Berkali-kali dikhianati membuat Marwah mengalami trauma, dia tidak mau menjalin hubungan dengan pria mana pun juga. Hingga akhirnya dia bertemu dengan seorang pengusaha berkedok ustaz yang sedang mencari orang untuk mengurus ibunya.
Nahyan ternyata tidak jauh berbeda dengan Marwah. Keduanya tidak beruntung dalam hal percintaan.
Akankah Allah menjodohkan mereka berdua dan saling mengobati luka satu sama lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31 Putri Cantik Nahyan dan Marwah
Semenjak tahu istrinya mengandung, Nahyan begitu sangat memanjakan Marwah. Nahyan tidak mau sampai Marwah kelelahan. Apalagi pada saat mengandung, Marwah mengalami ngidam yang sangat parah.
"Mas, sudah beberapa hari Mas gak ke kantor, jika mau bekerja, berangkatlah aku tidak apa-apa kok," ucap Marwah.
"Mana bisa aku pergi ke kantor, sedangkan kondisi kamu sedang tidak baik-baik saja," sahut Nahyan.
"Aku masih ada ibu dan Bi Isah jadi kalau ada apa-apa tinggal minta tolong saja sama mereka," ucap Marwah.
"Tetap saja aku tidak akan tenang meninggalkan kamu di rumah. Masalah kerjaan tenang saja, kamu lupa ya, jika suamimu ini adalah pemilik perusahaan," sahut Nahyan.
Marwah tersenyum kecil, dia sudah malas membalas ucapan Nahyan. Marwah memejamkan matanya, sedangkan Nahyan berada di samping Marwah sembari mengerjakan pekerjaan yang belum selesai. Tiba-tiba, pintu kamar mereka terbuka dan seorang anak kecil mengintip dari balik pintu.
"Umma, Baba, main yuk!" ajak Namira.
Nahyan terkekeh. "Sini masuk, jangan di situ," ucap Nahyan.
Perlahan Namira masuk dan langsung naik ke atas ranjang. "Umma kenapa? sudah lama Umma tidak ngajak main Namira, apa Umma marah sama Namira?" pertanyaan gemas itu keluar dari mulut mungil anak berusia 3 tahun lebih itu.
Nahyan tersenyum dan mengangkat tubuh Namira untuk duduk di pangkuannya. "Umma tidak marah, cuma saat ini Umma sedang sakit, sayang," sahut Nahyan.
"Umma sakit apa?" tanya Namira.
Nahyan mengambil tangan mungil Namira lalu menyimpannya di perut Marwah. "Di dalam sini ada dedek bayinya, nanti Namira punya teman untuk bermain," sahut Nahyan.
"Dedek bayi?" celetuk Namira sembari menatap Nahyan.
"Iya, makanya Umma tidak boleh capek harus banyak istirahat. Namira main sama Baba aja ya," ucap Nahyan.
Namira pun mengangguk. Akhirnya Nahyan menggendong Namira untuk keluar dari kamarnya karena dia tidak mau mengganggu Marwah yang sedang istirahat. Kasihan Marwah, setiap malam dia tidak tidur nyenyak karena terganggu dengan rasa mual dan dia harus bolak-balik ke kamar mandi.
Perhatian Nahyan kepada Marwah memang tidak bisa diragukan lagi. Demi menemani sang istri, dia sampai rela tidak pergi ke kantor karena saking khawatirnya dengan kondisi Marwah. Marwah beruntung sekali dicintai secara ugal-ugalan oleh suaminya, dan itu merupakan bukti jika kesabaran dan keikhlasan Marwah berbuah manis.
***
Waktu berjalan dengan sangat cepat, tibalah saatnya Marwah melahirkan. Dengan setia Nahyan selalu berada di samping Marwah, bahkan Nahyan sengaja membooking kamar vip di rumah sakit supaya Mama dan kedua mertuanya bisa menemani Marwah. "Mana yang sakit, sayang?" tanya Nahyan lembut.
"Ya, Allah Mas rasanya sakit sekali," sahut Marwah dengan deraian air matanya.
Nahyan tidak tega melihat istrinya, dia pun selalu mengusap punggung Marwah berharap Marwah akan merasa tenang. "Banyak-banyak istighfar, Nak, supaya Allah melancarkan semuanya," ucap Mama Halimah.
Namira mengusap perut Marwah. "Umma, sakit ya?" tanya Namira.
Marwah hanya tersenyum, dia sudah tidak sanggup untuk menjawab pertanyaan Namira. "Iya, sayang. Dedek bayinya sebentar lagi keluar, Namira do'akan Umma ya, semoga lancar," ucap Nahyan.
Namira mengangguk. Tidak lama kemudian, pintu ruangan itu terbuka. "Ibu Marwah, sudah waktunya melahirkan mari kita ke ruangan bersalin," ucap Suster.
Nahyan mengangkat tubuh Marwah dan memindahkan Marwah ke brankar. Marwah memanggil kedua orang tua dan juga mertuanya. "Do'akan Marwah, dan Marwah minta maaf jika selama ini banyak salah kepada kalian," lirih Marwah.
"Kami akan selalu mendo'akan mu Nak, banyak istighfar dan Bapak yakin kamu bisa," sahut Pak Dadang.
Setelah itu, Marwah pun dibawa ke ruangan bersalin bersama Nahyan yang selalu setia berada di samping sang istri sembari menggenggam erat tangannya. Marwah akan melakukan persalinan secara normal karena Marwah ingin merasakan bagaimana perjuangan dia melahirkan anaknya sendiri. Marwah menggenggam erat tangan Nahyan, dan proses persalinan pun sudah dimulai.
"Kamu bisa sayang, percaya sama Allah," ucap Nahyan sembari menciumi kepala Marwah.
Hingga tidak lama kemudian, suara tangisan bayi terdengar. "Alhamdulillah," ucap Dokter.
Marwah terkulai lemas dengan wajah penuh dengan keringat bahkan kerudung yang dia pakai pun sudah penuh dengan keringat. Tangisan Nahyan pecah, dia memeluk dan menciumi seluruh wajah Marwah. "Terima kasih sayang, kamu hebat," ucap Nahyan dengan deraian air matanya.
"Selamat Pak, Bu, anak kalian berjenis kelamin perempuan," ucap Dokter.
"Alhamdulillah."
Setelah dibersihkan, Nahyan langsung mengadzani putrinya. Marwah tersenyum bahagia, kehadiran putri kecilnya menambah kebahagiaan bagi keluarga mereka. Setelah selesai, Marwah pun dipindahkan ke kamar yang sudah Nahyan booking.
Kedua orang tua Marwah dan juga Halimah sangat bahagia dengan kehadiran keluarga baru mereka. Marwah saat ini sedang makan disuapi oleh Ani, sedangkan Nahyan menggendong putrinya dengan tatapan kagum. Nahyan tidak menyangka jika putrinya begitu sangat cantik.
"Masya Allah sekali putri kita sayang, cantik luar biasa," ucap Nahyan.
Namira sangat bahagia, bahkan dia tidak henti-hentinya melompat-lompat saking bahagianya.
***
4 hari sudah Marwah berada di rumah sakit dan sekarang sudah waktunya Marwah pulang. Marwah menggendong putri cantiknya yang diberi nama Bilqis itu. "Tumbuhlah menjadi anak yang sholehah ya, Nak. Pintar dan mempunyai hati yang baik," ucap Marwah dengan senyumannya.
Nahyan ikut tersenyum. "Aamiin, Insya Allah Bilqis akan menjadi anak yang sholehah dan berbudi pekerti yang baik karena Umma bisa mendidik Bilqis dengan sangat baik," sahut Nahyan.
Tidak membutuhkan waktu lama, mereka pun sampai di rumah. Marwah dan Nahyan membawa putri kecil mereka ke kamar. Perlahan Marwah menidurkan Bilqis di ranjang bayinya. "Sayang, mau aku pekerjakan babysitter?" tawar Nahyan.
"Tidak Mas, aku ingin mengurus Bilqis dengan tanganku sendiri," sahut Marwah.
"Kamu tidak akan capek? soalnya ada Namira juga yang masih nempel sama kamu," ucap Nahyan.
"Insya Allah tidak Mas, mereka adalah titipan dari Allah jadi aku harus menjaga mereka dengan baik-baik dan aku yakin, aku sanggup," sahut Marwah dengan senyumannya.
"Ya, sudah kalau begitu, Mas tidak akan memaksa," sahut Nahyan.
Nahyan duduk di sofa yang ada di kamarnya, lalu Marwah pun menghampiri dan menyandarkan kepalanya ke pundak Nahyan. "Mas, terima kasih ya, karena selama ini Mas sudah menjadi suami yang sangat luar biasa. Ternyata janji Allah memang benar, dibalik masa lalu aku yang sangat menyedihkan ternyata Allah sudah menyiapkan seseorang yang seribu kali lipat luar biasa baiknya untuk mendampingi aku," ucap Marwah.
"Mas hanya melakukan tugas Mas sebagai seorang suami, karena jika Mas memuliakan istri maka Allah akan muliakan hidup Mas," sahut Nahyan.
Marwah memeluk suaminya dengan sangat erat. Sungguh luar biasa kekuasaan Allah, mempertemukan Marwah dengan orang yang benar-benar tepat. Kesakitan yang Marwah rasakan di masa lalu, Allah ganti dengan beribu-ribu kebahagiaan yang tidak bisa ternilai dengan apa pun juga.
kasihan blm dpt jodoh nya