Brittany Moon tidak pernah menduga pernikahannya dengan tunangannya Ralph Smith akan batal karena Ralph lebih memilih bersama Clara William yang jatuh sakit disebabkan kelelahan sehingga dirawat di rumah sakit daripada memenuhi janji suci mereka dalam ikatan pernikahan.
Saat hati Brittany terluka akan sikap Ralph yang membatalkan acara pernikahan mereka demi Clara, dihari itulah Brittany tak sengaja dipertemukan dengan seseorang yang juga sedang kesulitan dikarenakan kekasihnya meninggalkannya dihari pernikahan mereka.
Nama pria itu adalah Adam Bennet, seorang pengusaha kaya raya yang merupakan pemilik perusahaan distributor jam mewah diberbagai penjuru dunia.
Lantas bagaimana kelanjutan cerita ini, saksikan terus disetiap babnya ya 🤝
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Membuang Gaun Pengantin
Brittany masih termenung diam didepan meja riasnya yang ada di dalam kamar tidurnya.
Seusai dia pulang dari acara pernikahannya sendiri yang batal karena Ralph mengurungkannya.
Brittany menekuk dalam-dalam wajahnya sembari menarik kuat rambutnya.
"Apa masalahnya dengan Clara ? Kukira dia tidak akan merealisasikan perkataannya yang berniat membuat pernikahan kami gagal...", ucap Brittany.
Brittany menarik tudung kain pengantin dari atas kepalanya lalu membuangnya ke lantai.
"Dan kukira semua itu adalah gurauan dari Clara, sewaktu kami bertemu di kantin, sehari sebelum aku dan Ralph akan menggelar pesta pernikahan kami hari ini", ucap Brittany.
Brittany menghapus riasan wajahnya dengan asal.
"Ternyata Clara tidak main-main dengan ucapannya dan hari ini semua terbukti nyata jika Clara memang menginginkan pernikahanku dengan Ralph Smith batal", kata Brittany.
Brittany melempar kotak berisi cincin pernikahan ke arah lantai.
"Apa maumu, Ralph ? Kenapa kamu tega mempermalukanku seperti ini ?" ucap Brittany.
Brittany menangkupkan kedua tangannya ke arah wajahnya, terdiam sesaat ditempat duduknya.
"Apa salahku sehingga kau berbuat sejahat ini padaku, Ralph ?" kata Brittany.
Brittany berdiri lalu menarik paksa gaun pengantin yang masih dia kenakan kemudian memasukkannya ke dalam kantung plastik besar.
"Demi Clara, kau tega membuangku dihari pernikahan kita, seharusnya aku memasukkanmu ke penjara atas tindak penipuan, Ralph", ucap Brittany.
Brittany mengenakan piyama merah mudanya lalu menyeret cepat kantung plastik berisi gaun pengantinnya ke arah luar kamar.
Gadis malang itu hendak berniat membuang gaun pengantin miliknya, untuk melupakan semua kejadian hari ini.
Langkah kaki Brittany terdengar cepat saat dia berjalan ke arah halaman rumahnya.
"Brittany sayang, apa yang kau lakukan itu ?" sapa seseorang saat melihat Brittany menyeret kantung plastik berukuran besar ke arah halaman rumah.
Brittany menghentikan langkah kakinya sembari menoleh.
"Aku hendak membuang sampah ini, ibu", ucap Brittany.
"Tapi..., bukankah itu bungkus plastik gaun pengantinmu...", sahut ibu seraya melirik ke arah kantung plastik berukuran besar ditangan Brittany.
"Yah..., aku berencana membuangnya ke tong sampah lalu membakarnya habis", ucap Brittany.
"Oh, Tuhan ! Apa yang kau bicarakan itu, sayang ?" sahut ibu sambil menatap cemas ke arah putri tercintanya.
"Yah, aku memang berniat membuang semua kenanganku dengan Ralph, dan aku akan melupakannya, ibu", sambung Brittany.
"Sepantasnya memang itu yang harus kau lakukan, sayangku... !" ucap ibu terlihat menyesali apa yang terjadi pada Brittany di hari pernikahannya yang batal.
Brittany menghela nafas panjang lalu mendongak ke atas.
"Demi Tuhan, ibu ! Aku akan membalasnya, dan kupastikan Ralph menyesali apa yang telah dia lakukan padaku hari ini, ibu !" ucap Brittany.
"Oh, Tuhanku ! Jangan katakan kau akan membalas dendam, sayang !" sahut ibu lalu berjalan menghampiri Brittany yang berdiri diluar rumah.
"Sepantasnya bukan kalau aku membalasnya, dia mempermalukanku didepan semua orang, dan siapapun juga, tidak akan menerimanya", ucap Brittany.
Ibu berjalan mendekati Brittany lalu memeluk putri tercintanya itu dengan penuh perasaan haru.
"Ibu tahu yang kau rasakan sekarang ini, tapi biarkan semua berlalu dari hidupmu, lupakan Ralph, dan bangun masa depanmu lagi, ibu bersamamu, nak", bisik ibu lembut.
"Entahlah ibu, aku masih belum bisa melupakan kejadian ini, karena ini adalah hari pernikahan kami bukan sekedar sebuah pesta biasa", ucap Brittany.
"Sayang...", bisik ibu dengan kedua mata berkaca-kaca sedih.
"Biarkan aku memutuskan sendiri, mana yang terbaik buatku, dan aku akan bertanggung jawab pada semua keputusanku nanti", kata Brittany.
"Aku tahu..., aku tahu..., aku tahu..., semua itu tidaklah mudah kau lupakan..., dan sangat menyakitkan untukmu...", ucap ibu yang mencoba menghibur hati Brittany.
"Tapi semua telah berlalu, mungkin aku akan memutuskan hubungan kami, aku tidak berniat lagi menjalin hubungan dengan Ralph", ucap Brittany.
Ibu tertegun diam sembari memandangi Brittany yang berdiri didekatnya.
"Apa kau akan berpisah dengan Ralph ?" tanya ibu.
"Yah, mungkin...", jawab Brittany seraya memalingkan muka.
Tampak sorot matanya sedih ketika dia menatap ke arah halaman rumah yang terhampar luas dihadapannya.
"Jujur ibu tidak dapat berbuat banyak dengan hubungan kalian berdua, bahkan aku tidak mengharapkanmu bersama Ralph lagi", ucap ibu.
Ibu memandangi kantung plastik besar ditangan Brittany.
"Meski akhirnya kau menyerah dengan hubunganmu dan Ralph, tapi ibu sarankan, jangan kau juga membuang gaun pengantinmu ini, sayangku", ucap ibu.
"Kenapa ? Kenapa aku tidak boleh membuangnya ? Tidak mungkin aku akan memakai gaun pengantin yang sama di hari pernikahanku suatu hari nanti, ibu ?" sahut Brittany.
"Yah, aku tahu itu...", ucap ibu sambil menganggukkan kepalanya.
"Dan kenapa ibu menghalangi aku membuang sampah ini ?" kata Brittany agak kesal.
"Karena kau bisa menjualnya lagi ke butik yang dulu kamu memesan gaun pengantin ini", ucap ibu.
"Itu sangat memalukan, ibu", sahut Brittany.
"Setidaknya kau mendapatkan keuntungan dari gaun pengantinmu ini daripada kamu membuangnya percuma, sayangku", kata ibu.
Brittany terus melangkah ke arah tong sampah yang ada dihalaman rumah, masih berniat kuat untuk membuang gaun pengantin miliknya itu ke tempat sampah.
Tiba-tiba langkah kakinya terhenti cepat.
Brittany berdiri diam didepan tong sampah seraya memandangi kantung plastik berukuran besar yang berisi gaun pengantinnya.
"Hufh...", hela nafas Brittany dengan kepala tertunduk.
Brittany membalikkan badannya lalu memandang lurus ke arah wanita yang menjadi ibu kandungnya itu dengan tatapan serius.
"Baiklah, aku akan mengikuti saranmu, ibu, aku akan menjual gaun pengantin ini", kata Brittany.
"Kenapa tidak ? Aku mendukungmu, sayangku !" ucap ibu seraya tersenyum sumringah.
Brittany membalas senyuman ibunya dengan tersenyum simpul lalu berkata padanya.
"Aku akan menghubungi agen penjualan gaun pengantin lalu memberitahukan kepada mereka kalau aku akan menjual gaun pengantinku ini", kata Brittany.
"Baiklah, aku mengerti, apa kau ingin aku mengantarkanmu kesana ? Mungkin saja aku dapat membantumu diagen tersebut", kata ibu.
"Tidak, aku akan pergi kesana sendirian", sahut Brittany.
"Yah, baiklah, jika itu yang kau inginkan, sayangku", ucap ibu.
Brittany menyeret kembali kantung besar berisi gaun pengantinnya ke arah rumah. Sedangkan ibu berjalan mengikutinya masuk.
Tampak Brittany berjalan ke arah meja konsul lalu menyandarkan kantung plastik berukuran besar itu ke dekat meja.
"Aku akan menelpon agen penjualan gaun pengantin itu lalu membuat janji dengan mereka", kata Brittany.
"Lebih cepat lebih baik, sayang", ucap ibu.
Ibu menengok sebentar ke arah Brittany, memastikan gadis tercintanya itu sedang baik-baik saja saat ini.
"Bagaimana kalau aku yang menelpon mereka ?" tanya ibu.
"Tidak, biarkan aku saja yang menelpon mereka, biar lebih pasti jika aku membuat janji dengan mereka", sahut Brittany sambil menggeleng pelan.
Brittany membuka lembar demi lembar halaman buku alamat ditangannya, dia bermaksud mencari alamat agen penjualan gaun pengantin serta nomer telepon yang bisa dihubungi.
"Baiklah, kalau tidak ada lagi yang kau bicarakan dengan ibu, aku akan pergi ke dapur karena ayahmu memintaku memasakannya daging steak sebagai hari perayaan", kata ibu sembari menunjuk ke arah samping.
"Hari perayaan ? Memangnya hari perayaan apa sekarang ?" tanya Brittany terkejut.
"Yah, ayahmu ingin merayakan hari membuang kesialan dari keluarga kita, dan dia juga ingin mengundang tetangga dekat untuk merayakannya", sahut ibu.
"Kedengarannya seperti sebuah sindiran akan sesuatu, apa itu berkenaan dengan batalnya pernikahanku dan Ralph !?" ucap Brittany.
"Entahlah, ibu kurang paham dengan jalan pikiran ayahmu, tapi bisa diartikan seperti itu, kalau ayahmu ingin membuang kesialan dari hidup kita dan bersyukur karena kau tidak jadi menikah dengan pria seperti Ralph", sahut ibu.