Lin Pan mendapati kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Dikhianati dan dikuasai oleh amarah, ia kehilangan kendali—dan membunuh keduanya dengan cara yang brutal.
Namun takdir mempermainkannya. Sesaat setelah perbuatan itu, sebuah tas jatuh dari lantai atas dan menimpanya. Bukannya mati, Lin Pan justru terbangun di dunia lain… dalam tubuh seorang bocah 17 tahun bernama Mo Tian, murid sekte rendahan yang selalu dihina dan diremehkan.
Di tengah keputusasaannya, Mo Tian menemukan sebuah teknik terlarang — Blood Devour Technique, kemampuan mengerikan yang memungkinkannya menyerap dan mengendalikan darah musuhnya.
Dengan kekuatan itu, ia bersumpah untuk membalas setiap penghinaan… dan menulis ulang takdirnya dengan darah.
📷 IG: @agen.one
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
004: Pembantaian Senyap dan Racun Mematikan
Setelah menghabisi para penindasnya, Mo Tian meninggalkan gudang tua, membawa serta buku Blood Devour Technique.
Ia memastikan tidak ada orang di sekitar sebelum menutup pintu reyot itu. "Aku harus segera kembali ke sini—sebelum murid lain datang."
Mo Tian beranjak, tujuannya kini adalah gudang penyimpanan sekte yang berisi racun dan buku kultivasi. Untuk saat ini, hanya racun yang ia butuhkan.
Sesampainya di dekat tempat penyimpanan racun, Mo Tian bersembunyi di balik tembok besar, mengamati sekeliling. "Satu di atas, dua di gerbang, tiga di belakang. Oke, aku singkirkan yang di gerbang dulu."
Ia bergerak mengendap-endap mendekati dua murid yang menjaga ruangan penting itu. Anehnya, Mo Tian tidak merasakan gugup atau panik sedikit pun. Detak jantungnya tetap normal, seolah apa yang akan ia lakukan hanyalah rutinitas biasa.
WHOOS! TAK TAK TAK!
Mo Tian melemparkan batu kecil ke arah berlawanan. Kedua murid itu saling pandang dan mengangguk. Satu murid pergi untuk mengecek sumber suara.
Saat murid itu menjauh, Mo Tian langsung membekap mulut murid yang tersisa di gerbang.
CLEB!
Dengan gerakan cepat, Mo Tian menusuk urat lehernya. Murid itu bahkan tak sempat melawan atau bereaksi, langsung kehilangan kesadaran. Mo Tian menyeret tubuhnya ke belakang semak-semak.
Murid yang memeriksa arah lemparan batu kembali dan kebingungan mencari temannya.
"Ke mana perginya dia? Apa dia pergi kencing, ya?" Murid itu berpikir temannya hanya sebentar meninggalkan pos.
Ia kembali berjaga sendirian. Tak lama, temannya muncul kembali, mengenakan topi yang menutupi sebagian wajahnya.
"Dari mana saja kau? Kencing?" tanya murid itu. Temannya tidak menjawab. Begitu jarak mereka dekat, sebuah aksi brutal terjadi.
CLERCK!
Orang itu ternyata adalah Mo Tian, yang telah mengganti pakaian dengan seragam murid yang baru saja dibunuhnya. Mo Tian menusuk leher murid yang tersisa itu. Murid itu ingin berteriak memberi tahu adanya penyusup, namun darah yang menyembur dari lehernya merenggut suaranya.
Murid itu ambruk, tetapi Mo Tian menahannya agar tidak menimbulkan suara. Segera, Mo Tian menyerap darah murid itu untuk menambah kekuatannya. Tubuh korban itu langsung mengering, keriput, hanya menyisakan tulang.
"Sekarang tinggal beberapa serangga lagi," batin Mo Tian, berniat menghabisi semua ancaman yang bisa mengganggu rencananya. Ia kemudian memanggil penjaga yang berada di atas.
"Saudara Li! Ada sesuatu yang ingin aku laporkan," teriak Mo Tian. Penjaga di atas, yang dikenal sebagai Saudara Li, segera turun, mengira yang memanggilnya adalah murid yang bertugas.
Setelah turun, Saudara Li bingung melihat Mo Tian sendirian. "Ke mana Zhang? Apa dia pergi ke asrama?" Mo Tian tetap menunduk, menyembunyikan wajahnya.
Sambil menunduk, Mo Tian menunjuk ke arah belakang Saudara Li. Saudara Li berbalik, "Jadi dia memang pergi ke asrama, ya. Tapi, kenapa kau selalu menun… DUK! OHOK!"
Mo Tian mengangkat wajah iblisnya. Ia tersenyum senang saat melihat Saudara Li tersiksa setelah Mo Tian menusuk perutnya. Saudara Li mencoba berteriak memanggil penjaga di belakang, namun Mo Tian langsung menebas lehernya tanpa ampun.
Saudara Li tewas seketika. Mo Tian menyerap darahnya; ia merasakan kekuatannya berlipat ganda. Mo Tian menyeret kedua mayat itu dan menyembunyikannya di antara semak-semak, bersama mayat sebelumnya.
"Tiga serangga lagi, ya. Aku tidak punya banyak waktu. Aku harus segera menghabisi mereka semua." Mo Tian berjalan santai menuju pos di belakang.
Di sana, tiga murid sedang berjaga sambil mengobrol dan bercanda. Mo Tian senang. Ini akan lebih mudah.
Mo Tian mengaktifkan Blood Devour Technique tingkat kedua: Pengendalian Darah. "Jarum Darah! Dengan ini mereka akan langsung mati tanpa bersuara."
Ia membentuk darah menjadi jarum tipis dan sangat tajam. Ia membidik salah satu murid.
WHOOS!
Darah itu masuk ke tubuh si murid melalui pori-pori. Murid itu hanya merasa seperti digigit nyamuk dan menepuk area yang digigit.
Mo Tian segera membidik dan mengenai dua murid yang tersisa. Ia lalu berjalan meninggalkan tempat persembunyiannya. Sambil tersenyum, ia mengaktifkan jarum darah di tubuh mereka. "Hancurkan!"
Organ tubuh mereka hancur seketika, namun bagian luar tubuh mereka tetap utuh, seolah tak pernah diserang. Mo Tian kembali ke bagian depan, lalu masuk ke dalam gudang penyimpanan racun.
Di sana, banyak sekali buku kultivasi, tetapi Mo Tian tidak tertarik. Ia fokus pada rak racun mematikan di sebelahnya. Ia mengambil racun laba-laba darah, racun kalajengking, dan racun seribu semut. Semua racun itu tidak berbau dan tidak berasa, sangat cocok untuk rencananya.
Setelah mengambil racun, Mo Tian kembali ke gudang tua. Sesampainya di sana, ia bersembunyi di dekat pintu.
Sesuai prediksi Mo Tian, suara beberapa murid terdengar dari luar. Mereka masuk ke gudang.
"Menurutmu Mo Tian akan bertahan berapa pukulan hari ini? Aku pegang dua puluh."
"Alah, palingan sepuluh kali saja dia sudah pingsan."
Begitu mereka semua masuk, Mo Tian langsung menikam mereka dari belakang. Mereka terkapar tak bernyawa karena kehabisan darah.
"Fiuh, akhirnya semua gangguan sudah kuhilangkan. Sekarang tinggal melanjutkan ke rencana selanjutnya," Mo Tian menghela napas lega setelah menghabisi semua murid yang selalu menindasnya.
Mo Tian meninggalkan gudang tua itu, menuju dapur, tempat makanan untuk seluruh murid dan Master sekte disiapkan.
Ia tidak mungkin masuk ke dapur begitu saja; ia tidak pernah membantu di sana, dan makan pun hanya dari sisa-sisa makanan. Mo Tian mengamati sekeliling. Matanya terbuka lebar, bibirnya menyunggingkan senyum lebar. Ia melihat seorang murid sekte, yang bertugas sebagai juru masak, keluar dari dapur.
Mo Tian langsung melesat, membekap orang itu, dan menyeretnya ke tempat sepi untuk mengambil pakaiannya. Tentu saja, Mo Tian tidak lupa membunuh juru masak itu agar tidak mengganggu rencananya.
"Bagus. Dengan begini aku pasti bisa masuk ke sana dengan mudah." Mo Tian berniat memasukkan racun yang ia ambil ke dalam masakan.
Mo Tian berjalan masuk ke dapur dengan sangat tenang. Ia berpura-pura melakukan pekerjaannya sebagai juru masak. Tanpa disadari oleh juru masak lain, ia telah memasukkan racun ke dalam semua masakan.