Tak pernah terbayangkan dengan apa yang saat ini di jalani, bergerak tanpa arah, dan melangkah tanpa tujuan.
Terasa sesak di dalam dada mengingat semua kisah yang sulit untuk di lupakan, Namun terasa sakit saat mencoba untuk menerima semua yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selvi Noviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 4
Lalu mengapa tenang itu harus ku temui pada sosok seperti dirinya.? Jika pada akhirnya ragamu tak mungkin bisa aku miliki.
Hanya saja aku benar-benar merindukan masa-masa di mana aku banyak membagi cerita dan kau adalah telinga yang senantiasa selalu mendengar. Ada yang lebih menyakitkan dari kehilangan orang yaitu kehilangan rasa yang telah membuat diri ini hidup.
Hal-hal kecil yang dulu selalu membuat tersenyum lalu tertawa begitu lepasnya seakan hidup penuh warna, sekarang terasa asing, kebiasaan yang dulu benar-benar terasa hangat kini hanya jadi bayangan samar yang bahkan enggan untuk dirimu ingat kembali.
Terkadang diri ini benar-benar lupa yang hilang bukan hanya dirinya, tapi juga bagian dari diri sendiri yang pernah begitu bersemangat saat bersamanya.
Perlahan dan pasti kini semuanya berubah menjadi hening seolah tak pernah ada apa-apa sebelumnya.
Dan begitu lah waktu yang berkerja, mengambil satu persatu hal yang kita genggam dengan eratnya. Sampai akhirnya kita mengerti tidak ada yang benar-benar menetap dan semua itu telah tertulis pada jalan masing-masing.
Semua itu adalah takdir yang perlahan bisa menghilang.
Namamu seperti musim yang tak pernah gugur di dadaku, menemani sunyi dengan rindu yang tak tahu jalan tuk kembali pulang.
...◆:*:◇:*:◆:*:◇:*:◆...
Emily tersenyum saat melihat ponselnya yang memperlihatkan lokasi di mana sang Suami berada.
Ada rasa yang benar-benar membuat dirinya terjatuh sejatuh-jatuhnya. Cinta yang ia kira suci nyatanya tergoda dengan orang yang baru ia temuinya. Dahulu ucapan kata cinta selalu di dengar akan tetapi saat ini hanya ada sebuah kata perbedaan antara dirinya dan juga wanita yang sibuk bersama dengan sang suami.
Di mana ungkapan cinta, di mana perasaannya dahulu.?
Semua itu telah hilang bersamaan dengan berjalannya waktu.
Tak ada sedikit pun pikirannya bahwa akan terjadi perubahan pada dirinya, tak pernah terpikir bahwa rumah tangga yang mereka bina bisa retak hanya karna orang ketiga.
sering kali dia berpikir di mana letak dirinya yang salah, di mana letak dirinya yang membuat anak dan suaminya merasa bosan. Akan tetapi jawaban itu tak kunjung ia temui, semua yang ia alami dan ia jalani hanya ada kehampaan yang semakin membuat dirinya terpuruk, ia merasakan bahwa apa yang dirinya lakukan tak pernah bernilai di mata anak dan juga suaminya.
"Emily... " panggil seseorang yang saat ini melangkahkan kakinya mendekati dirinya.
"Ehhh mbak Wika, ada apa mbak.?" ucap Emily yang terlihat mengeryitkan keningnya menatap wanita yang saat ini terlihat ngos-ngosan.
"Itu loh, kata orang suami kamu ada di hotel sama perempuan yang katanya satu tempat sama suami kamu. " ucap Wika dengan melihat Emily.
"Ohhh itu Salsa teman kerjanya Mas Aidan. " ucap Emily yang terlihat tenang namun tidak dengan perasaannya yang benar-benar kacau.
"Kok bisa mereka pergi ke hotel terlebih dahulu si, padahal sudah waktunya kerja loh... " jawab Mbak Wika yang terlihat memanasi Emily.
"Ehhh iya beberapa hari ini saya juga sering lihat anak dan juga suami kamu jalan bareng tu sama perempuan. Ehhh iya hati-hati loh sama si Salsa itu, nanti mereka di rebut sama wanita itu. " ucap Mbak Wika yang terlihat memberikan peringatan pada Emily.
sedangkan Emily yang mendengarkan ucapan dari tetangga tersenyum dengan anggukkan kepala.
"Terimakasih karna sudah memperhatikan saya Mbak. " ucap Emily yang saat ini menatap Wika dengan senyuman di bibirnya.
"Sama-sama, saya seperti ini karna ingin mengingatkan kamu Emily. Kamu wanita yang baik jangan sampai rumah tangga kamu hancur karna orang ketiga seperti si wanita gatal itu. Jujur saja dia bukan wanita yang baik loh, bisa aja dia merebut anak dan juga suami kamu. " ucap mbak Wika yang terlihat memperingati Emily.
"Baik Mbak, saya akan selalu ingat semua perkataan mbak kok. " jawab Emily dengan senyuman di wajahnya.