Prayitno, seorang pria miskin yang nekat merantau ke kota besar demi mencari ibunya yang hilang, justru terperangkap dalam kehidupan penuh penderitaan dan kesuraman. Setelah diusir dari kontrakan, ia dan keluarganya tinggal di rumah mewah milik Nyonya Suryati, yang ternyata menyimpan rahasia kelam. Teror mistis dan kematian tragis menghantui mereka, mengungkap sisi gelap pesugihan yang menuntut tumbal darah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Warisan terakhir
Malam menyelimuti desa kecil itu dengan selimut kelamnya. Namun, dalam kegelapan itu, ada cahaya lembut yang terus menari-nari, menyapu bayang-bayang kelam masa lalu yang dulu menyesakkan. Di sebuah pendopo yang telah berubah wajah menjadi tempat teduh bagi warga, Rika duduk termenung. Matanya memandang kosong ke arah taman yang dulu menjadi arena teror dan duka, kini berubah menjadi ruang penuh kehidupan.
Udara malam membawa aroma tanah basah dan bunga-bunga yang bermekaran di sekitarnya. Daun-daun bergesekan halus, seolah berbisik mengiringi waktu yang terus berjalan, menghapus luka yang tertinggal.
Langkah kaki mendekat, membawa sosok yang sudah tak asing lagi. Prayitno, lelaki yang selama ini menjaga desa dan rumah tua itu dengan jiwa penuh pengabdian, berdiri di samping Rika.
“Kau tampak berbeda, Rika,” kata Prayitno pelan, suaranya seperti angin musim gugur yang menyejukkan.
Rika tersenyum kecil, matanya menyimpan kelelahan sekaligus harapan yang tak pernah padam. “Aku belajar untuk berdamai, Pak. Dengan semua yang pernah kulalui, dengan bayang-bayang yang dulu menakutkan. Kini aku ingin menjadi penjaga cerita, bukan hanya kenangan yang ingin dilupakan.”
Prayitno menatapnya lama, lalu mengangguk. “Cerita memang perlu dijaga, supaya tidak hilang tertelan waktu. Kau telah memilih jalan yang benar.”
Mereka duduk bersama, saling bertukar kisah dan rencana. Rika bercerita tentang perpustakaan kecil yang baru ia dirikan di pinggir taman, tempat ia menyimpan catatan-catatan tentang masa lalu desa, misteri yang pernah menyelimuti, dan pelajaran yang bisa diambil. Ia ingin agar siapa pun yang datang bisa belajar dari sejarah, bukan hanya takut tapi juga memahami.
Prayitno menceritakan tentang taman yang dulu penuh kegelapan kini menjadi tempat bermain anak-anak, tempat keluarga berkumpul, dan tempat warga desa menanam harapan baru. Pendopo yang dulu sunyi kini dipenuhi tawa, doa, dan kehidupan.
Malam itu, saat bintang-bintang menabur cahaya di langit, Rika menutup matanya, merasakan damai yang perlahan mengalir di relung hati. Ia tahu perjalanan panjang belum benar-benar berakhir. Ada luka yang masih perlu sembuh, ada bayang-bayang yang masih mengintai. Namun yang terpenting adalah ia telah memilih untuk tidak lagi menjadi korban, melainkan pelaku perubahan.
Suara lembut terdengar di telinganya, hampir seperti bisikan dari masa lalu.
“Terima kasih, Rika. Kau telah menjaga mereka... dan kami.”
Rika tersenyum, membuka matanya dan melihat seberkas cahaya yang menembus kegelapan. Sebuah harapan.
---
Beberapa bulan kemudian, perpustakaan Rika menjadi pusat berkumpulnya warga. Anak-anak belajar, orang tua berdiskusi, dan para tetua desa berbagi cerita. Rika, dengan segala pengalaman dan keberanian, menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan.
Desa itu, yang dulu diselimuti teror dan kesunyian, kini berdetak penuh kehidupan dan harapan.
---
Di ujung desa, reruntuhan rumah tua tetap berdiri dengan tenang. Namun, di antara bayangannya yang suram, ada sesuatu yang berubah. Cahaya lembut mulai menyusup, memberi tanda kehidupan baru, tanda bahwa meski kegelapan pernah merajalela, cahaya selalu punya cara untuk kembali.
---
Sementara itu Aryo pergi mencari rumah dari asisten rumah tangga Suryani yang menyimpan jasad tubuh ayahnya.
Berbekal sebuah jimat dari sang ayah dan sebuah manuskrip kuno, ia bertekad untuk menghidupkan kembali sang ayah.
Rumahnya ada di desa Rejosari, sebuah Dara terpencil yang belum tersentuh modernisasi kehidupan. Bahkan pemerintah kota belum pernah ada yang masuk ke daerah itu. Tak heran jika jalanan di sana masih berupa tanah liat dan belum diaspal.
Sepeda motor area maju menembus jalanan kampung yang dipenuhi bebatuan kerikil. Meskipun desa Rejosari merupakan desa terpencil namun desa itu begitu bersih dan asri. Penduduknya pun begitu ramah.
Bahkan kedatangan Aryo disambut baik oleh mantan sopir Ibu Suryati.
Lelaki itu sebenarnya merasa bersalah karena sudah menyembunyikan jasad Prayitno yang sebenarnya belum mati. Tapi Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Karena itu adalah tugas yang diberikan oleh majikannya ia tidak b menolak karena hanya satu punya kekuatan yang bisa menyakiti dirinya dan keluarganya.
"Saya tidak punya pilihan waktu itu mas, jadi tolong maafkan saya"
"Saya mengerti," jawab Aryo
Pemuda itu kemudian meminta bantuan pria itu untuk melakukan ritual penyatuan ruh.
Jasad Prayitno di baringkan di atas tikar. Kembang tujuh rupa diletakan di kanan kirinya, dilengkapi dengan sesaji lain .
Suasana tiba-tiba berubah dingin saat asap dupa mulai mengisi ruangan. Lampu lilin tiba-tiba padam.
Aryo mengambil kalung pusaka peninggalan sang ayah. Tak lupa ia mengeluarkan keris kecil dari balik bajunya.
Ia kemudian menyayat jarinya dan darah pun mengucur.
"Aku sudah membawa gantinya, kembalikan Ayahku dari dunia kegelapan," ucap Aryo
Seketika angin kencang berhembus membuat pintu dan jendela terbuka dengan sendirinya.
Aryo mengangguk pelan.
hihihihihiii keren dehh dan siapa pula gantinya yaaaa
wahh g ada hentinya yaaa
wisss g akan aman deh