hanya tersenyum tipis. “Biarin aja. Yang penting aku nggak salah.”

Mobil melaju pelan meninggalkan kampus. Adrian melirik istrinya yang tampak murung.

“Ada apa?” tanyanya singkat.

Alira menggigit bibir. “Aku ketemu Clarisa lagi, Mas.”

Adrian terdiam sejenak, ekspresinya menegang. “Dan?”

“Dia nyindir aku lagi. Di depan banyak orang. Katanya aku cuma numpang nama Mas, katanya aku nggak akan sanggup bersaing.” Suara Alira bergetar, tapi matanya menatap Adrian dengan penuh tekad. “Aku janji, Mas. Aku bakal buktiin ke dia, ke semua orang… kalau aku bukan cuma istri kecil yang nggak bisa apa-apa.”

Adrian tidak langsung menjawab. Tatapannya lurus ke jalan, tapi jemarinya yang menggenggam setir sedikit mengencang.

“Jangan terlalu pedulikan omongan Clarisa,” ucapnya akhirnya, suaranya rendah tapi tegas. “Dia memang terbiasa meremehkan orang. Yang penting, kamu fokus ke tujuanmu.”

Alira menoleh, terkejut. “Jadi… Mas nggak marah aku tadi sempat melawan dia?”

Adrian menoleh sekilas, menatap mata istrinya dengan sorot dalam. “Kenapa harus marah? Justru aku ingin tahu, seberapa jauh kamu bisa bertahan.”

Alira tertegun. Jantungnya berdegup lebih cepat. Ada ketegangan, ada tantangan, tapi juga ada secercah pengakuan dari pria dingin itu.

Sepanjang perjalanan, Alira tidak lagi bicara banyak. Kepalanya dipenuhi bayangan wajah Clarisa yang penuh kesombongan, juga kata-kata pedasnya yang terus terngiang. Tapi di balik itu semua, ada satu hal yang semakin menguat: tekad untuk membuktikan diri.

Dan entah kenapa, sorot mata Adrian barusan memberi Alira energi baru.

Baiklah, Clarisa. Kalau ini perang, aku siap. Aku akan tunjukkan siapa sebenarnya yang pantas berdiri di sisi Adrian.

Mobil hitam itu terus melaju di bawah langit senja, membawa Alira ke arah takdir yang mulai terbentuk sebuah jalan penuh persaingan, luka, sekaligus cinta yang semakin bergejolak.

Jangan lupa like readers,🌹

1
Ahn Mo Ne
Dari awal si ulet bulu bikin heboh bilang di media sebagai tunangan Adrian atau calon istri Adrian, tapi nyatanya Adrian sendiri gak klarifikasi tentang berita yng sengaja di buat ulet bulu.
coba klo dia klarifikasi dan membantah semua berita itu emangnya Adrian gak berfikir klo alira bakal liat berita yng di buat ulet bulu.
Adinda
lanjut thor
Ahn Mo Ne
Greget aku sama Adrian bilang gak mau sama si ulet bulu tapi ngebiarin ulet bulu selalu ada di sisinya dan gak ada klarifikasi ulah ulet bulu yng selalu bilang tunangannya Adrian.
emang Adrian gak mikir klo alira bisa aja liat beritanya
Nadira ST
mbok Yo thor bikin karakter Adrian tegas bikin emosi aja
Nadira ST
Adrian jadi laki letoy katanya konglomerat apaan koneksi payah
Nadira ST
ini juga nenek lampir emak gendeng,Adrian kamu pura2 gila aja biar emak mu menyesal,Clarisa pasti kabur lihat kamu gila
Nadira ST
langsung sikat aja,kebanyakan du bacot kamu Adrian
Ahn Mo Ne
kenapa Adrian gak klarifikasi.
dan emak lampir jangan-jangan klo si ulet bulu itu anak rahasia nya
Ahn Mo Ne
kenapa gak tegas sama si ulet bulu kasih pelajaran kek bikin keluarga nya bangkrut kek atau gimana kek.
greget aku sama Adrian bisanya cuma marah-marah sama ulet bulu tapi gak ada tindakan
Adinda
alira sama kevin saja buat apa sama Andrian tidak ada pendirian
Ahn Mo Ne
pasti kelakuan emak lampir itu yng melakukan semuanya biar semua orang tau klo ulet bulu itu tunangannya Adrian 😡😡
Adinda
Alira lebih baik kamu fokus kepada tujuanmu lupakan Adrian,andrian Saja tidak pernah membelamu didepan ibunya dan pelakornya
Ahn Mo Ne
coba dari awal Adrian tegas sama 2 perempuan dajjal itu, tekanan dari nenek lampir yng selalu datang ke kampus alira.
gadis seceria seperti alira juga pasti akan tertekan di tambah masalah perjodohan emaknya terlalu ikut campur
Adinda
bagaimana orang tua Adrian pinginnya sinenek lampir diusir lakinya karena menghancurkan rumah tangga anaknya
Adinda
buat pelakor miskin kalau kamu cinta sama alira istrimu Andrian
_strawberyyy20
thorr pertemukan mereka lagi ya nantiii,,jngn di pisahin plizzz ,,aku pengen ending ny mereka bahagia bersamaan dan si ularr dan Mak lmpir ituu menderita
Ahn Mo Ne
Sukurin...
salah sendiri kurang tegas sama ibunya sendiri dan mantan
Adinda
Mampus kau andrian,semoga nenek gayung dimarahin lakinya karena mendukung pelakor
Ahn Mo Ne
Adrian bodoh dia bisa ngalahin seto tapi gak bisa tegas sama masa lalunya lagian siapa juga yng tahan klo masa lalu masih menghantui
Adinda
semoga suami mama andrian selingkuh biar tau rasanya jadi alira disuruh pisah dari suaminya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!