Casanova seorang gadis cantik. Namun sayang sekali ia memiliki kekurangan. Kedua matanya buta. Meski ia buta ia merupakan kembang desa. Karena kecantikannya yang luar biasa. Dan ia pun memiliki keahlian pandai mengaji. Ia pun bercita cita ingin menjadi seorang Ustadzah. Namun sayang...cita cita itu hanya sebatas mimpi dimana malam itu semuanya telah menjadi neraka. Saat hujan turun lebat, Casanova pulang dari masjid, ditengah perjalanan ia dihadang beberapa pemuda. Dan hujan menjadi saksi. Ia digilir secara bergantian lalu ia dicampakan layaknya binatang. Karena ia buta, para pemuda ini berfikir, ia tak mungkin bisa mengenali mereka. Dan mereka pun membiarkan Casanova hidup. Namun disinilah awal dendam itu dimulai. Karena sifat bejad mereka, mereka telah membangkitkan sesuatu yang sangat menakutkan didesa itu.
"Mata dibayar mata. Nyawa dibayar nyawa. Karena kalian keluarga ku mati. Maka satu persatu keluarga kalian juga harus mati.
Yuk... ikuti kelanjutan kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wida_Ast Jcy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 AWAL KEBANGKITAN
Bisikan itu membuat jantung Casanova berdentum hebat.
"Dugh...
"Dugh...
Suara jantungnya mulai tak beraturan. Matanya terbuka lebar, mendadak tubuhnya terasa ringan, seakan dorongan misterius itu membangunkannya. Ia tidak memikirkan rasa takut lagi yang selama ini menghalanginya. Dengan perlahan, ia menggeser kepalanya dari pangkuan Bu Yati.
Tangannya meraba-raba mencari pegangan, mencari tongkat yang biasanya tak pernah jauh dari jangkauannya. Langkahnya terdengar kasar di lantai kayu, namun anehnya, Bu Yati, Ustazah Laila dan orang orang yang menginap disitu tetap terlelap, seolah diselimuti oleh kekuatan yang tak kasat mata.
Casanova akhirnya sampai di kamar ibunya. Di pojokan, kotak yang pernah menyita perhatiannya sebelum ini tergeletak di sudut gelap ruangan itu. Ia tidak tahu mengapa, namun kakinya terasa ringan untuk melangkah dan mendekati kotak itu.
Tapi kotak itu selalu memberinya perasaan ganjil, perasaan yang kini berubah menjadi dorongan yang tak tertahankan. Ia meraba kotak itu, jari-jarinya menyentuh permukaan kayu yang dingin dan keras, lalu dengan hati-hati, ia membuka tutupnya.
Di dalamnya, tergeletak selendang yang kuning yang tadi sempat disentuhnya. Bau melati segera menyebar, menusuk hidungnya. Entah kenapa, bau itu justru membuat hatinya tenang, seolah ada sesuatu yang telah lama hilang kini kembali ke dalam jiwanya yang hampa.
Tanpa ragu, Casanova menggigit ujung jarinya. Rasa sakitnya terasa samar, tertelan oleh kesedihan yang jauh lebih mendalam. Tetesan darah mengalir dari lukanya, dan jatuh mengenai selendang itu. Begitu darah menyentuh kain melati, petir tiba-tiba menggelegar dari luar, menggetarkan rumah kecil itu.
Casanova tersentak, tubuhnya membeku sejenak. Lalu, dari keheningan, terdengar suara yang lebih jelas, kali ini disertai desisan ular dan tawa yang menggilai yang seolah berbisik tepat di telinganya.
"Hi... Hi...Hi... "tawanya.
"Ssssttt... " Desisnya.
"Bagus, Cah Ayu. Bagus... Aku akan kabulkan apapun yang kamu mau. Ikutilah aku sekarang ke hutan larangan." bisiknya.
Suara itu seperti milik seorang wanita, lembut namun diselimuti aura menyeramkan. Ada sesuatu yang dingin dan mengancam di balik kelembutannya. Namun, Casanova merasa suara itu begitu akrab. Seolah sudah bertahun-tahun ia mengenal bisikan ini, yang kini membawanya lebih dalam ke kegelapan.
Casanova pun seolah tersihir, ia tiba-tiba bangkit dan keluar dari kamar ibunya, membawa selendang melati itu dengan erat di tangannya. Langkahnya mantap meski pandangannya gelap. Kakinya seakan tahu ke mana ia harus melangkah.
Tanpa suara, ia membuka pintu depan rumah, membiarkan angin dingin malam menyambutnya. Hujan terus mengguyur, tapi Casanova tak peduli. Ia terus berjalan di bawah derasnya hujan menuju hutan larangan, tempat yang selalu diceritakan oleh orang tua sebagai tempat terlarang, yang dipenuhi dengan makhluk halus dan roh jahat.
Namun kali ini, hutan itu memanggilnya, seolah menuntunnya kesana dengan memberi janji kepadanya untuk balas dendam.
"Mata dibalas mata, nyawa dibalas nyawa. "bisik suara itu lagi, semakin dalam dan menggoda iman Casanova.
"Balaskan dendammu, cah ayu. Balaskan dendam mu Casanova! Balaskan!!! " teriak suara misterius itu.
Langkah Casanova semakin cepat, meski seharusnya ia tak bisa melihat dan tertatih-tatih. Tapi kali ini, ia seolah bisa melihat seperti ada tangan tak kasat mata yang membimbingnya untuk melewati jalan berbatu dan licin, yang dipenuhi semak-semak belukar.
Petir kembali menyambar, menerangi langit malam yang suram, dan setiap kali cahaya kilat menyinari jalannya, sosok-sosok bayangan tampak melayang di antara pepohonan. Sosok sosok itu seperti girang memiliki tuan baru.
Sampai akhirnya, ia tiba di batas hutan larangan. Udara di sini terasa lebih dingin, lebih berat dan pekat. Pohon-pohon besar berdiri seperti raksasa yang mengawasi gerakannya, dan di kejauhan terdengar suara burung hantu melengking, menambah kesannya semakin angker.
Casanova berdiri di depan gerbang hutan itu. Sekali lagi, ia mendengar bisikan yang sama, namun kali ini lebih mendesak, seolah memohon agar ia segera masuk dan menuntaskan dendamnya.
Ia merasakan dorongan kuat dari dalam dirinya, seolah-olah darah yang menetes pada selendang melati tadi menghubungkannya dengan sesuatu yang lebih besar dan lebih gelap dari yang pernah ia bayangkan.
Di tengah keheningan itu, bayangan perempuan muncul di antara kabut. Wajahnya samar. Wanita itu melayang mendekat, perlahan-lahan, dan ketika jaraknya hanya beberapa langkah dari Casanova, ia berhenti.
"Cah Ayu," ucapnya, suara lembut itu kembali terdengar, kini lebih dekat, lebih nyata.
"Dengan darahmu, kau telah memanggilku. Dan kini aku datang dihadapan mu. Apa yang kau inginkan? Apa yang ingin kau balaskan? katakanlah Cah Ayu! "tanya nya dengan lembut.
Casanova terdiam, bibirnya gemetar. Dalam hatinya, ada rasa sakit yang tak terucapkan, luka yang tak bisa disembuhkan. Pikirannya melayang pada hari-hari penuh duka setelah Kayano adiknya meninggal, dan pada semua cemoohan serta tatapan sinis dari orang-orang di sekitarnya, pada kesedihan mendalam yang menggerogoti hatinya.
Namun di hati kecilnya, ia tahu ini salah. Casanova tahu ia telah membangkitkan sesuatu yang telah dihilangkan oleh nenek buyutnya itu. Ibunya selalu berpesan, agar dirinya berada di jalan yang benar. Jangan sampai bersekutu dengan iblis.
Sesungguhnya setan hanya mengelabui manusia. Meskipun mereka bisa membantu, namun akan ada konsekuensi diatasnya. Dan neraka jahanam adalah tempat bagi orang-orang yang menyekutukan Allah.
"Ibu..... Maafkan aku, Ibu. Maafkan aku. Aku terpaksa melakukan ini. Biarkan aku menerima hukuman pedih di neraka nanti Bu. " gumamnya dalam hati.
"Aku harus membalaskan dendam ku didunia. Selama aku belum menuntut balas aku tak akan bisa tenang. Aku akan balas orang-orang yang telah menyakitiku Bu. Maafkan nova Bu. "batin Casanova lagi.
"Aku bersumpah akan membalas orang orang yang telah berbuat jahat pada kita. "batin Casanova lagi, tangannya mengepal kuat. Seolah dua sisi hatinya ikut berperang saat ini.
"Aku ingin... mereka merasakan apa yang aku rasakan," ucapnya lirih, suaranya dipenuhi amarah yang tertahan.
Sosok wanita itu tersenyum devil, senyum yang dingin dan tak manusiawi.
"Baiklah, Cah Ayu. Aku akan menolongmu. Mata dibalas mata, nyawa dibalas nyawa. Harga diri yang harus dibayar nyawa. Kita akan memberikan mereka rasa sakit yang begitu hebat bahkan lebih dari apa kau rasakan Cah ayu. Hingga mereka tak bisa tersenyum lagi. "jawab wanita itu.
Lalu, dengan satu gerakan tangan yang lembut, wanita itu mengulurkan tangannya ke arah Casanova. Tanpa sadar, Casanova mengulurkan tangannya juga, menyentuh telapak tangan dingin wanita itu.
Begitu sentuhan itu terjadi, angin kencang tiba-tiba berhembus, membuat pepohonan bergoyang liar, dan suara petir menggelegar sekali lagi dengan dasyat nya, seolah-olah langit dan bumi merespons perjanjian yang baru saja dibuat.
Casanova merasakan sesuatu yang kuat merasuki tubuhnya, energi dingin yang merayap dari ujung jari ke seluruh tubuhnya. Ia merasa lebih hidup, lebih kuat, meski kesadarannya mulai memudar. Sebelah tangan wanita itu tiba-tiba menyentuh kening Casanova. Rasa panas tiba-tiba menjalar di tubuh Casanova yang buta itu.
"Buka matamu, Cah Ayu! Bukalah. "titahnya.
Casanova membuka matanya perlahan. Ia terlonjak kaget. Seakan tak percaya matanya yang biasanya gelap, kini bisa melihat dengan jelas. Bahkan ia bisa melihat wajah cantik wanita yang berdiri di hadapannya itu.
BERSAMBUNG...
Terlalu banyak perumpamaan2 yang memperlambat alur cerita, narasi batin kompleks tapi berlebihan babget, sampe bab 5 cuma nyeritain Casanova yang di perkosa.
Alurnya kaya jalan di tempat. Dari premis dan konflik gadis buta yang balas dendam udah menarik, tapi penulisanya bisa direvisi lagi di kemudian hari. 👍
mampir juga yuk kak ke karyaku