Aruna gadis sederhana dari keluarga biasa mendadak harus menikah dengan pria yang tak pernah ia kenal.
Karena kesalahan informasi dari temannya ia harus bertemu dengan Raka yang akan melangsungkan pernikahannya dengan sang kekasih tetapi karena kekasih Raka yang ditunggu tak kunjung datang keluarga Raka mendesak Aruna untuk menjadi pengganti pengantin wanitanya. Aruna tak bisa untuk menolak dan kabur dari tempat tersebut karena kedua orang tuanya pun merestui pernikahan mereka berdua. Aruna tak menyangka ia bisa menjadi istri seorang Raka yang ternyata seorang Ceo sebuah perusahaan besar dan ternama.
Bagaimana kehidupan mereka berdua setelah menjalani pernikahan mendadak ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor.H.y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Perjanjian
Aruna masuk ke dalam kamar, ditutupnya pintu lalu berbalik dilihatnya kamar pengantin itu dipenuhi nuansa kehangatan dan kelembutan. Dindingnya berwarna krem lembut, diterangi lampu gantung kristal yang memberikan kilau temaram dan memantulkan cahaya lilin yang berjajar di sudut-sudut ruangan. Langit-langit kamar dihiasi tirai tipis putih menjuntai, memberi kesan seperti berada dalam dunia mimpi.
Tempat tidur king-size di tengah ruangan tampak mewah dengan seprai satin putih gading, bertabur kelopak mawar merah muda dan merah marun. Di atas bantal, dua handuk dilipat membentuk angsa yang saling bersentuhan lehernya, membentuk simbol hati. Di sekelilingnya, bunga melati tersebar halus, menebar aroma yang menenangkan dan romantis.
Ada meja kecil di samping tempat tidur yang dihias dengan vas kristal berisi bunga segar, lilin aromaterapi yang menyala perlahan. Tirai besar berwarna emas pucat dibiarkan setengah terbuka, membiarkan cahaya bulan menyelinap masuk dan menambah suasana magis pada malam itu.
"Apa apaan ini, mungkin ini cukup romantis bagi pasangan pengantin yang saling mencintai. Lah gue.. Nikah karena apes. Huh". Aruna melangkah sambil mematikan lilin - lilin yang tertata rapi
"Ngapain kamu..". Suara Raka sesaat setelah masuk ke kamar
"Bi Surti benar-benar". Gumam Raka
"Jadi ini ulah Bi Surti, pantes dia senyum-senyum dari tadi. Entah apa yang dipikirkannya saat ini". Raka hanya melirik Aruna yang sedang membersihkan lilin dan seperangkatnya.
"Kamu.. Ada yang harus kita bicarakan setelah semua yang tak terjadi hari ini".
"Sudah lah om.. Besok saja, gue capek mau tidur". Aruna berjalan menuju tempat tidur lalu merebahkan tubuhnya.
"Apa katamu, kamu bilang apa? Om? Siapa yang kamu panggil Om?". Raka berjalan menghampiri Aruna "Hei.. Bangun, seenggaknya mandi bersih-bersih ganti baju sebelum tidur". Lanjut Raka saat ucapannya tak di hiraukan
Merasa terganggu Aruna berbalik lalu duduk menghadap Raka yang sedang menatapnya
"Mending Om tidur deh.. Emang nggak capek apa setelah melalui drama panjang siang hari tadi ?"
"Jangan panggil saya Om, memangnya kamu ini bocil. Sepertinya umur kita tidak beda jauh".
Aruna menatap Raka menelisik dari atas sampai bawah "Baiklah Pak.." lanjut Aruna
"Kamu pikir saya itu Bapak-bapak".
Aruna menghela nafas panjang "Terus gue panggil apa dong, serba salah banget.. Lagian emang tua juga nggak mau ngaku".
Raka melotot tak percaya pada Aruna, ternyata gadis yang dinikahinya memang agak aneh sikapnya "Sudahlah terserah kamu mau panggil saya apa, sekarang ikut saya". Raka menarik tangan Aruna membawanya keluar kamar menuju ruang kerja Raka.
* *
Aruna duduk di berhadapan dengan Raka, lalu Reno masuk menghadap Raka menyerahkan sebuah berkas untuk di berikan kepada Aruna.
"Apa ini ?" Tanya Aruna saat menerima berkas itu
"Itu adalah perjanjian Pra-Nikah kita, walau bagaimana pun kita sudah resmi menjadi sepasang suami istri yang sah dimata hukum dan agama, saya berjanji akan menjalankan kewajiban saya sebagai seorang suami, saya akan mencukupi semua kebutuhan kamu dan keluargamu. Tetapi saya minta kamu jangan pernah mencampuri urusan saya, apapun itu. Kita hanya akan berperan sebagai pasangan saat berada di depan orang tua kita, selebihnya kita hanya sebatas rekan yang hidup bersama. Untuk tempat tidur, kamu bisa tidur dikamar yang berseberangan dengan kamar saya". Terang Raka
"Hmm.. Baiklah. Tapi gue juga mau hidup sesuka gue nggak di atur-atur nggak di kekang, dan gue akan tetap menjadi diri sendiri seperti sebelum kejadian seperti ini terjadi". Kata Aruna yang di angguki Raka
"Oke.. Deal?"
"Deal".
* *
Pagi pun tiba, Aruna menuruni tangga setelah selesai mandi untuk sarapan. Diliriknya kanan dan kiri seakan mencari sesuatu tetapi tak terlihat.
"Selamat pagi nona, apakah tidur anda nyenyak semalam?" Sapa Bi Surti berjalan ke arah meja makan dengan membawa sup iga sapi yang baru saja di angkat dari panci
Aruna mengangguk "Hmm... Harum banget, kayanya enak Bi ?".
"Enak dong Non, ayo di coba.. Bibi ambilkan nasi". Bi Surti mengambil alih piring ditangan Aruna
Saat Bi Surti sibuk mengambilkan nasi berserta lauknya, Aruna Menengok kanan kiri mencari Raka yang tak terlihat dipagi ini. diliriknya Bi Surti, mau bertanya tetapi ragu-ragu tak jadi.
"Cari Tuan Muda Non ?"
"Hah.. Emmm".
"Tuan Muda tadi pergi pagi - pagi banget Non, mungkin ada kerjaan mendadak". Lanjut Bi Surti sebelum Aruna bicara. Aruna hanya ber oh - ria saja saat mendengar penjelasan Bi Surti
Saat Aruna sedang asik menikmati makanan buatan Bi Surti, ponselnya bergetar tertera nama Nawa dari layar ponselnya. Tak butuh waktu lama Aruna beranjak pergi ke taman belakang untuk menjawan panggilan telponnya.
"Nawaaaa...!!!! Bener lo ya, gara-gara lo hidup gue jadi ribet kaya begini. Tanggung jawab nggak". Teriak Aruna sebelum Nawa bicara
Diseberang telepon Nawa cepat-cepat menjauhkan ponselnya dari telinga "Haduh... Pelan-pelan napa Run, kenceng bgt.. Bisa-bisa meledak Hp gue, mana belum lunas lagi cicilannya".
"Syukur deh kalo Hp lo rusak, biar lo juga merasakan penderitaan gue".
"Jadi gimana? Lo sempet datengin nggak pernikahannya si Yogi kemarin. Sorry gara-gara gue salah kirim alamat pasti lo telat kan.. Yogi terlanjur sah pasti kan. Yang Run, gue ngerti kok perasaan lo berat baanget pasti".
"Bukan cuma pernikahan Yogi aja yang sah, pernikahan gue juga sah".
"Hah.. Apa.. Apa.. Pernikahan lo ? Sejak kapan lo nikah Run ?". Pekik Nawa di ujung telepon mendadak kaget dengan perkataan sahabat nya itu
"Sejak kemarin". Jawan Aruna lemas
"Hah.. Gimana ceritanya sih ?"
"Udah.. Udah.. Mending sekarang kita ketemu, panjang ceritanya". Lanjut Aruna
* *
"Jadi gimana, ada perkembangan ?" Raka menatap Reno yang baru saja masuk ruangan.
Reno menggeleng "Sepertinya kita benar-benar kehilangan jejak Nona Mesya Tuan, orang suruhan kita tidak ada satu pun yang bisa melacak keberadaannya setelah terakhir terlihat di bandara.
Raka menghela nafas lemas. "Sebenarnya apa yang terjadi padamu Mesya". Gumam Raka dalam hati
"Baiklah.. Tetap terus cari informasi tentangnya sebelum semuanya jelas".
"Lalu apa kamu sudah mendapatkan informasi tentang Aruna?"
"Ini Tuan". Reno menyerahkan beberapa informasi tentang Aruna kepada Raka
Raka membaca seluruh informasi yang Reno dapatkan tanpa terlewat satu pun. Yah.. Walaupun Raka terlihat cuek tetapi diam-diam ia mencari seluruh informasi tentang orang yang dekat dengannya.
"Ternyata dia cuma 5th dibawahku, tetapi dia berani-beraninya memanggilku Om. Dasar bocah aneh". Gumam Raka dengan seringai tipis.
Lalu membuka lagi lembaran yang lain, sesaat setelahnya sebuah foto jatuh kelantai. Diambilnya foto itu, sesaat Raka terdiam di amatinya foto gadis kecil memakai topi berwarna pink bergambar teddy bear.
"ini... Gadis ini, sepertinya tidak asing saat melihat gadis di foto ini".
Bersambung **