NovelToon NovelToon
Takdir Anak Yang Tidak Dianggap

Takdir Anak Yang Tidak Dianggap

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam / Menjadi Pengusaha
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Miftahur Rahmi

Seorang perempuan bernama Zainab Rahayu Fadillah memutuskan menikah dengan seorang pria bernama Hasan Bahri. Dia menerima pinangan itu, dikarenakan keluarga sang suami adalah keluarga dari turunan turunan seorang tuan guru di sebuah kota.
Zainab dan keluarga, jika mereka adalah dari keturunan baik, maka sikapnya juga akan baik. Namun kenyataannya bertolak belakang. Dunia telah menghukum Zainab dalam sebuah pernikahan yang penuh neraka.
Tidak seperti yang mereka pikirkan, justru suami selalu membuat huru hara. Mereka hampir setiap hari bertengkar. Zainab selalu dipandang rendah oleh keluarga suami. Suami tidak mau bekerja, kerjanya makan tidur dirumah. Namun penderitaan itu belum selesai, adik ipar dan juga ponakannya juga sering numpang makan di rumah mereka, tanpa mau membantu dari segi uang dan tenaga. Zainab harus berjuang sendiri mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miftahur Rahmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kereta kencana

“Doa istri Hasan terkabul... Mereka perlahan hancur dengan sendirinya, berkat kelakuan mereka sendiri...” sambung warga lainnya.

“Akibat iri sama orang... Bencana pun datang dengan sendirinya...”

“Nggak apa-apa nak, serahkan saja kepada Allah swt.” ujar ibu Hasan pada suatu hari, saat mendengar masalah sang anak.

Suaranya lembut, namun penuh makna dan penekanan. Disetiap kata-katanya, seperti menyerahkan segalanya pada sang maha kuasa. Biar Tuhan yang membalas mereka semua.

Sejak saat itu Hasan nampak diam dan terus termenung. Ia nampak tidak begitu bersemangat menjalani hari-harinya.

Hampir setiap hari, ia membahas kejadian malam itu, dengan suara tinggi bahkan diiringi makian. Seakan-akan amarah itu hanya bisa yang mengobati kekecewaannya.

Kejadian itu berdampak pada keluarganya sendiri, tidak bisa merasa tenang, karena hampir tiap hari masalah itu dibahas dengan anda tinggi, bahkan dengan makian. Ketenangan anak-anak dan sang istri kembali terusik.

Bahkan tidur mereka juga ikut terganggu. Mel dan Fatur yang awalnya menampakkan wajah ceria, kini sering ketakutan melihat suara dan emosi ayahnya.

Masalah itu terjadi, tidak hanya sampai disitu saja. Disekolah mereka juga sering di bully karena miskin.

Kerap kali, peralatan sekolah mereka, seperti pensil, buku, peraut, pengaris, di pinjam tapi tidak dikembalikan. Bahkan ada yang dicuri dari dalam tas. Buku mereka kerap kali dikoyak, pensil mereka dipatahkan.

Seperti hari itu, Fatur seperti pencuri mengendap diam-diam membuka tas temannya dan mengambil pensil yang dipinjam oleh temannya tapi tidak dikembalikan.

Jangan dirumah mereka, bahkan disekolah sekalipun tidak menjadi tempat yang aman bagi keduanya.

Sepulang dari sekolah, mereka hanya diam dan tidak mengadu pada ibunya, kalau buku dan pensilnya di curi bahkan dipatahkan oleh teman-temannya.

Seperti anak kecilnya lainnya, setelah makan, keduanya langsung pergi bermain. Pulang dari bermain, Fatur dan Mel hanya bisa diam melihat sorot mata sang ibu. Wajah ibunya seperti sedang kesal.

“Kok jadi pendek seperti ini pensilmu Fatur? bukankah, baru semalam ummi belikan?” tanya Zainab.

Fatur dan Mel saling pandang. Keduanya hanya diam, bingung menjawab pertanyaan sang ibunda.

“Jawab Fatur! kamu juga Mel, kenapa bukunya ada beberapa yang koyak? Pensilmu juga pendek? Kenapa?” tanya Zainab lagi.

“Dipatahkan sama teman Mi.” jawab Mel pelan.

“Kalau Fatur, pensilnya Fatur potong jadi tiga, buat Fatur, Mel dan teman Fatur satu lagi. Pensilnya hilang Mi...” jelas Fatur.

Zainab hanya mengelengkan kepalanya. Namun hatinya teriris. Bukan hanya ia yang diperlakukan tidak adil didunia ini, bahkan anaknya juga diperlakukan tidak baik.

“Apa Ummi marah?” tanya Mel lirih. Zainab mengelengkan kepalanya.

“Jika untuk berbagi, Ummi nggak marah...” ucap Zainab pelan. Senyum lega mengukir diwajah keduanya.

“Kalian mandi dulu... Ummi mau masak goreng terasi... Siapa yang mau?” tanya Zainab dengan wajah riang.

“Mau...” jawab Fatur dengan cepat.

“Mel, juga mau...” sambung Mel.

“Kalau gitu, Mel dan Fatur mandi dulu ya...”

Keduanya pun bergegas mandi ke parit depan rumah mereka. Diparit keduanya bercanda sambil main air.

Selesai mandi, keduanya bergegas berpakaian dan segera duduk dihamparan tikar. Zainab mengambil nasi dan memasukkan kedalam piring Mel dan Fatur. keduanya makan dengan lahap.

Sedangkan Hasan, dari pagi tidak nampak batang hidungnya. Beberapa hari ini, Hasan sering pergi tiba-tiba. Zainab pun kini sudah terbiasa, tanpa kehadiran Hasan dirumah mereka.

Bahkan mereka merasa lega, supaya tidak lagi mendengar semua ocehan dan makian Hasan. Telinga mereka sering terasa panas, saat Hasan mulai mengoceh.

Setelah makan siang. Mel dan Fatur disuruh tidur siang oleh sang ibu. Keduanya menurut. Namun sebelum itu, Fatur tidak langsung memejamkan matanya.

Otaknya kembali membuat skenario demi skenario indah.

Dalam imajinasinya, ia sedang bermain ayunan bersama Mel dan juga Umminya. Ia senang, bahkan berlari-larian di taman yang indah penuh bunga warna warni.

Bercanda dengan Mel, sedangkan Zainab nampak bahagia duduk di ayunan. Keluarga kecil itu nampak bahagia.

Setelah membuat berbagai alur cerita dipikirannya, seperti menonton film di dalam kepalanya, baru lah Fatur bisa tidur.

Bahkan, jika ia tidak berkhayal sebelum tidur, ia tidak akan bisa tidur.

Kepalanya bisa pusing, pikirannya menjadi kacau, saat ia tidak bisa membuat skenario demi skenario diotaknya.

Khayalan adalah sebagai bentuk pelariannya, yang tidak ia dapat di dunia nyata.

Fatur dan Mel tertidur dengan pulas. Sedangkan Zainab sibuk membelah pinang disamping rumah.

Saat mulai sore, Zainab menaruh hasil belahan pinangnya ke dalam karung goni. Ia mengangkatnya dan membawanya di sudut dapur.

Saat malam tiba, seperti biasanya Fatur dan Melinda akan pergi menonton tv, dan trik agar dikasi nonton tv selalu sama.

Mereka akan pura-pura keluar dari rumah, dan saat sudah dijalan mereka berteriak memanggil ibunya dan memberitahu mereka mau menonton tv.

Paginya mereka bersiap-siap untuk sekolah. Hidangan pertama yang mereka lihat seperti biasanya nasi putih yang masih hangat dan goreng terasi.

Seperti biasanya juga, keduanya selalu lahap memakan masakan ibunya.

Saat pergi kesekolah, keduanya pergi dengan memakai sepedanya. Sesampainya disekolah, mereka ikut baris-berbaris.

Para guru pun beberapa ada yang memeriksa barisan yang tidak rapi, dan juga memeriksa pakaian rapi atau tidak dan lain sebagainya.

Belajar mengajar pun dimulai. Saat guru pergi kekantor. Fatur mulai dengan kebiasaannya yang suka berkhayal. Ia menatap jendela sekolah. Ia melihat awan dilangit, ia tersenyum.

Dipikirannya...

Awan itu berubah menjadi kereta kencana, ia duduk diatas kereta kencana, bersama Mel, dan Umminya. Terlihat diwajah mereka penuh dengan kebahagian.

Fatur memakai pakaian seperti anak-anak bangsawan, begitupun ibu dan juga Mel, mereka memakai gaun yang indah.

Ia terkejut saat seorang anak menginjak sepatunya.

“Maaf...” ujar anak itu dengan wajah bersalahnya.

Fatur hanya tersenyum, dan menganguk pelan. Kini dunia khayalnya menjadi buram, pelan-pelan menghilang.

Saat pulang sekolah, Fatur melihat ban sepedanya kempes. Ia nampak bersedih.

“Abang, ayo pulang...” ujar Mel mendekati sang abang. Ia menaiki sepedanya.

“Sepeda abang kempes...” ujarnya lirih.

Mel melirik sejenak kearah sepeda sang Abang.

“Siapa yang buat ban sepeda abang kempes?” Fatur mengeleng pelan, sambil mendorong sepedanya.

Akhirnya keduanya pulang dengan mendorong sepedanya masing-masing. Mel tidak menaiki sepedanya, karena sang sepeda abangnya kempes.

Sesampainya dirumah, mereka disambut senyum ramah dari Zainab.

“Kenapa sepedanya didorong?” tanya Zainab.

“Bannya kempes Ummi...” jawab Fatur pelan.

Setelah makan, Fatur dan Mel membantu sang ibu membelah pinang. Karena asyik membela pinang, parang kecil ditangan Fatur malah mengenai induk jari Fatur.

Seketika Fatur menangis. Zainab nampak panik melihat banyak darah yang mengalir dari jari sang anak.

Kejadian itu membuat Zainab yang disalahkan oleh Hasan. Hasan memarahinya.

Zainab membalut luka itu dengan kain dan mengabaikan ocehan sang suami. Bekas luka itu, bahkan masih ada sampai Fatur dewasa.

1
Miu Nih.
aku hadir kakak untuk mendukungmu...
salam kenal ya, jgn lupa mampir di 'aku akan mencintaimu suamiku' 🤗🤗

aku akan datang kalo udh UP lagi 😉
MifadiruMzn: ok kak
total 1 replies
Abu Yub
Aku mampir lagi thor/Pray//Ok//Good/
Abu Yub
Ngak usah ngomong
Abu Yub
sumber suara
Abu Yub
Lanjut/Ok/
Abu Yub
jangan nakal
Abu Yub
seharian
Abu Yub
Aku datang lagi thor
Abu Yub
Fatur
Abu Yub
selesai makan
Abu Yub
zainab
Abu Yub
Aku datang lagi thor/Ok/
Abu Yub: ok dedek/Ok/
MifadiruMzn: ok kakak, nanti aku mampir ya
total 2 replies
Abu Yub
pada tahun
Abu Yub
saat pagi
MifadiruMzn: pagi kakak
total 1 replies
MifadiruMzn
Jangan lupa vote, like dan komen ya teman-teman/Rose//Heart/
Abu Yub
wanita paruh baya yang masih gadis
Neonaaaaa
lanjut terus Thor🔥🔥🔥
jangan lupa untuk mampir juga yaaa makasihhh
MifadiruMzn: oke kak, nanti saya mampir ya
total 1 replies
Anonymous
Lanjut Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!