Terpenjara Cinta Tuan Keenan

Keesokan harinya Keenan menemui Jonathan di penjara. Ia bingung harus bagaimana lagi mencari keberadaan Berliana. Saat ini mereka tengah duduk berdua dengan saling berhadapan.

"Untuk apa kau menemui ku !" ucap Jonathan ketus menatap tak suka pada Keenan.

"Kau sudah dipenjara saja masih sombong kepadaku ! huh" Keenan menyunggingkan senyuman mengejek pada Jonathan.

"Langsung saja, mau apa kau ?" tanya Jonathan cepat.

"Dimana Berliana" pertanyaan tidak berbobot itu keluar dari mulut Keenan begitu saja.

"Aku ini di penjara, bahkan sudah lima tahun terakhir aku tidak bertemu dengannya. Mengapa kau bertanya denganku ? harusnya aku yang bertanya bagaimana keadaan adikku !" sarkas Jonathan pada Keenan.

Keenan menghembuskan kasar nafasnya benar apa yang di katakan oleh Jonathan. Mengapa ia begitu bodoh dengan membuang-buang waktu menemui Jonathan di penjara. Keenan bangkit dari duduknya kemudian ia pergi meninggalkan Jonathan yang mengumpat padanya.

"Hei, kau mau kemana ?! Dimana adikku, berengsek !" teriak Jonathan

Keenan bingung harus bagaimana dan dimana lagi ia mencari keberadaan Berliana. Bukan hanya mencari keberadaan Berliana tapi ia juga harus menyambung hidup dengan bekerja, sebab uang yang diberikan oleh Kinanta hanya cukup untuk membayar sewa kontrakan rumah dan motor baru yang baru saja ia beli.

"Huh...aku harus mencari pekerjaan, tapi apa ? Ijazahku saja ditahan oleh Daddy, bagaimana aku bisa melamar pekerjaan." Keenan menjadi frustasi sendiri.

Tiba-tiba ia melihat sekelompok tukang ojek online yang berseragam jaket berwarna hijau. Ia terpikirkan bagaimana jika dirinya berkerja sebagai tukang ojek ?

Namun tiba-tiba niatnya itu ia urungkan karena tentu saja ia malu dengan profesi tersebut. Keenan yang percaya diri jika dirinya lelaki tampan, mapan, dan kaya mana mungkin bekerja sebagai tukang ojek. Benar-benar jatuh sudah harga diri Keenan jika ia berkerja seperti itu.

Tak lama ia membaca sebuah lowongan kerja yang tertempel di dinding toko. Sebuah lowongan pekerjaan sebagai kurir. Keenan merasa mungkin lebih baik menjadi kurir ketimbang menjadi tukang ojek. Lagi pula walaupun Keenan pintar dalam berbisnis, ia juga butuh modal untuk membuka suatu usaha. Sedangkan keuangannya sangat menipis.

Tanpa berpikir panjang Keenan mendatangi tempat kerja tersebut dan melamar sebagai seorang kurir di sana. Saat Keenan melamar pekerjaan seorang Ibu-ibu paruh baya menatao tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Lelaki tampan yang melamar sebagai seorang kurir.

"Wajahmu sangat tampan kenapa kau tidak menjadi Model atau Artis saja ?" ucap calon Bos Keenan sebut saja namanya Bu Ningsih. "Kau tidak perlu di tes dan diseleksi, kau ku terima menjadi kurir disini !" ucap Ningsih lagi.

Keenan begitu senang akhirnya ia bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan meskipun berprofesi sebagai seorang kurir. "Terimakasih, Nyonya !" balas Keenan dengan tersenyum manis.

Semenjak Keenan bekerja sebagai seorang kurir banyak sekali suka duka yang ia alami. Teman-temannya menjauhi dirinya karena merasa mereka tak level berteman dengan Keenan.

Terlebih lagi dengan Miko hubungan Keenan begitu sangat buruk dengannya. Pernah satu kali Keenan datang ke kantor dengan harapan bisa meminta bantuan Miko. Namun apalah daya bak kacang lupa kulitnya Miko seolah mencampakkan dirinya.

Miko menyuruh resepsionis untuk tidak menerima kedatangan Keenan. Bahkan Miko memerintahkan pengawal untuk mengusir Keenan. Tentu saja Keenan begitu marah pada Miko.

Semua orang menjauhi Keenan, ia merasa sendiri sekarang. Tak ada keluarga dan teman yang mau membantunya dan dekat dengannya. Dalam perjalanan mengantarkan paket yang akan ia kirimkan ke para pelanggan tempat ia bekerja, tiba-tiba muncul notifikasi pesan dari Bu Ningsih jika Keenan harus datang ke sebuah alamat yang dikirimkan untuk mengambil paket.

Keenan kemudian menuju lokasi tersebut, betapa terkejutnya ia saat teringat lokasi itu adalah alamat rumah almarhum Kakeknya.

"Kenapa lokasinya harus disini dan rumah ini ?" tanya Keenan seorang diri saat ia telah tiba di depan halaman rumah Kakeknya.

.......