Season kedua dari "Two Promises"
Musim panas telah berlalu, dan Minamoto Haruki akhirnya berhasil menjalin hubungan dengan Yoshimoto Sakura. Namun, perjalanan waktu Haruki untuk menyelamatkan kekasihnya baru saja dimulai.
Seiring berjalannya waktu, bayang-bayang masa lalu mulai mengancam kebahagiaan mereka. Haruki harus menghadapi konflik internal keluarga Yoshimoto yang gelap, dan yang lebih mengerikan, rahasia besar yang selama ini disembunyikan Sakura mulai terungkap perlahan.
Akankah Haruki mampu mengungkap kebenaran dan mengubah takdir yang menanti? Atau, akankah usahanya sia-sia, membawa mereka pada akhir yang tragis seperti di masa lalu?
Saksikanlah perjuangan mereka dalam 'Two Promises 2"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penulis Anonim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(Part 2) Ch. 30 - Wajah yang Tanpa Senyuman
[24 Maret — 2016]
[•] Kamar Apartemen Minamoto Haruki
*POV Haruki
Aku kembali membuka mataku setelah memejamkannya selama semalam, langit-langit kamar apartemenku masih saja sama seperti biasanya.
Aku bangun dari tempat tidurku dan mulai bersiap-siap untuk memulai hari.
"......."
Mulai dari membereskan tempat tidurku, mandi, sarapan, dan mengenakan seragamku.
"Yosh! begini sudah cukup!" ucapku di depan cermin di lemari-ku.
Aku bertolak, mengambil tas-ku dan pergi ke depan pintu untuk membukanya dan pergi ke sekolah.
Saat tanganku hendak meraih gagang pintu, mendadak diriku terbawa ke dalam tempat dengan warna putih sejauh mata memandang.
"Yo, Haruki-kun. Lama tidak bertemu!" sahut seseorang di belakangku.
Aku tersenyum tipis sebelum berbalik dan melihat wajahnya.
"Lama tidak bertemu ya, Sakura dari masa depan!"
Sosok yang berada di hadapanku saat ini adalah Sakura yang sudah mati di masa depan dari garis dunia sebelumnya—sosok itu tersenyum manis padaku.
"Bagaimana kabarmu, Haruki-kun?"
"Seperti yang terlihat, Sakura. Aku baik-baik saja."
Sejak kemunculannya saat beberapa hari sebelum festival sekolah waktu itu, dia mulai sering muncul di hadapanku setiap beberapa kali dalam sebulan.
Pada setiap kemunculannya, kami hanya membicarakan hal-hal yang seperti biasanya.
Bahkan pada saat aku hendak mengalihkan topik untuk mendapatkan petunjuk tentang rahasia yang Sakura sembunyikan—dia langsung menghentikan pembicaraan dan menghilang begitu saja.
"Jadi... apa tujuanmu muncul di hadapanku kali ini, Sakura?—untuk membicarakan hal yang seperti biasanya?"
Aku bertanya seperti biasa padanya, namun jawaban yang dia berikan kali ini membuatku sedikit terkejut.
"Tidak. Bukan itu tujuanku muncul kali ini, Haruki-kun," jawabnya setelah menggelengkan kepala.
"Apa maksudmu, Sakura?" tanyaku lagi.
Dia tersenyum tipis selama beberapa saat sebelum menjawab pertanyaanku.
"Aku datang kali ini karena merasakan sedikit keanehan pada diriku di garis dunia ini, Haruki-kun."
Jawabannya membuatku terdiam dengan mulut menganga.
Keanehan pada dirinya di garis dunia ini?
"Keanehan seperti apa maksudmu, Sakura?"
"Aku tidak tahu, Haruki-kun. Aku hanya bisa merasakan kalau diriku di garis dunia ini sedang mengalami kesulitan."
Dia berdiri menghadapku, namun matanya terus menatap ke bawah saat menjawab pertanyaanku.
Aku menghela napas sebelum kembali berbicara padanya.
"Kesulitan... ya? ...apa itu ada hubungannya dengan 'Rahasia' yang dirimu sembunyikan itu?"
Dia berbalik membelakangiku setelah mendengar pertanyaanku, beberapa saat setelahnya dia pun menjawab dengan tempo yang agak pelan.
"Um... mungkin?—tapi, aku masih kurang mengetahuinya."
Mendengar jawaban darinya, aku kembali merenung.
Kenapa dia bisa muncul di hadapanku?
Apa karena jiwanya ikut terbawa saat aku kembali ke masa lalu?—atau mungkin karena hal yang lain?
"Naa... kenapa tidak kamu beri tahu saja aku tentang 'Rahasia' itu?"
Dia menggelengkan kepalanya, "Tidak bisa, Haruki-kun. Aku tidak bisa memberi tahumu," jawabnya.
"Kenapa, Sakura? apa karena si 'Dewa Waktu' itu?"
Dia tidak menjawab pertanyaanku sama sekali, dia hanya mengangguk sebanyak satu kali.
Aku menghela napas panjang karena sedikit kecewa saat dia menganggukkan kepalanya.
"Sebenarnya siapa 'Dewa Waktu' itu? kenapa dia seperti sosok yang bisa melakukan segalanya?" gumamku.
Dengan tetap berdiri membelakangiku, dia menghilang beberapa saat kemudian.
Setelah dia menghilang, aku kembali ke dalam kamar apartemenku.
Aku menoleh ke belakang dan menatap jendela apartemen-ku yang masih tertutup.
"Kesulitan... ya?"
Setelah itu aku keluar dari apartemen-ku dan langsung pergi ke sekolah.
* * *
BEBERAPA MENIT SETELAHNYA....
[•] SMA Hoshizora
Hoshizora Kōkō, tempat di mana aku dan Sakura bertemu, baik itu di garis dunia ini maupun yang sebelumnya—saat ini aku berdiri di depan gerbangnya.
Sambil memandang ke atas gerbang, aku kembali terpikirkan dengan sisa waktuku yang semakin menipis.
Saat aku fokus memikirkan hal tersebut, seseorang membisikkan sesuatu di telingaku.
"Besok, akhirnya kelulusan untuk kita tiba, ya, Haruki-kun?"
Aku langsung menjauh dan menoleh sambil menutup telingaku yang dibisikkan.
"Sakura! jangan jahil dong!"
Orang itu adalah Sakura, dia tertawa kecil setelah berhasil menjahiliku.
"Maaf, maaf, Haruki-kun. Habisnya kamu terlihat serius begitu. Memangnya kamu sedang memikirkan apa sih?"
Sambil menahan tawanya, Sakura mengatakan itu padaku.
Aku memalingkan wajahku, "Tidak juga... aku tidak memikirkan apa pun, kok, Sakura!"
Sakura mendekatkan wajahnya padaku sambil tersenyum curiga.
"Umm... apa itu benar, Haruki-kun, hm?"
Aku menaruh telapak tanganku ke wajahnya, lalu menjauhkannya dari pandanganku sambil berkata.
"Sudahlah hentikan itu, Sakura. Aku tidak bohong sama sekali!"
Sakura melangkah mundur 2 langkah—menyilangkan tangan di dadanya, kemudian mengangguk.
"Baiklah, aku paham, Haruki-kun!" ucapnya.
Tapi wajahmu tidak mengatakan itu, Sakura!
Meskipun begitu aku masih tidak mempercayainya sama sekali... kalau Sakura mengalami kesulitan saat ini.
"Ah!"
Tanpa aku sadari sejak Sakura berbisik di telingaku, Hana dan Megumi sudah berdiri di belakang Sakura sejak momen itu.
Mereka berdua tersenyum sambil menatapku dengan tajam.
"Masih pagi sekali, kalian sudah mulai bermesraan ya, Haruki-chan!" ujar Megumi.
"Itu benar. Kau terlalu bersemangat, Haruki!" sahut Hana.
Eeeehhhhhh....
Dan setelah itu, aku mendapatkan sedikit ceramah dari mereka berdua.
* * *
BEBERAPA JAM KEMUDIAN....
[•] Kafe
Selepas pulang sekolah, aku mengajak Sakura berkencan di kafe yang biasa aku kunjungi—di sana suasananya cukup tenang sehingga bisa menjadi pelepas penat yang cukup setelah pulang sekolah.
"Nee, Haruki-kun. Tumben sekali kamu mengajakku kencan di tempat ini... ada apa denganmu?"
Sambil memotong kue dengan sendoknya, Sakura mengatakan itu.
Aku pun menjawab setelah mengesap kopi susu yang telah aku pesan.
"Tidak... tidak ada alasan tertentu. Aku hanya ingin menunjukkan kafe ini padamu, Sakura. Kan baru pertama kali kita kencan di sini? sesekali aku ingin mengajakmu ke sini dan saling berbincang seperti biasanya."
Sakura mengambil suapan pertamanya sebelum menjawab pertanyaanku—wajahnya tersenyum menikmati kue yang dia pesan sendiri.
"Yah... aku rasa kafe ini tidak buruk juga, Haruki-kun. Kamu memangnya sering ke sini?"
"Terkadang aku ke sini saat setelah melewati kelas yang rumit di sekolah, Sakura. Karena di sini aku bisa menghilangkan rasa penatku itu."
Sakura hanya mengatakan "Ohh" dan lanjut menyantap kuenya—dia menyantapnya dengan cepat sampai tersisa suapan terakhir di sendoknya.
"....Naa, Sakura. Boleh aku bertanya satu hal?"
Sakura menghentikan gerakan tangannya hendak memasukan suapan terakhir ke dalam mulutnya.
"Apa yang ingin kamu tanyakan, Haruki-kun?" tanyanya.
"Bukan hal terlalu penting sih, tetapi... katakanlah padaku kalau kamu sedang mengalami kesulitan. Mau itu sekecil apa pun, aku akan membantumu melewatinya, Sakura."
Sakura kembali menaruh sendok yang berisi suapan terakhir kue yang dia pesan beberapa menit yang lalu—dia menunduk menatap kue itu selama beberapa saat.
"....Tidak. Aku tidak sedang mengalami kesulitan kok, Haruki-kun."
Sakura mengatakan itu sambil tetap menatap suapan terakhir kue di depannya—selang beberapa saat dia memakan suapan terakhir itu.
Setelah itu, Sakura tak lagi mengatakan apa pun kepadaku—hanya menunjukkan wajahnya yang tanpa senyum itu.
Aku berpikir "Apa mungkin hanya perasaanku saja Sakura seperti sedang menyembunyikan sesuatu dariku?"
Sore hari yang singkat di kafe itu pun terlewati dengan beberapa pertanyaan yang masih tertahan di bibirku.
Dan hari esok pun tiba, hari kelulusan kami dari sekolah kami, Hoshizora Kōkō.
Bersambung....