Menjaga Benih CEO

"vino tunggu disini sebentar ya, kakak sama kak Naina mau turun sebentar. Oh iya, nanti kakak beli es krim buat Vino tapi janji jangan kemana mana. Dihabiskan sarapannya, oke", pesan Cassandra.

"oke bos", jawab Vino dengan riang.

Naina dan Cassandra pelan pelan menuruni anak tangga. Melihat sekeliling siapa tau ada mereka dimana mana.

Namun saat sampai di lantai bawah, Cassandra tak menemukan siapapun. Hanya beberapa orang dari keluarga pasien.

"mana Naina?"

"tadi mereka disini Cassandra. Jangan jangan memang mereka mencarimu", ujar Naina membuat Cassandra sedikit khawatir.

"tapi bagaimana mereka tahu kalau aku disini? Bahkan aku tak pernah memberikan informasi apapun saat bersamanya", ucap Cassandra.

"Cassandra... Apa kamu lupa dia siapa? Yang aku pernah dengar dia itu salah satu orang sangat berpengaruh di negara ini. Jadi kalau cuma untuk mencari kamu, itu hal mudah baginya", Naina memperingatkan.

"apalagi kau sudah pernah bersamanya, ya meskipun cuma semalam", imbuhnya lagi.

Cassandra mulai berpikir keras, dia mencoba mencerna semua kata kata sahabatnya itu.

"Naina, aku harus bilang sama dokter supaya Vino cepat cepat dibawa pulang. Setidaknya besok harus boleh pulang".

"tapi Vino kan baru kemarin operasi. Kamu jangan gegabah Cassandra, kita pikirkan sama sama. Lagian belum tentu kan kau hamil anak CEO itu", tutur Naina.

"iya, semoga saja aku tidak hamil. Kita lihat bulan depan Naina", ucap Cassandra.

Saat Cassandra dan Naina keluar untuk membeli makanan, seorang laki laki mengintainya dari kejauhan.

Ia mengambil benda pipih dari dalam sakunya, "halo tuan, wanita yang malam itu bersama tuan memang benar ada disini. Dan dia juga bersama seorang wanita yang mengantarnya semalam".

"pantau dia terus, untuk apa dia dirumah sakit", jawab Deril dari seberang.

"menurut informasi, adiknya sakit tuan. Semalam baru saja dioperasi",

"aku tak peduli itu semua! Aku hanya ingin tahu, dia hamil anakku atau tidak!" gertak Deril.

"baik tuan, saya akan terus mengikuti wanita itu. Sesuai perintah", jawab Justin. Lalu menutup teleponnya, dan menyimpan benda pipih itu lagi kedalam kantong celananya.

Justin memang saat ini ditugaskan oleh Deril untuk mengintai Cassandra. Karena dia tahu jika semalam saat berhubungan, Cassandra memang masih per*wan.

Dia yakin Cassandra adalah wanita baik baik. Hanya saja dia melakukan hal ini karena dalam keadaan terdesak.

Apalagi saat dia tahu kalau uang itu digunakan untuk pengobatan adiknya.

Sekilas Cassandra melihat dari sudut matanya, ada seseorang yang mengintai mereka berdua.

Seolah olah tak tahu, ia mengirim pesan lewat aplikasi hijau kepada Naina.

"depan depanan pun kirim pesan, kayak detektif aja".

Karena Naina yang asal bicara, secara reflek kakinya diinjak oleh Cassandra.

"aw..." pekik Naina, membuat orang disekitar menoleh padanya.

"makanya dilihat dulu pesannya baru komen", bisik Cassandra.

Naina membuka pesan dari Cassandra, matanya terbuka lebar. Sesekali juga berkedip kedip. Ia langsung menoleh ke kanan.

Dengan cepat, Justin yang sedari tadi mengintai dari balik dinding, menyembunyikan kepalanya.

Hal itu dimanfaatkan oleh Naina dan Cassandra untuk segera pergi meninggalkan kafe. Tak lupa ia meninggalkan uang di meja.

"hah... Hah... Hah... Udah capek banget Cassandra. Benar katamu lebih baik kita segera pergi dari sini, dan membawa Vino pulang".

Cassandra mengangguk cepat, "kau kemasi semua barang barang Vino. Aku akan menemui dokter".

......................

Suara nyaring sepatu hak tinggi datang kearah dokter Rehan.

"Cassandra! Ngapain kamu disini?" tanya Velia.

"bu Velia... Bu Velia ada yang sakit?" tanya Cassandra balik.

"saya itu tunangan Rehan, emangnya salah saya kemari?" ucap Velia sinis.

"sudah sudah... Cassandra ini keluarga pasien yang sedang dirawat disini Velia. Kamu jangan salah faham", sahut Rehan.

"jadi gimana dok? Saya boleh bawa adik saya pulang kan? Biar saya rawat jalan saja dirumah",

"baiklah kalau, memang itu kemauan anda. Saya juga tidak bisa memaksa. Tapi, tolong jika ada sesuatu langsung hubungi rumah sakit ya", tutur dokter Rehan.

"kenapa? Gak punya duit ya makanya ngajak pulang?" sindir Velia.

"sudah Velia, ini rumah sakit. Jadi tolong jaga sikap kamu!" tegur dokter Rehan.

Velia hanya memutar bola matanya seakan tak suka dengan sosok Cassandra.

"baiklah, terima kasih dokter saya permisi dulu. Mari bu Velia", ucap Cassandra namun Velia hanya tersiam dan melirik Cassandra dengan sinis.

Velia, gadis cantik yang saat ini menjadi tunangan Rehan. Sifatnya yang angkuh membuat banyak orang tak menyukainya.

Rehan sudah sering kali mengingatkan dirinya agar lebih sopan kepada semua orang. Terutama dengan karyawannya.

Banyak karyawan restoran miliknya yang keluar masuk hanya karena tak tahan dengan sikap Velia.

Hanya Cassandra yang saat ini berhasil bertahan menjadi karyawan tetap di restoran milik Velia.

Cassandra merupakan pelayan yang sangat disiplin, dan mampu mencuri perhatian ayah dan ibunya. Bahkan ibu Velia tak jarang membelikan mainan untuk adik Velia.

Itulah sebabnya Velia tidak menyukai Cassandra karena kerap kali ibu atau ayahnya lebih membela Cassandra daripada Velia anak sendiri.

"sayang, tapi aku tak suka dengan Cassandra. Lagian kamu ngapain sih kasih fasilitas gratis kayak gitu. Yang ada banyak orang ngelunjak, contohnya Cassandra tadi", ucap Velia.

"sudahlah Velia, lagian aku tak ada apa apa dengan Cassandra. Dan satu lagi, dia disini bayar. Kamu jangan terlalu merendahkan orang lain", tegur Rehan yang mulai tak nyaman dengan ucapan Velia.

"bayar? Pasti mahal. Uang dari mana dia? Atau jangan jangan dia jual diri", ucap Velia asal.

"kamu kesini mau ngapain Velia? Kalau mau ngajak makan siang ayo aku temenin. Tapi kalau cuma mau merendahkan orang lain yang tidak kamu suka, lebih abaik kamu pulang. Jangan buang buang waktuku", gertak Rehan serius.

"iya sayang... Aku sudah lapar, kamu jangan marah dong",rengek Velia sembari menggandeng tangan Rehan.

......................

Deril duduk bersantai sambil menghisap sebatang rokok. Aromanya yang sangat khas, membuat semua orang mampu mengenali jika benda yang ia hisap bernilai begitu mahal.

"jadi informasi apa yang akan kau berikan padaku Justin".

"maaf tuan, saya belum mendapat informasi lebih", jawab Justin gugup.

Deril menghisap dengan sangat dalam lalu menghembuskan asap rokok di wajah Justin.

"jadi hanya yang kau sampaikan lewat telepon tadi, informasi yang kau dapat?" tanya Deril. Justin mengangguk perlahan.

BRAKK....

Deril memukul meja dengan sangat keras. ia bangkit dan menatap tajam kearah Justin.

"lalu kenapa kau pulang, bod*h!" ucap Deril dengan nada tinggi.

"maaf tuan, saya salah tapi tadi waktu saya kejar dua wanita itu mereka sepertinya tahu kalau saya sedang mengintai. Dan saya mencoba bersembunyi, tapi..." belum selesai Justin menjelaskannya, Deril memotong pembicaraan Justin begitu saja.

"diam! Pergi sekarang, cari informasi tentang wanita yang bernama Casandra itu. Semua informasi tentangnya, kau harus dapatkan itu semua. Kalau tidak..." Deril menatap nanar kearah Justin.

"baik tuan s... Saya paham. Saya pergi sekarang", ucap Justin gugup.

"Cassandra.. Siapa kau sebenarnya? Untuk apa kau menghindariku? Banyak wanita yang mendekatiku tapi kenapa kau malah menghindar? Kau jangan membuatku penasaran Cassandra. Jika kau mengandung, itu artinya dia keturunanku. Kau tak bisa lepas dariku Cassandra", ucap Deril dalam hati.

Deril takut jika Cassandra hamil, dia akan mengg*gurkan kandungannya. Padahal jika pun hamil, Deril akan menjamin hidupnya. Memberinya tempat tinggal yang layak. Meskipun tanpa ikatan pernikahan.

Karena yang Deril inginkan hanya anak itu untuk memberikan ibunya seorang cucu.

...****************...