Pelabuhan Hati Sang Casanova

Igo menggelembungkan pipinya menahan tawa mendengar kata gondal-gandul,otak mesum Igo langsung menghalu membayangkan penampakan pegunungan pribadinya yang gondal-gandul.

"Ikh...kak Igo!!!!" Teriak Tia kesal.

"Oke...oke,kamu tunggu sini,biar aku beli bungkus pegunungan mu dulu." Kata Igo. Ia pun membuka pintu mobil hendak keluar dari dalam mobil.

Namun,baru saja ia menurunkan satu kakinya,ia kembali memutar tubuhnya.

"Oh iya,ukurannya berapa?"

"Tiga enam." Jawab Tia ketus.

"Oke...oke." Igo pun turun dari dalam mobil dan menutup pintu mobil. Namun tak lama ia kembali membuka pintu mobil lagi.

"Apalagi?" Tanya Tia dengan raut wajah kesal.

"Segitiga berenda nya mau aku beli juga gak?" Tanya Igo.

"Ya beli lah kak,masa mau aku pake lagi,udah aku puter nih kemaren,jadi side A side B udah kepake." Jawab Tia jujur.

"Ukurannya?"

"L. Oh..iya sekalian beliin pentiliner."

"Pentiliner? Apaan tuh?!"

"Udah bilang aja begitu."

"Tapi buat apaan itu?"

"Itu pakaian dalamnya kan belum di cuci,kan gak mungkin **** * aku langsung bersentuhan sama pakaian dalam yang belum di cuci,jadi pentilinernya aku jadiin penghalang." Kata Tia menjelaskan.

Igo menganggukkan kepalanya,entah masuk di otak Igo atau tidak,yang penting angguk-angguk saja dulu.

"Oke...oke..." Igo pun menutup pintu mobil dan kembali masuk ke dalam pasar.

Setelah Igo pergi,baru lah Tia mengganti sleepwear nya dengan daster emak-emak komplek yang gombrang di tubuhnya.

Lima belas menit kemudian Igo pun datang membawa pakaian dalam dan pentiliner pesanan Tia.

"Loh...kok kamu ganti baju aja." Protes Igo saat melihat sang istri ternyata sudah berganti pakaian.

"Cih...kakak pikir aku gak tau isi otak kakak!!! Jadi dari pada aku rugi bandar,mending aku langsung ganti baju. Mana pakaian dalamnya?" Tanya Tia sambil menengadahkan tangannya.

"Nih.." Igo menyodorkan kantong plastik yang berisi pesanan sang istri. Tia pun mengambil kantong plastik itu dari tangan Igo.

"Ngapain masih disitu? Udah keluar sana.!" Perintah Tia karena Igo masih betah di tempat duduknya.

"Gak perlu bantuan aku? Mana tau kamu perlu bantuan untuk masang pengait pembungkus gunung,aku ikhlas kok bantuin."

PLAAAK. Tia memukul lengan Igo sangat kencang.

"Aaauw...sakit Ti.!!" Ringis Igo.

"Makanya jangan mesum!!! Udah sana keluar,cepetan!!!" Perintah Tia lagi.

"Iya...iya..udah galak,pelit lagi!!!" Gerutu Igo sambil membuka pintu mobil. Igo pun keluar dari dalam mobil.

Setelah Igo keluar,cepat-cepat Tia mengunci pintu mobil dan langsung mengganti pakaian dalamnya. Tia pun keluar dari dalam mobil setelah selesai mengganti pakaian dalamnya.

"Ayo kak."

"Lama banget!!!!" Gerutu Igo karena menunggu Tia,andai saja Tia mengizinkan Igo untuk melihat proses mengganti baju dan pakaian dalam pasti Igo tidak akan menggerutu seperti ini.

Tia tidak menjawab dan hanya memutar bola matanya malas dan terus berjalan masuk ke dalam pasar.

🎀 🎀 🎀

"Hahahaha...." tawa Igo terdengar menggelegar di dalam mobil. Kini mereka sedang dalam perjalanan pulang ke villa setelah hampir satu jam berkeliling pasar mencari bahan-bahan untuk membuat makanan pesanan Tia.

"Gak usah ketawa!!! Gak lucu!!" Sentak Tia kesal.

Bagaimana tidak kesal,sewaktu mereka belanja tadi ada salah satu pedagang menyebut Tia adalah asisten rumah tangga Igo,karena muka Tia terlihat lebih tua dari Igo apalagi daster yang Tia pakai makin membuat Tia terlihat sepuluh tahun lebih tua,sangat jomplang dengan pakaian yang Igo pakai saat ini yang memakai celana joger dan kaos oblong,ditambah lagi jalan mereka yang jaga jarak,makin pantas lah Tia di anggap si Inem oleh para pedagang di pasar.

"Gak lucu apanya,orang lucu banget kok!!! Aku kirain kalau kita berdua masuk pasar,orang-orang akan bilang kita pasangan serasi dan fenomenal,lah ini...di bilang majikan sama pembantunya. Hahahahaha.." Igo kembali tertawa terbahak-bahak di akhir kalimatnya.

Tia menarik nafas panjang dan membuang nafasnya kasar,mencoba untuk mengendalikan emosi.

"Sabar Ti...sabar..." lirih Tia sambil mengelus dadanya.

"Udah puas ketawanya? Kalau udah puas,sekarang kakak konsen nyetirnya biar kita cepet nyampe villa. Badan aku udah lengket banget ini,pengen cepet-cepet mandi." Ucap Tia dengan nada yang di buat selembut mungkin karena malas berdebat dengan Igo.

"Oke...oke. Tapi nanti kita mandi bareng yah,kayaknya punggung aku udah banyak dakinya,apalagi si Dragon bukan dakian lagi tapi udah karatan." Goda Igo sambil menaik turunkan alisnya.

"KAK IGOOOOOO!!!" Teriak Tia yang sudah tidak sanggup menahan emosinya karena Igo selalu menggodanya dengan hal-hal mesum.

Sedangkan Igo malah makin tertawa melihat ekspresi Tia yang emosi.

Akhirnya mobil yang Igo kendarai tiba juga di villa.

Cepat-cepat Tia keluar dari dalam mobil dan membanting pintu mobil dengan kasar.

"Astaga Tia!!! Pelan-pelan dong tutup pintunya,baru dua bulan nih mobil!!!" Protes Igo karena mobil baru yang ia beli dengan harga hampir dua miliar di banting pintunya sangat keras oleh Tia.

Tia tak menghiraukan protes Igo,ia tetap melangkahkan kakinya masuk ke dalam villa. Tia sudah tidak sabar ingin berendam di dalam bath up sambil menyalakan aroma therapy untuk menstabilkan emosinya yang sudah di ubun-ubun karena ulah Igo yang selalu menggodanya.

Igo pun turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam villa sambil membawa belanjaan yang tadi mereka beli di pasar dan membawa barang belanjaannya ke dapur kemudian memilah milih bahan-bahan yang akan ia pakai untuk membuat udang saus tiram,ayam bakar bumbu bali dan tumis kangkung terasi. Setelah bahan untuk memasak makanan pesanan Tia di siapkan,Igo pun menyusun sisa bahan yang tidak di pakai di dalam kulkas.

Begitu lah Igo,walaupun ia anak kesayangan mama Wita,tapi untuk urusan dapur,Igo tidak pernah malu untuk mengerjakannya sendiri. Malah ia lebih suka memasak makanannya sendiri ketimbang beli di luar,makanya di apartemen Igo kulkas Igo jarang sekali kosong. Dibanding Yordan dan Irlan,Igo lah yang paling jago masak.

Bagaimana tidak jago masak kalau sejak kecil mama Wita selalu membawa Igo ke dapur untuk menemani mama Wita memasak. Bukan tanpa alasan mama Wita membawa Igo pada saat memasak,itu semua mama Wita lakukan karena saat kecil Igo paling tidak bisa jauh dari sang mama,jika di tinggal sebentar ke wc saja Igo langsung menangis histeris seperti di tinggal ke Selandia Baru. Ditambah lagi Igo akan langsung demam tinggi kalau sudah menangis histeris dan terlalu lama,membuat mama Wita mau tidak mau membawa Igo kemana saja sekalipun itu ke kamar mandi.