NovelToon NovelToon
Istri Sang Presdir

Istri Sang Presdir

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Perjodohan / Tamat
Popularitas:28.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Casanova

Perjalanan Kisah Cinta Om Pram dan Kailla -Season 2

Ini adalah kelanjutan dari Novel dengan Judul Istri Kecil Sang Presdir.

Kisah ini menceritakan seorang gadis, Kailla yang harus mengorbankan masa mudanya dan terpaksa menikah dengan laki-laki yang sudah dianggap Om nya sendiri, Pram.

Dan Pram terpaksa menyembunyikan status pernikahannya dari sang Ibu, disaat tahu istrinya adalah putri dari orang yang sudah menghancurkan keluarga mereka.

Disinilah masalah dimulai, saat sang Ibu meminta Pram menikahi wanita lain dan membalaskan dendam keluarga mereka pada istrinya sendiri.

Akankah Pram tega menyakiti istrinya, di saat dia tahu kalau kematian ayahnya disebabkan mertuanya sendiri.

Akankah Kailla tetap bertahan di sisi Pram, disaat mengetahui kalau suaminya sendiri ingin membalas dendam padanya. Akankah dia tetap bertahan atau pergi?

Ikuti perjalanan rumah tangga Kailla dan Om Pram.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31 : Mimpi Apa Aku Semalam

Adzan subuh berkumandang sudah, mengejutkan Bayu yang tertidur di mobil yang sama dengan Sam.

“Astaga Sam, dengkurannya saja menyebalkan apalagi orangnya!” gerutu Bayu, bergegas keluar membangunkan bosnya, sesuai perintah Pram.

“Bos... bangun!” panggil Bayu mengoncang pelan pundak majikannya, membangunkan Pram yang masih lelap.

Tepat di panggilan kedua, Pram membuka mata. Mengerjap beberapa kali untuk beradaptasi dengan kondisi di dalam mobil.

“Jam berapa Bay?” tanya Pram, dengan suara serak khas bangun tidur.

“Subuh Bos,” sahut Bayu.

“Ya sudah, bangunkan Sam,” pinta Pram, mengibaskan tangannya menyuruh Bayu menyingkir.

“Oh ya Bay, ambilkan jas kerjaku di mobil sana. Tolong bawakan kesini,” perintah Pram, pandangannya terarah pada Kailla yang masih terlelap.

Tertidur dengan posisi duduk benar-benar tidak nyaman, apalagi untuk Pram yang usianya terbilang tidak muda lagi. Kepalanya sakit dan pegal, karena harus bersandar di kursi beberapa jam. Belum pinggangnya, yang tidak bisa bergeser karena dia meletakkan kepala Kailla dipangkuannya.

Berbeda dengan istrinya, Kailla bisa sedikit lebih nyaman. Masih bisa berbaring meringkuk.

Tak lama, Bayu sudah kembali. Membawa jas biru yang kemarin dipakai bosnya ke kantor.

“Nih Bos!” sodor Bayu, menyerahkannya ke tangan Pram.

“Bay, nanti antar Kailla ke tempat mamanya. Dia mau mengeluh dan mengadu disana. Aku akan berangkat ke sana dengan Sam,” jelas Pram.

Perlahan memindahkan kepala Kailla, menyelipkan lipatan jasnya mengganti pahanya yang tadi digunakan Kailla sebagai bantal.

“Aku jalan dulu, Sayang,” bisik Pram, mengecup pelipis Kailla, sebelum meninggalkannya.

Pram berjalan sempoyongan menuju ke mobilnya. Semalaman dia tidak bisa tidur nyenyak. Berbeda dengan Kailla, istrinya memang tukang tidur. Dimana saja bisa tertidur nyenyak. Belum lagi, kakinya kesemutan karena tidak bisa digerakan dalam waktu yang lama.

Membuka pintu mobil, Pram masih sempat melihat pemandangan indah. Sam yang masih tertidur dengan kaki yang naik ke atas setir mobil sportnya. Terlihat Bayu, membangunkan teman asistennya dengan paksa.

“Sam!” panggil Bayu, sesekali mengintip ke arah Pram yang sedang menatap tajam pada keduanya.

“SAM!” panggil Bayu setengah berteriak, menepuk kencang pundak Sam.

“Ada apa Bay?” tanya Sam yang terkejut. Mengosok mata, dengan wajah tanpa dosanya.

“Ada Pak Pram,” sahut Bayu, memberi kode dengan lirikan matanya mengarah pada Pram yang berdiri di pintu sisi lainnya.

“Hah! Macan tua itu sudah bangun?” tanya Sam, belum menyadari Pram yang sudah berdiri di dekatnya.

“Sssshhhh, ada Pak Pram!” ucap Bayu lagi, berusaha menjelaskan pada Sam yang masih setengah mengantuk.

“Kenapa macan tua itu tidak nambah satu ronde lagi. Lumayan aku bisa tidur setengah jam lagi!” ucap Sak melanjutkan tidurnya.

“Bay, biarkan aku saja!” ucap Pram tiba-tiba, menahan kesal dari tadi.

“Hah! Pak... Pram,” ucap Sam terbata, menengok ke pintu sebelahnya. Buru-buru menarik tuas, mengembalikan posisi kursi mobil.

“Iyaa.. Pak, “ sahut Sam, tertunduk. Kesadarannya langsung mengumpul seketika, saat melihat sosok Pram dengan raut tegasnya.

“Tolong ambilkan air mineral!” perintah Pram.

“Ini Pak,” sodor Sam ragu-ragu bercampur takut.

Pram segera meraih sebotol air mineral itu dan menguyur wajahnya untuk menghilangkan kantuk yang masih menderanya.

“Sam, kita ke makam mama Kailla. Nanti mampir untuk membeli bunga dan sarapan,” perintah Pram setelah membasuh wajahnya.

“Non Kailla?” tanya Sam, memberanikan diri bertanya.

“Kailla masih tidur, biarkan dia bersama Bayu. Dia masih marah, belum mau melihat wajahku,” sahut Pram.

“Oh ya, kabari Ricko kalau Kailla tidak ke kampus hari ini. Dia sudah paham apa yang harus dilakukan!”lanjut Pram, bersandar memejamkan mata.

***

Mentari sudah mulai keluar dari peraduannya, memancar kilau cahaya menembus kaca mobil yang mengantar Kailla menuju ke rumah mamanya.

Jalanan pun sudah mulai ramai dengan kendaraan. Saling berlomba dan mendahului, untuk secepatnya tiba ke tempat tujuan.

Kailla terbangun saat mobil sudah keluar dari tol, bersiap masuk ke areal pemakaman yang letaknya di pinggiran Jakarta.

“Bay, kita dimana?” tanya Kailla, menutup mulutnya yang menguap lebar.

“Kita mau ke makamnya mama Non kailla, sebentar lagi sampai,” sahut Bayu, melirik majikannya dari kaca spion.

“Oh.. aku masih mengantuk,” ucap Kailla kembali berbaring.

“Hah! Ini bukannya punya Pak Pram?” tanya Kailla bingung melihat gulungan jas Pram yang tergelatak di kursi mobil.

“Iya, tertinggal di mobil,” sahut Bayu, tidak mau memperpanjang pembicaraan.

“Tapi kenapa aku merasa dia menemaniku semalam ya,” celetuk Kailla bingung, mengusap jas suaminya sambil tersenyum.

Mobil putih itu pun akhirnya berhenti. Bayu tersenyum. Dari jalan raya tempat mobil mereka terparkir bisa melihat jelas. Pram sedang berdiri menghadap ke nisan yang dipasang terbaring.

Sepanjang mata memandang, rumput menghijau. Beberapa pepohonan menambah asri area pemakaman itu. Belum lagi gazebo putih yang didesain menarik, menambah nilai lebih. Tekstur tanah yang turun naik semakin membuatnya terlihat indah.

“Non, kita sudah sampai.”

Kailla bangkit, memandang dari jendela mobil. Pandangannya tertuju pada laki-laki yang sedang berdiri membelakangi jalan raya. Membelakangi mobil mereka.

“Bay, itu Pak Pram?” tanya Kailla memastikan.

“Iya Non. Itu Pak Pram,” sahut Bayu tersenyum.

“Bagaimana dia bisa ada disini?” tanya Kailla bingung.

“Kamu mengadu padanya?” todong Kailla, kesal.

“Pak Pram yang memerintahkan saya membawa Non kesini. Katanya Non Kailla perlu tempat mengadu dan mengeluh.”

“Aku akan membuat perhitungan dengannya!” gerutu Kailla sudah membuka pintu mobil, memasang wajah tidak bersahabatnya.

“Non! Pak Pram sedang tidak baik-baik saja,” ucap Bayu, membuat Kailla berhenti melangkah.

“Dia kenapa?” tanya Kailla, berbalik menatap Bayu yang baru saja keluar dari mobil.

“Non lihat saja sendiri,” sahut Bayu tersenyum.

***

Langkah kaki yang berjalan mendekat tertangkap oleh pendengaran Pram. Berbalik, menatap wajah cemberut yang sedang memandang sinis ke arahnya.

Tapi saat jarak semakin dekat, bola mata yang tadinya membulat indah itu menyipit. Seperti tersadar akan sesuatu.

Ya, Kaila teringat kembali ocehan Bayu semalam. Segera berlari, memeluk erat pinggang suaminya. Tubrukan kencang istrinya itu membuat Pram mundur beberapa langkah untuk menjaga keseimbangan.

“Kai, kamu kenapa?” tanya Pram, lembut. Berusaha menjauhkan jarak tubuh mereka, untuk melihat jelas raut wajah Kailla yang sekarang sedang membenamkan diri di dadanya.

“Kamu kenapa, Sayang?” tanya Pram, mengusap lembut punggung Kailla.

“Aku sedang marah padamu. Sedang kesal padamu!” ucap Kailla cemberut, masih menikmati hangatnya pelukan Pram.

“Oh ya. Mau menghukumku?” tawar Pram. Usapan di punggung beralih pindah ke rambut tergerai yang sedikit acak-acakan.

“Kamu menyakitiku! Gara-gara kamu, semua orang menuduhku tidak ingin ha...

“Maaf, maafkan aku!” potong Pram.

“Itu kesalahanku. Seharusnya dari awal aku jujur padamu,” lanjut Pram. Melepaskan pelukannya, menggengam tangan Kailla. Mengajaknya mendekat ke makam mamanya.

“Ma, kami datang. Aku minta maaf, sudah menyakiti putrimu selama empat tahun ini,” ucap Pram saat sudah berjongkok di samping nisan.

“Putrimu mengatakan, dia akan memaafkanku, kalau mama juga memaafkanku,” lanjut Pram tersenyum menggoda Kailla.

“Aku tidak akan memaafkannya, Ma. Dia kelewatan!” gerutu Kailla, sudah ikut berjongkok di sebelah Pram.

“Dia tidak membiarkan ku hamil selama ini. Tapi malah semua orang menyalahkanku,” keluh Kailla, tertunduk. Masih mengingat ucapan mama mertuanya yang terasa menyakitkan.

“Ma, aku akan meninggakannya. Mama setuju kan?” ucap Kailla.

“Laki laki ini hanya menang tuanya saja, tapi tidak ada kelebihan yang lain.” lanjut Kailla.

“Jangan dengarkan dia, Ma. Putrimu nakal sekali! Kepalaku pusing. Kalau dia menikahi laki-laki lain, aku yakin putrimu ini sudah dititipkan ke pengadilan agama, sampai keluar putusan,” ucap Pram tidak mau kalah.

Plakkk!! Sebuah pukulan telak mendarat di lengan Pram.

“Aku membencimu!” gerutu Kailla kembali.

“Kamu lihat sendiri Ma, dia berani memukulku di hadapanmu.”

“Sayang!” teriak Kailla kasar.

“Aku yang harusnya mengeluh, bukan kamu. Pergi sana!” usir Kailla.

“Baiklah... Kai,” sahut Pram, berusaha menenangkan.

Tangan kanan Pram mengusap nisan mertuanya, tangan kirinya memaksa menggengam tangan Kailla. Terlihat laki-laki itu menghela nafas sebelum bicara.

“Ma, maafkan aku. Aku yang terlalu mencintai putrimu, sampai tidak sadar kalau itu melukainya.”

“Aku berjanji tidak akan menyakiti putrimu lagi.”

“Aku tidak bisa hidup tanpa putrimu. Tolong maafkan aku, Ma,” ucap Pram pelan menunduk dan mengusap air mata yang tidak sengaja mengumpul di matanya.

Kailla tertegun, menatap Pram. Laki-laki itu, suaminya itu menangis. Pram menangis pertama kali di hadapannya.

Kailla kembali terkejut, saat matanya tanpa sengaja melihat luka di tangan Pram. Dari tadi dia tidak memperhatikannya. Sudut bibir suaminya pun sobek dan sedikit bengkak.

“Aku menunggumu di mobil Kai,” pamit Pram, bergegas menuju ke mobilnya yang terparkir. Memberi kesempatan Kailla berkeluh kesah pada mama mertuanya.

Kailla terus menatap, punggung kekar itu berjalan semakin menjauh.

***

Pram baru saja meraih gagang pintu mobilnya. Pandangaannya tertuju pada Sam dan Bayu yang sedang duduk di atas rumput tidak terlalu jauh darinya. Tiba-tiba dari arah belakangnya, seseorang menabrak dan memeluk punggungnya dengan kencang.

“Aku mencintaimu. Aku juga minta maaf selalu menyusahkanmu,” bisik Kailla.

“Kai, kamu kenapa?” tanya Pram heran, berbalik menatap istrinya.

Kailla tidak menjawab, mengalungkan kedua tangannya ke leher Pram.

“Sayang kenapa?” tanya Pram heran, menahan pinggang ramping Kailla dengan kedua tangannya.

Kailla tetap diam, sebagai gantinya dia berjinjit dan mencium lembut bibir Pram. Bibir yang beberapa jam terakhir ini sangat dirindukannya.

Kecupan ringan itu menjadi hangat dan dalam saat keduanya saling berbalas. Membuat kedua asisten yang sedang berbincang jadi terbelalak.

“Astaga Bay, mimpi apa aku semalam!” ucap Sam menggelengkan kepala.

“Aku sudah mati rasa, Sam!” sahut Bayu, sambil menikmati siaran langsung di depannya.

Pram berusaha melepaskan pelukan Kailla.

“Sudah Kai, kita sedang di pemakaman. Tidak enak dengan Bayu dan Sam,” bisiknya, menarik Kailla masuk ke dalam mobil.

***

Tbc

Love You All

Mohon jejak like dan komennya

Terima kasih.

1
Ellya Muchdiana
bagus begitu Kailla, laki laki egois harus diberi pelajaran
Siska Oktavia
ok
Khairul Azam
ceritanya bagus, tp klo berlebihsn jg gak bagus
Ratna Dewi
disini yg keren autornya... kata2nya selalu tertata rapi dan menyayat hati... lanjut terus tour kutunggu karya2 terbarumu.. /Heart//Heart/
Arye Ghad'iz BinAngun
nangis nangis Bombay aku 😭😭
E
Luar biasa
Suprawani Mami
baca yg ke 4xnya tetep asyikk
Abiy Dewa
Luar biasa
Wiji Lestari
Bayu keren bisa menyadarkan sisi egonya kayla
Maftu Chah
Luar biasa
Siti Saja
Buruk
Linda Liddia
Udh baca dari season 1 2 3 bagus bgt critanya Thor..Thor gak ada season 4 utk kelanjutan crita pram kailla & anak2nya Thor..
Casanova: ada kak. di aplikasi pena hijau
total 1 replies
Rosanti
Luar biasa
an
baaguuuss
Noor Jannah
Kecewa
Noor Jannah
Buruk
zira
kaila ga ada hormatnya dgn suaminya yg ekstra sabar...dia lupa klo dia juga berhubungan dgn pria lain, pakai pelukan lagi
zira
seharusnya Kaila bisa menjaga dirinya, tidak asal main peluk, tidak ada suami dan di tempat umum
Beby Toy
baguss banget udah baca yg ketiga kalinya 🥰
zira
Kaila kualat...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!