Tumbuh menjadi anak pembantu semenjak kecil, tidak membuat Rifan malu. Dia justru merasa beruntung, selain dibiayai sekolah oleh majikan, Rifan bahkan diperbolehkan bersahabat dengan Alisha, nona mudanya.
Namun satu insiden karena candaan merubah segalanya. Ketika rasa penasaran berubah jadi petaka berkelanjutan. Rifan dan Alisha ketagihan tidur bersama, padahal mereka sudah sama-sama punya kekasih. Sampai suatu hari, ibunya Rifan berhasil memergoki kelakuan putranya dengan sang nona muda, saat itulah Rifan dipaksa pergi dari rumah. Tapi apakah itu akan jadi akhir hubungan Rifan dan Alisha? Tentu saja tidak.
"Kembalilah padaku dan jadilah simpananku." Alisha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter ⁴ - secret between us
Rifan mulai bergerak pelan, mencoba menyesuaikan diri dengan situasi yang baru saja mereka alami. Ia berusaha berhati-hati agar tidak membuat Alisha semakin kesakitan. Napasnya terengah, wajahnya memerah karena rasa yang sulit dijelaskan.
Sementara itu, Alisha masih berusaha menahan rasa tidak nyaman. Tangannya berpegangan erat pada punggung Rifan, matanya terpejam. Namun perlahan, raut wajahnya mulai berubah, rasa sakit yang tadi ia rasakan berangsur hilang, berganti dengan kehangatan yang lembut.
“Lebih santai, Fan…” ucapnya pelan.
Rifan mengangguk kecil, mengikuti ritme yang lebih tenang. Waktu berjalan tanpa suara, hanya napas keduanya yang saling bertaut, disertai bisikan lembut dan rasa yang tak dapat dijelaskan dengan kata.
Keduanya larut dalam keheningan yang hangat, saling menatap dan memeluk erat. Bagi mereka, momen itu terasa begitu intens, campuran antara penasaran, kasih, dan keberanian untuk melangkah lebih jauh dari sekadar pertemanan.
Ketika semuanya berakhir, Rifan terbaring di samping Alisha. Nafasnya berat, namun wajahnya menunjukkan rasa puas bercampur bingung.
“Itu tadi… benar-benar gila,” ucapnya sambil menatap langit-langit.
Alisha mengatur napasnya yang masih belum stabil. “Anggap saja itu… bagian dari permainan persahabatan kita, Fan. Itu nggak berarti apa-apa. Hanya karena rasa penasaran dan perasaan sesaat,” katanya pelan.
Ucapan itu membuat Rifan terdiam. Ia sempat berpikir bahwa Alisha benar-benar memiliki perasaan padanya. Tapi mendengar penjelasan itu, ia hanya bisa menerima. Bagaimanapun, Alisha adalah orang yang harus ia hormati.
“Oke…” jawabnya akhirnya, walau terdengar agak terlambat dan datar.
“Kau sebaiknya bereskan kekacauan di luar. Nanti orang-orang keburu pulang,” ujar Alisha sambil mendorong bahu Rifan ringan.
“Sebentar lagi. Aku masih capek, nih. Kau enak, kerjanya tinggal nyuruh-nyuruh aja,” sahut Rifan setengah bercanda.
“Eh! Yang enak itu justru kamu! Udah… ngambil sesuatu yang berharga dari aku,” balas Alisha tak mau kalah, walau nadanya lebih lembut dari biasanya.
Rifan terdiam. Ia menatap Alisha dari samping. Gadis itu masih berbaring dengan tubuh tertutup selimut tipis. Wajahnya tampak lelah, namun tetap cantik di mata Rifan. Ada perasaan aneh di dadanya, antara bersalah, bahagia, dan kagum.
Rifan akhirnya bangkit dari tempat tidur. Saat itulah matanya tertuju pada sprei yang ternoda di bagian tengah.
“Al! Ini… darah,” ucapnya pelan sambil menunjuk ke arah noda tersebut.
“Hah?” Alisha langsung bangkit, memeriksa sprei itu dengan wajah kaget. Benar saja, ada noda darah yang cukup jelas di sana.
“Kau nggak lagi… sakit bulanan, kan?” tanya Rifan cepat.
“Ya enggaklah!” jawab Alisha dengan nada kesal tapi panik.
“Kalau begitu… mungkin itu akibat dari kita tadi,” ujar Rifan pelan.
“Darahku?” tanya Alisha pelan.
Rifan hanya mengangguk. “Mungkin begitu. Kadang… itu terjadi kalau seseorang baru pertama kali,” katanya hati-hati, berusaha tidak memperburuk suasana.
Alisha menunduk, wajahnya memanas. “Gimana, Fan? Nodanya jelas banget,” keluhnya sambil menutupi wajah dengan tangan.
“Udah, biar aku yang beresin. Kau ke kamar dulu, ganti pakaian. Aku ambilkan bathrobe,” ujar Rifan cepat. Ia masuk ke kamar mandi dan kembali membawa dua bathrobe, satu untuk dirinya dan satu untuk Alisha.
“Ya udah, aku ke kamar, ya,” kata Alisha sambil berjalan pergi, masih terlihat malu-malu.
Rifan menunggu sampai gadis itu keluar ruangan, lalu segera bergerak cepat. Ia melepas sprei kasur dan menggantinya dengan yang baru. Setelah itu, ia memungut pakaian Alisha yang berserakan untuk dicuci.
Semuanya ia bereskan dengan telaten. Tak ada satu pun jejak yang tersisa dari kejadian barusan. Ia sudah terbiasa menata dan membereskan kekacauan yang dibuat oleh Alisha, seolah perannya sebagai “babu” sudah menjadi bagian dari hidupnya.
Saat melihat kamar kembali rapi, Rifan menarik napas panjang. Di balik semua itu, ia tahu satu hal: hubungan mereka tidak akan pernah sama lagi setelah hari ini.
Kematian, kelahiran, rezeki, nasib, hingga jodoh itu semua telah ditetapkan sebelumnya dalam garis takdir manusia dan tidak diketahui oleh siapapun, kecuali Allah SWT...✌️
Ketetapan Allah SWT kepada setiap makhluk-Nya sejak zaman manusia diciptakan, meliputi baik dan buruk nasib, hingga bagaimana hidup dan matinya manusia.
Jadi dapat dikatakan bahwa apa yang akan, sedang dan sudah terjadi di hidup manusia itu semuanya sebenarnya sudah digariskan oleh Allah SWT...🤫
Pada akhirnya menyesal karena telah menyia²kn org yg dgn tulus mencintaimu apa adanya...😥😰
Terlebih jika kalian tidak dapat bersama karena beragam alasan tertentu. Misalnya saja karena perbedaan ataupun masalah lainnya yang akhirnya membuat kalian memutuskan pergi ke jalan masing-masing.
Namun sekali lagi keadaan menuntut kalian agar satu sama lain benar-benar mengikhlaskan karena tak bisa bersama.
Ketika kamu sudah bisa merelakan segala sesuatu yang kamu senangi, di situlah kamu sudah belajar ikhlas.
Belajar untuk merelakan dan ikhlas akan membuatmu lebih dewasa dan mampu kembali menatap masa depan tanpa beban masa lalu...🤧😭