Aku Shella, seorang gadis yang masih duduk dibangku sekolah Menengah Atas.
Berawal dari penolakan ibu dan saudariku yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dariku, membuatku berubah menjadi gadis yang tidak memiliki hati dan pendendam.
Aku juga bertekad ingin merampas apa yang dimiliki oleh saudariku.
Aku bahkan tidak mengeluarkan air mataku saat ibuku dinyatakan meninggal dunia.
Hingga terungkapnya sebuah rahasia yang begitu mengguncang kewarasan ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona yeppo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pura-pura
Foto Maurice saat mencoba gaun pengantin beberapa hari lalu ternyata ia simpan didalam ponselnya.
Dan juga sepertinya Maurice lupa mengganti password ponselnya, sehingga dengan mudahnya Ken dapat menemukan apa yang coba wanita itu sembunyikan.
Karena tak ingin kekasihnya menikah dengan pria lain, Ken segera memasukkan obat tidur kedalam minuman Maurice.
Obat yang sebelumnya telah ia siapkan saat menunggu kedatangan Maurice untuk menemuinya.
Maaf Maurice, aku tidak ingin kau menikah dengan pria lain...
Ken terpantau sangat mencintai Maurice, namun bukan berarti ia adalah pria baik-baik. Ia hanya peduli pada rasa cintanya pada Maurice, tanpa memikirkan jalan yang terbaik untuk kekasihnya itu.
Setelah kedatangan Maurice dari kamar kecil, Ken kembali memasang wajah pura-pura tidak tahunya tentang rahasia yang disembunyikan oleh Maurice.
Lalu tak lama kemudian, Maurice tumbang tepat seperti harapannya. Ia segera menggendong wanita itu menuju mobilnya.
***
Malam berlalu, matahari pagi menyambut dengan sinarnya yang hangat menyentuh kulitku. Tadi pagi aku terbangun dengan mata yang sedikit bengkak, karena lagi-lagi aku menangis malam itu.
Ella sudah memperingatkan ku untuk pulang dan menghadiri acara pernikahan saudariku. Namun aku tetap bersikeras tidak ingin melakukannya.
Aku dan Ella bersiap berangkat ke sekolah disertai dengan lambaian tangan Ibu dan Ayah Ella.
Awalnya semua nya berjalan dengan baik hingga langkah kaki kami tiba diujung jalan tempat pemberhentian bus yang biasa mengantarkan Ella.
Namun pagi ini rasanya jadi berbeda karena sebuah mobil yang sangat ku kenali berhenti tepat didepan kami.
Apa kubilang, pria itu tak akan diam saja...
Ella berbisik tepat di telinga ku, sedangkan aku hanya bisa memasang wajah frustasi saat mengetahui bahwa paman Sam lah yang berada didalam mobil itu.
Tentu saja aku tidak bisa bersikap semauku seperti saat bersama dengan paman Rangga. Aura kegelapan yang dipancarkan oleh paman Rangga malah tidak membuatku ketakutan.
Namun sebaliknya dengan paman Sam, sisi positifnya nya selalu ia tebarkan, membuatku tidak tega untuk menyulitkan nya.
Pria itu lalu keluar dan menghampiri kami, ia terlebih dahulu tersenyum dengan sangat ramah. Sangat berbanding terbalik dengan paman Rangga yang selalu memasang wajah datarnya.
Dia tampan sekali...
Aku mencubit lengan Ella, sempat-sempatnya gadis ini mengagumimu orang lain ditengah badai yang perlahan menghampiriku.
Maaf, nona.... siapa.?
Paman Sam bertanya dengan nada khasnya, membuat Ella semakin merapatkan diri padaku karena terlalu bersemangat tentunya.
Daniella, panggil saja Ella,,,
Tanpa banyak menunda, Ella segera menyambut tangan paman Sam. Lebih tepatnya meraih sendiri tangan itu lalu menyalaminya sebagai perkenalan.
Oh, nona Ella. Kali ini kamu pergi kesekolah nya sendiri saja dulu. Karena nona Shella harus segera ikut denganku...
Oh baiklah, aku akan pergi kalau begitu...
Bagaikan kerbau dicolok hidungnya, Ella segera berlalu karena kebetulan bis yang kami tunggu telah tiba.
Semoga berhasil Shell,!!!
Ia berteriak sambil berlari menuju busnya, membuatku ingin menangis sambil berguling-guling.
Paman, tolong izinkan aku bersembunyi saja, please...
Nona, ada sesuatu yang harus kamu ketahui..
Paman Sam malah menjawab dengan raut wajah yang sangat serius. Mengingat waktu juga mungkin tidak banyak, ia berkali-kali meremas tangannya sebagai tanda bahwa ia tidak merasa nyaman dengan semua ini.
Saudarimu menghilang, namun tidak ada yang tahu selain aku dan Rangga. Ia sekarang sedang sibuk mengatur semuanya agar tampak berjalan dengan lancar.
Lalu, hubungannya denganku nya apa paman,?
Aku tertawa lepas, bukan kah aku harus berbahagia jika ternyata Maurice tidak menginginkan pernikahan ini. Itu artinya ia menyadari posisinya. Dan aku tidak perlu bersusah payah untuk menggeser kedudukannya.
Kau harus menggantikan nya...
Aku terdiam, walaupun aku menginginkan posisi itu, tetap saja bukan dengan cara seperti ini. Bukan dengan hal gila seperti ini, bagaimana dengan bibi Anggie, Ayah, dan bos Luo. Mereka tidak mungkin ku bohongi.
Tidak paman, bukan seperti ini caranya...
Ini kesempatan untukmu, bukankah kau ingin menikahi Rangga,?
Hah.?
Aku terpaku sambil memandangi paman Sam, seberapa jauh dia mengetahui rahasiaku. Aku yakin paman Rangga yang telah membocorkan ini semua. Pria itu tidak pernah bahagia melihatku tenang. Dasar pria gila.
Tidak paman, tidak se sederhana itu...
Aku masih mencoba meraba-raba, mungkin kah aku sedang bermimpi atau terlalu stress akibat memikirkan semuanya?
Tinggal batalkan saja pernikahannya paman...
Aku mencoba memberi solusi ditengah kekalutan ku. Ini masih seperti mimpi bagiku. Tidak mungkin nyata bukan?
Tidak bisa nona, bibi Anggie sakit keras dan harus menjalani operasi.
Aku bahkan tersedak ludahku sendiri mendengar penuturan paman Sam yang menurutku terlalu tiba-tiba.
Rangga melakukan perjanjian dengan bibi Anggie, jika ia mau menikahi wanita pilihan ibunya maka operasi itu akan berjalan pada esok harinya tepat setelah pernikahan terjadi.
Jadi jika pernikahan ini batal, maka bibi Anggie tidak akan melakukan operasi itu.
Aku begitu syok setelah mendengar berita menggemparkan ini. Aku bahkan tidak tahu apapun yang telah dialami oleh bibi Anggie.
Ia selalu bersikap seolah semuanya baik-baik saja, bahkan paman Rangga juga menutupi nya dariku.
***
Entah sejak kapan aku mengikuti paman Sam dengan pikiran kosongku. Kami bahkan sudah tiba di sebuah hotel yang dapat ku yakini sebagai tempat pernikahan diadakan.
Paman Sam membantu meraih tanganku karena aku hanya diam tak mengatakan apapun dan juga tak mampu untuk bergerak.
Semua khayalan tentang merebut paman Rangga dari saudariku sirna sudah, tergantikan dengan pikiran yang dipenuhi oleh bibi Anggie.
Air mataku menetes begitu saja tanpa kusadari, wanita paruh baya itu telah kuanggap seperti ibuku sendiri.
Namun karena perjodohan yang bahkan tidak kutahu sebabnya apa, aku sedikit menjauhi bibi Anggie karena rasa kecewa yang tidak masuk akal.
Argh, sial...
Aku akhirnya menangis tersedu-sedu saat tiba didalam sebuah ruangan. Aku tidak melihat satu orang pun sehingga dengan bebas aku menumpahkan tangisku.
Namun ada sebuah pelukan hangat yang sangat ku kenali baunya. Ternyata aku tidak sendiri ditempat ini, ada paman Rangga beserta para perias.
Sedangkan paman Sam tidak lagi terlihat batang hidungnya. Dengan lekat ku pandangi mata tajam paman Rangga, mencari sebuah kebohongan didalamnya.
Namun tidak kutemukan, karena aku sudah lebih dahulu terhipnotis oleh tatapan tajamnya yang begitu menggoda.
Aku hanya perlu berpura-pura kan? Berkali-kali aku menyakinkan diriku sendiri. Harapan gilaku yang ingin menikahi paman Rangga akan kubuang jauh-jauh.
Aku rela melepaskan semua perasaanku jika itu atas kemauan bibi Anggie yang ingin menjadikan Maurice sebagai menantu nya.
Semua akhirnya berjalan seperti yang di intruksi ka oleh paman Sam padaku saat memasuki hotel ini.
Namun ada satu hal yang tak luput dari pandangan mataku. Gaun pernikahan yang terpajang di etalase waktu itu, gaun yang kukagumi keindahannya. Kini telah melekat sempurna di tubuhku.
Aku menatap paman Rangga bermaksud meminta penjelasan ditengah suasana hatiku yang sedang sedih.
Namun pria itu hanya sibuk dengan ponselnya tanpa sedikitpun menatapku.
***
Seminggu sebelum pernikahan, tepat pada saat Maurice mencoba gaun pengantin nya. Rangga diam-diam memperhatikan Shella yang mengagumi sebuah gaun pengantin yang terpasang di etalase.
Secara diam-diam, pria itu menyuruh Sam untuk membeli gaun itu tanpa sepengetahuan siapapun.
Sam yang mengetahui bagaimana perasaan Rangga, hanya mengikuti kemauan bosnya yang sedikit gila itu.
Semua rencana ini bulat berasal dari pemikiran Rangga sendiri. Pria matang yang sangat pandai menyembunyikan kan perasaannya sendiri.
Dan semua itu hanya karena rasa gengsinya yang sangat besar melebihi tubuhnya sendiri.
.
..
Next...
Jangan lupa like nya ya teman-teman ☺