NovelToon NovelToon
Aku Bisa Tanpa Dia

Aku Bisa Tanpa Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Janda / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Minami Itsuki

Aku sengaja menikahi gadis muda berumur 24 tahun untuk kujadikan istri sekaligus ART di rumahku. Aku mau semua urusan rumah, anak dan juga ibuku dia yang handle dengan nafkah ala kadarnya dan kami semua terima beres. Namun entah bagaimana, tiba-tiba istriku hilang bak ditelan bumi. Kini kehidupanku dan juga anak-anak semakin berantakan semenjak dia pergi. Lalu aku harus bagaimana?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 4

"Ibu… Ratu benar tidak ke sini?" tanyaku lagi, seolah aku salah dengar.

Aku tercekat. Seharian penuh aku sudah menahan ego, berharap saat pulang nanti aku bisa menemukan Ratu dan berbicara baik-baik dengannya. Tapi kenyataannya, istriku sama sekali tak ada kabar.

Ibu mertua menghela napas panjang, wajahnya tampak cemas.

"Betul, Lang. Semenjak Ratu menikah sama kamu, anak ibu sudah jarang mampir ke sini. Ibu juga sudah coba hubungi, tapi nomornya tidak aktif."

Jantungku berdetak semakin cepat.

"Dia… biasa pergi ke mana, Bu? Apa Ratu ada bilang sesuatu sebelumnya?"

Aku begitu marah saat tahu Ratu tidak ada di rumah ibunya. Dadaku terasa sesak, panas naik ke kepalaku. Bagaimana mungkin dia pergi begitu saja tanpa meninggalkan kabar? Istri macam apa yang tega membuat suaminya gelisah seperti ini?

"Ibu juga enggak tahu, Ratu dari dulu anaknya terlalu tertutup sama ibu. Jadinya ibu tidak bisa berbuat apa-apa, Lang."

"Ibu, ini sudah keterlaluan!" suaraku meninggi tanpa bisa kutahan. "Dia istri saya, tapi berani seenaknya pergi begitu saja. Tidak pulang, tidak pamit, tidak kasih kabar. Istri kurang ajar!"

Ibu mertua terdiam, wajahnya jelas tidak nyaman mendengar amarahku. Tapi aku sudah terlalu emosi.

"Kalau dia pikir dengan cara ini saya akan diam, dia salah besar, Bu. Saya tidak akan biarkan Ratu seenaknya mempermainkan rumah tangga ini!"

Tanganku mengepal, mataku menatap tajam ke sekeliling seolah mencari bayangan istriku yang hilang. Aku merasa harga diriku diinjak-injak.

"Bu, ini semua salah ibu juga!" bentakku, nada suaraku tajam. "Kalau dari dulu ibu bisa mengajari Ratu jadi istri yang benar, dia tidak akan seperti ini! Seenaknya pergi, meninggalkan anak-anakku, meninggalkan saya, membuat rumah tangga jadi berantakan!"

Ibu mertua menatapku dengan mata berkaca-kaca, tapi aku terlalu marah untuk peduli.

"Anak saya tidak sekolah hari ini, Bu! Mereka nangis karena seragamnya kotor, tidak ada yang menyiapkan sarapan. Semua kacau! Dan itu gara-gara Ratu yang kabur, dan ibu yang tidak bisa menahan dia!"

Tanganku bergetar menahan emosi.

"Saya sudah capek, Bu! Kalau begini caranya, untuk apa saya punya istri?! Untuk apa saya menikahi dengan anak ibu kalau akhirnya saya diperlakukan seperti ini?!"

Aku menatap ibu mertua dengan sorot mata tajam. Amarahku sudah sampai di ubun-ubun.

"Ibu harus ikut bertanggung jawab!" suaraku lantang, membuatnya terperanjat. "Kalau ibu tidak ikut mencari Ratu bersama saya, jangan harap lagi saya akan membantu ibu membayar hutang!"

Ibu mertua menunduk, wajahnya pucat. "Lang… jangan begitu, Nak. Jangan bawa-bawa masalah hutang. Itu urusan lain."

"Urusan lain?!" bentakku. "Tidak ada urusan lain, Bu! Semua ini saling berkaitan. Selama ini siapa yang selalu menutup mata atas semua hutang ibu? Saya! Siapa yang selalu mengulurkan tangan kalau ibu butuh uang? Saya! Dan sekarang, anak ibu seenaknya kabur, meninggalkan anak-anak saya, meninggalkan rumah dalam kekacauan!"

Ibu mertua terisak, tubuhnya bergetar.

"Lang… jangan kejam begitu sama ibu. Ibu memang salah tidak bisa menjaga Ratu… tapi tolong, jangan hukum ibu begini. Ibu juga tidak tahu kalau Ratu enggak ada di rumah kamu."

Aku serius, Bu!" ujarku sambil menunjuknya. "Saya akan tarik kembali semua uang yang sudah pernah saya berikan. Rumah yang pernah saya bantu renovasi, uang belanja bulanan, bahkan cicilan yang saya lunasi untuk ibu, semuanya akan saya minta kembali. Saya tidak peduli bagaimana caranya. Kalau ibu tidak mau, biar debt collector yang urus!"

"Lang, ibu mohon jangan ada ancaman lagi. Ibu janji akan cari Ratu bersama kakaknya."

Aku menggeleng keras.

"Kalau begitu, buktikan, Bu. Ikut saya cari Ratu. Kalau tidak, jangan harap ibu bisa hidup tenang. Saya tidak akan lagi jadi tameng ibu dari para penagih hutang."

Ibu mertua terdiam lama, wajahnya penuh ketakutan. Lalu dengan suara lirih ia berkata,

"Baiklah, Nak… ibu akan bantu. Ibu akan cari tahu di mana Ratu sekarang. Asal jangan tinggalkan ibu dalam kesulitan."

Aku mendengus kasar, lalu berbalik sambil berkata,

"Ingat, Bu. Jangan coba-coba membela Ratu. Kalau sampai ketemu, saya yang akan urus dia."

...****************...

Setelah keluar dari rumah ibu mertua, nafasku masih memburu. Amarah yang sejak tadi membakar dada kini bercampur dengan rasa lelah. Aku enggan pulang. Melihat rumah tanpa Ratu, anak-anak yang berantakan, hanya akan membuat kepalaku makin pening.

Aku butuh tempat untuk menenangkan diri. Butuh seseorang yang bisa menghiburku, yang tidak akan membuatku merasa disalahkan. Dan pikiranku langsung tertuju pada Megan.

Tanpa pikir panjang, aku mengarahkan mobil ke apartemennya. Jarak yang biasanya terasa jauh, kali ini kulalui dengan cepat karena hatiku ingin segera sampai.

Begitu pintu apartemen terbuka, Megan langsung menyambutku dengan senyuman manisnya.

"Erlangga… kamu kelihatan capek sekali. Ada apa?" tanyanya lembut, menatapku dengan penuh perhatian.

Aku menghela napas panjang, lalu melangkah masuk. "Megan, aku… kacau sekali. Ratu dari kemarin tidak pulang ke rumah, entah ke mana. Dia tinggalkan anak-anak, rumah berantakan. Aku benar-benar muak."

Megan menatapku dalam-dalam, lalu mendekat, mengusap lenganku.

"Sayang, jangan terlalu dipikirkan. Kalau dia memang tidak bisa jadi istri yang baik, itu bukan salahmu. Kamu butuh istirahat. Biarkan aku yang menghiburmu malam ini."

Aku terdiam, lalu menunduk. Suara Megan seperti balsem yang menenangkan amarahku.

"Kadang aku berpikir… mungkin aku salah pilih istri," gumamku lirih.

Megan tersenyum tipis, lalu menatapku dengan tatapan penuh arti.

"Kamu tidak salah pilih, cuma saja… mungkin dia tidak tahu cara menghargai laki-laki sehebat kamu. Biarkan aku yang ada untukmu sekarang."

Aku menatapnya. Ada rasa bersalah yang sekilas melintas, tapi lenyap ditelan kebutuhan akan pelarian. Setidaknya, bersama Megan aku bisa melupakan sejenak kekacauan yang terjadi di rumah.

Megan menutup pintu apartemen perlahan, lalu menggandeng tanganku menuju ruang tamu. Dia menyuruhku duduk, kemudian menuangkan segelas air dingin.

"Kamu harus tenang dulu," katanya lembut. "Kalau wajahmu terus kusut begini, aku jadi kasihan."

Aku meneguk air itu, berusaha meredakan panas di dada. Tapi begitu Megan duduk di sampingku, tubuhku langsung terasa rileks. Aroma parfumnya yang khas menusuk hidung, membuat pikiranku beralih dari kekacauan rumah.

"Megan…" suaraku parau, "kadang aku merasa hanya kamu yang benar-benar mengerti aku."

Dia tersenyum manis, lalu mengusap pipiku. "Karena aku memang selalu ada buat kamu, Lang. Aku tidak akan pernah membuatmu merasa sendirian."

Tangannya menyentuh jemariku, menggenggam erat.

"Kalau istrimu tidak bisa menjaga rumah, tidak bisa menjaga hatimu, kenapa kamu harus terus bertahan? Kamu pantas bahagia, dan aku bisa memberimu itu."

Aku menatap matanya, hatiku bergejolak. Kata-katanya seperti racun manis yang menenangkan sekaligus menjeratku.

Aku menarik napas berat. "Megan… aku lelah. Aku butuh seseorang yang bisa membuatku merasa dihargai."

Megan mendekatkan wajahnya, suaranya berbisik. "Kalau begitu, biarkan aku jadi tempatmu pulang. Biarkan aku yang jadi sandaranmu, Lang."

Tanpa sadar, jarak di antara kami semakin dekat. Aku membiarkan diriku tenggelam dalam pelukan Megan, seolah semua masalahku dengan Ratu menguap begitu saja.

Malam itu, aku menyerahkan diriku pada Megan. Dan dalam pelukannya, aku lupa sejenak bahwa aku masih punya Ratu, tapi aku tidak peduli, toh dia hanya kujadikan babu gratisan berkedok istri. Aku masih punya Megan yang bisa menghiburku saat ini.

1
Riani Putri
mantap, tinggal liat gimana menderitanya dia ditinggal ratu, belum lg ketauan korupsi dikantor nya, ayo Thor dilanjutkan lg cerita nya
Riani Putri
mana lanjutannya thor
Riani Putri
ayo dong kk, up lagi, seru ceritanya
Pajar Sa'ad: oke, siap.. ditunggu ya
total 1 replies
Himna Mohamad
mantap ini
Pajar Sa'ad: terima kasih, kak.. tunggu update selanjutnya ya kak 😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!