NovelToon NovelToon
Istri Bayangan

Istri Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Seroja 86

Nindya adalah wanita empatik dan gigih yang berjuang membesarkan anaknya seorang diri. Kehidupannya yang sederhana berubah ketika ia bertemu Andrew, pria karismatik, mapan, dan penuh rahasia. Dari luar, Andrew tampak sempurna, namun di balik pesonanya tersimpan kebohongan dan janji palsu yang bertahan bertahun-tahun.

Selama lima tahun pernikahan, Nindya percaya ia adalah satu-satunya dalam hidup Andrew, hingga kenyataan pahit terungkap. Andrew tetap terhubung dengan Michelle, wanita yang telah hadir lebih dulu dalam hidupnya, serta anak mereka yang lahir sebelum Andrew bertemu Nindya.

Terjebak dalam kebohongan dan manipulasi Andrew, Nindya harus menghadapi keputusan tersulit dalam hidupnya: menerima kenyataan atau melepaskan cinta yang selama ini dianggap nyata. “Istri Bayangan” adalah kisah nyata tentang pengkhianatan, cinta, dan keberanian untuk bangkit dari kepalsuan yang terselubung.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seroja 86, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Awalnya ia mendekat dengan ragu, tapi perlahan Andrew menemukan ketenangan yang tak pernah ia kenal sebelumnya.

Dunia bisnis, intrik rumah tangga, bahkan bayangan tentang Michelle dan Cintya tetap menghantui, tapi di hadapan ustadz, Andrew belajar menaruh semua itu sejenak.

Malam itu, ia kembali menatap layar ponselnya. Jarinya sempat ragu ketika hendak menghubungi Nindya.

Beberapa kali ia mengetik lalu menghapus kalimat. Biasanya, Andrew memulai dengan sapaan singkat atau sekadar menanyakan kabar Yudith.

Tapi kali ini, entah mengapa, kata yang terlintas pertama kali bukan bahasa Inggris yang biasa ia pakai, melainkan sesuatu yang baru ia pelajari.

“Assalamu’alaikum, Nindya.”

Ia menatap pesan itu lama sebelum menekan tombol kirim. Jantungnya berdegup, seakan sebuah kalimat sederhana bisa mengubah banyak hal.

Tak lama kemudian, layar ponselnya bergetar. Balasan masuk.

“Wa’alaikumussalam, Drew…?”

Andrew tersenyum tipis, bisa membayangkan wajah terkejut Nindya membaca salam itu. Ia segera mengetik lagi, mencoba tetap santai.

“Ini benar kamu kamu kan Drew.”Balas Nindya sepertu tidak yakin bahwa yang mengirim pesan adalah Andrew tang ia kenal.

Tidak lama balasan pun datang,

"Iya aku Andrew .. Kaget ya?."

Di seberang sana, Nindya menatap layar ponselnya dengan perasaan campur aduk. Ada haru yang menyeruak, sekaligus tanda tanya besar.

Sejak kapan Andrew belajar mengucapkan salam itu? Apa benar ia sungguh-sungguh tahu arti apa yang ia tuliskan atau sekedar ikut ikutan tanpa pernah tahu arti di baliknya.

Pesan singkat itu, yang tampak sederhana, justru mengguncang hati Nindya. Sebuah isyarat bahwa ada sesuatu yang berbeda.

Ada sesuatu yang sedang ia perjuangkan, diam-diam, tanpa pernah ia ceritakan sebelumnya.

Keesokan kantor terasa ramai seperti biasa, suara telepon bersahutan, pegawai lalu-lalang membawa berkas.

Nindya baru saja keluar dari ruang rapat ketika ia melihat Andrew hendak masuk ke pantry.

Nindya menyusul masuk kedalam pantry yang saat itu hanya mereka berdua disana

Ia mendekat, lalu berdiri di sampingnya. “Andrew.” Suaranya tenang, tapi ada nada yang membuat Andrew menoleh cepat.

“Ya Nin?” Ia mencoba tersenyum, seolah tidak ada yang ganjil.

Nindya menatapnya dalam.

“Semalam benar kamu yang menulis pesan itu?."

Ia berhenti sejenak, memastikan Andrew benar-benar mendengarnya.

“Kamu tahu apa arti kata itu?, Atau kamu hanya menirukan tanpa mengerti?”

Andrew terdiam. Jari-jarinya menggenggam gelas kopinya lebih erat. Ia tahu sadar pertanyaan itu pasti akan datang.

“Aku tahu, dan aku sadar bukan sekedar menirukan." Sahut Andrew akhirnya.

Andrew menarik napas panjang.

"Aku tahu maknanya karena aku belajar."

“Belajar? dari siapa?” nada suara Nindya sedikit keras karena terkejut.

Andrew akhirnya menyebut nama itu.

“Johan ..dia yang membawaku bertemu seorang ustadz, Beliau yang membimbingku belajar dari hal yang paling dasar.”

Nindya membeku. Kata-kata Andrew seperti tamparan halus. Bagian dirinya ingin percaya, bagian lain masih bertahan dengan ragu.

“Kenapa kamu tidak cerita sejak awal?” bisiknya.

“Bukankah ada idiom talk less do more?, aku ingin lebih baik banyak bertindak daripada berkata kata."

Kantor tetap ramai di sekitar mereka, tapi di titik itu seolah hanya ada dua orang. Nindya menelan ludah, jantungnya berdetak cepat.

" Andrew kamu serius?.kamu tahu konsekuensinya kan?!."

Andrew mengangguk, sorot matanya tak lagi bisa disembunyikan.

“Tentu ..segala tindakan ada konsekuensinya, dan aku tahu konsekuensi atas tindakan yang aku ambil, kamu tidak usah khawatir.”

Nindya yang penasaran ingin segera tahu cerita lengkapnya, dan yang tahu seluk beluknya adalah Johan.

Saat jam istirahat tiba Nindya bergegas melangkah menuju kantin berharap dapat bertemu Johan disana.

Setelah mebayar makanan yang ia pesan, ia memilih meja paling ujung sehingga pandangannya leluasa memperhatikan orang yang keluar masuk kedalam kantin.

Namun hingga suapan terakhir ia tidak kunjung menemukan sosok yang ia cari, akhirmya dengan hati masygul ia keluar dari kantin.

Saat di lorong menuju ruangannya ia bertemu dengan rekan yang satu divisi dengan Johan tanpa membuang kesempatan ia menanyakan keberadaan Johan.

"Dia kan on leave sampai tiga hari kedepan." Jawab rekan Johan.Setelah mengucapkan terima kasih Nindya bergegas masuk kedalam ruangannya.

Hari-hari Andrew terasa berbeda sejak ia mulai rutin mendatangi rumah kecil di pinggir kota, tempat Ustadz Hasan biasa mengajar.

Suasana sederhana itu menenangkannya—rak buku berisi kitab, karpet yang digelar, serta secangkir teh hangat yang selalu disuguhkan setiap kali ia datang.

Awalnya Andrew hanya mendengarkan.Ia menuliskan kata-kata yang asing di telinganya, mencoba mengeja pelan dengan aksen khasnya.

Tapi semakin sering ia hadir, semakin ia merasa ada sesuatu yang memikat, sesuatu yang tak bisa dijelaskan hanya dengan logika.

Ustadz Hasan bersikap sabar, tak pernah menuntut Andrew untuk segera mengambil keputusan. “Ilmu itu seperti air,” katanya suatu sore,

Andrew mengangguk, menyimpan nasihat itu dalam-dalam. Ia tahu jalan ini bukan sekadar demi Nindya, melainkan sesuatu yang perlahan-lahan tumbuh dari dalam dirinya.

Di sisi lain, Nindya mulai merasakan perubahan itu. Ia melihat Andrew lebih hati-hati saat berbicara, kadang menyelipkan kata-kata yang membuatnya terkejut.

Suatu malam, saat Andrew menghubunginya lewat pesan, ia kembali mengucap salam.

Hati Nindya bergetar, tapi juga was-was. Ia menceritakan kegelisahannya pada sahabat dekatnya, Nia.

“Nia, aku takut… takut kalau semua ini cuma karena aku"

Nia menatapnya lembut.

“Andrew orang terpelajar, dia tahu apa yang ia lakukan sebelum ambil keputusan ini pastinya dia sudah pertimbangkan masak masak Nind.”

"Iya sih Nia, tapi kenapa dia ambil keputusan ini setelah dekat sama aku?."

"Orang itu menemukan hidayah lewat banyak cara, mungkin Andrew menemukan hidayah setelah dekat dengan kamu tidak ada yang tahu kan?."Jelas Nia panjang lebar.

Kata-kata itu tak serta-merta menenangkan, tapi memberi Nindya ruang untuk merenung. Ia mulai menyadari bahwa Andrew benar-benar berusaha, meski jalan yang mereka tempuh masih panjang dan penuh risiko.

Dan di balik semua itu, Andrew sendiri semakin mantap melangkah. Ia tahu cepat atau lambat ia harus membuat keputusan besar, dan ketika waktunya tiba, ia ingin Nindya ada di sisinya.

waktu bergulir begitu cepat setelah percakapan mereka di kantor, Nindya masih menyimpan tanya dalam hatinya. Ia melihat perubahan Andrew semakin jelas, dari ucapan sederhana yang kini diselingi salam, hingga sikap yang lebih berhati-hati.

Namun, ia tidak pernah menduga bahwa perubahan itu telah menuntun Andrew ke sebuah keputusan yang jauh lebih besar.

Suatu sore, Andrew mengajak Nindya bertemu di sebuah restoran yang suasananya tenang. Bukan kafe ramai seperti biasanya, melainkan tempat yang lebih intim, seakan ia ingin memastikan tidak ada gangguan

Nindya duduk berhadapan dengannya, masih menyimpan tanda tanya.

"Andrew," katanya hati-hati,

"Aku lihat kamu berubah… aku perlu tahu, sebenarnya kamu mengerti apa yang sedang kamu jalani?."

Andrew menatapnya dalam-dalam, lalu tersenyum tipis.

"Aku mengerti, sepenuhnya dan menjalani ini bukan semata mata karena ingin dekat dengan kamu."

Nindya terdiam. Ada keharuan, tapi juga rasa takut.

"Jika suatu hari hal yang tidak diinginkan terjadi diantara kita, apa kamu akan tetap di jalan ini?." pancing Nindya

Andrew menarik napas panjang.

"Tentu saja, karena aku memilih jalan ini atas kesadaranku,meski awalnya kamu lah alasanku."

"Dan ...satu hal lagi Nindya," ia mencondongkan tubuhnya, suaranya sedikit bergetar,

"Aku sudah mantap aku ingin jadi mualaf.bukan karena kamu,tapi karena aku benar-benar percaya ini jalanku."

1
Uthie
Andrew niiii belum berterus terang dan Jujur apa adanya soal mualaf nya dia sama Ustadz nya 😤
Uthie
Hmmmm.... tapi bagaimana dengan ujian ke depan dari keluarga, dan juga wanita yg telah di hamilinya untuk kali ke dua itu?!??? 🤨
Uthie
semoga bukan janji dan tipuan sementara untuk Nindya 👍🏻
Uthie: Yaaa... Sad Ending yaa 😢
total 2 replies
partini
ini kisah nyata thor
partini: wow nyesek sekali
total 3 replies
Uthie
harus berani ambil langkah 👍🏻
Uthie
Awal mampir langsung Sukkkaaa Ceritanya 👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Uthie
apakah Andrew sudah memiliki Istri?!???
Uthie: 😲😲😦😦😦
total 2 replies
Uthie
Seruuuu sekali ceritanya Thor 👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Seroja86: terimaksih sudah mampir🙏🙏
total 1 replies
sukensri hardiati
mundur aja Nin...
sukensri hardiati
nindya....tagih dokumennya
Seroja86: terimaksih atas kunjungan dan dukungannyanya ... 😍😍
total 1 replies
sukensri hardiati
baru kepikiran...sehari2 yudith sama siapa yaa....
Seroja86: di titip ceritanaya kk
total 1 replies
sukensri hardiati
masak menyerah hanya karena secangkir kopi tiap pagi...
sukensri hardiati
betul nindya...jangan bodoh
sukensri hardiati
mampir
Seroja86: terimaksih sudah mampir🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!