Di nikahi karena hamil anak sang majikan tidak menjamin membuat hidup Kanaya Bahagia. Ia justru semakin menderita dari sebelumnya.
Belum seberapa lama ia menikah, Kanaya harus kembali menelan pil pahit ketika suaminya dengan tega menikah lagi dengan wanita yang di cintainya.
Sakit, lahir dan batin Kanaya rasakan saat Aditya sang suami lebih mengutamakan istri mudanya di bandingkan dirinya.
Terlebih, sebuah fitnah yang datang dari ibu mertua dan madunya membuat Kanaya di usir dalam keadaan hamil muda.
Terpaksa Kanaya Harus merawat anaknya seorang diri dengan penuh ketulusan. Hingga beberapa tahun setelahnya Kanaya bertemu dengan seorang pria Duda beranak dua yang mampu menerima dirinya apa adanya.
Akankah Kanaya bahagia dengan Pria tersebut? Atau Justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakit
Ketika malam menjelang, Kanaya turun dari kamar Aditya menuju dapur besar itu. Walaupun Tuan Wira sudah melarangnya ini dan itu, namun Kanaya sadar diri. Ia hanya seorang pelayan di rumah ini, tidak lebih.
Kanaya masuk ke dapur dan membantu beberapa pelayan memasak. Walaupun ada beberapa dari mereka yang melarangnya. Tapi Kanaya tetap kekeuh, ia tidak ingin teman-temannya justru ikut kena imbas nanti.
Setelah cukup lama berkutat di dapur kini Kanaya mampu menyelesaikan semuanya. berbagai macam menu tertata rapi di atas meja makan tersebut.
Kanaya menarik nafas panjang. Ini adalah pertama kalinya ia ikut memasak, Karena setelah beberapa bulan bekerja di rumah besar itu, Kanaya tidak pernah memasak karena memang bukan tugasnya.
Tidak butuh waktu lama, Para majikan itu datang. Kanaya segera mundur dan memberi jalan. Ia berdiri di samping Aditya yang kini tengah mengambil makanannya.
"Kanaya..."Gadis yang sedang hamil itu, Menoleh ke arah sumber Suara. Disana Wira tengah menatapnya dengan tatapan yang begitu sulit di artikan.
"Ayo duduk, ngapain kamu berdiri disitu..."Kanaya bingung, Ia melirik Nyonya mayang yang sudah pastinya melayangkan tatapan permusuhan terhadapnya. Kanaya juga melirik ke arah Aditya yang tampak tak peduli sama sekali.
"Iya.. ih.. ngapain juga berdiri di situ. Udah duduk dan makan..."Sambung Shayra , Adik dari Aditya. Sama-sama hidup di keluarga terpandang Shayra lebih memiliki sifat positif dari pada sang mama.
"Ayo duduk.. Dan makan.. Kau bukan lagi pembantu di rumah ini, Kau adalah Istri Aditya ..",Kanaya mengagguk. Dengan ragu ia duduk di samping Aditya yang sedang mulai menyantap makanannya.
Aditya terdiam. Ia mengunyah makanan itu merasa seperti tidak asing sama sekali. Ya, makanan yang ia makan malam ini rasanya jauh lebih enak daripada makanan yang biasa di masak para pelayan lainnya.
"Kenapa Adi.. Makanannya tidak enak..",Tanya mayang, Ia sama seperti sang putra sebenarnya. Merasa ada yang beda dari makanannya yang ia makan malam ini.
"E ..enggak kok maa...ini masakannya agak lain deh..
",Iya bener kak.. rasanya lebih enak dari biasanya. .."Sambung Shayra, Tuan Wira juga demikian.
"Pelayan...
"Iya, Tuan..
"Siapa yang masak makanan ini.. rasanya enak beda seperti yang biasanya..."Tanya Aditya, Sungguh masakan ini rasanya sangat berbeda, Dan membuat Aditya mengingat tentang seseorang.
"E.. itu Tuan.. yang masak, Kanaya...
Diam, Semua diam. Nyonya mayang memalingkan wajahnya, Tadi di puji sekarang malu rasanya karena sudah memuji makanan langsung didepan orangnya .
Aditya juga diam. Setelah mendapatkan jawabannya, Ia sudah tidak lagi bertanya. Dan melanjutkan makan malam malamnya..
"Ih kenapa pada diem?.Yang masak mbak Kanaya loh.. enak rasanya. Gak pernah ikut masak,Sekalinya masak enak banget.. Ilmu darimana sih..?
"Itu resep dari ayah saya non..."Jawab Kanaya kembali menunduk.
"Ih... jangan Non lah.. panggil aja adek... sekarang mbak Kanaya bukan pelayan aku lagi tapi kakak ipar..."Ucap Shayra dengan wajah yang penuh ceria..
"Shayra.."Tegur Mayang merasa tidak suka.
"Apasih ma...
"Udah gak baik bicara saat makan...Ohya..Lain kali kamu yang masak ya.. papa suka..."Kanaya tersenyum malu-malu mendapat pujian semacam itu.
"I..iya pa...
Semua makan dalam diam. Tidak ada pembicaraan sama sekali pun. Dan tidak butuh waktu lama, Acara makan malampun selesai. Semua para majikan satu persatu pergi meninggalkan ruang makan, Kecuali Kanaya yang masih berada di disana.
Kanaya sadar ia hamil, Dan jujur ia sangat lelah rasanya. Tapi Mau bagaimana lagi. Ia cukup sadar siapa dirinya.
"Loh.. Kanaya ngapain? Udah sana pergi.. Gak usah ikut cuci piring.."Ucap Eli yang memang memiliki tugas itu.
"Gapapa mbak.. aku ikhlas kok.. lagian..
"Kalo kerja tuh gak usah banyak ngobrol... cepet kerjain..! Eli dengar ya.. Kamu gak perlu larang-larang wanita ini kerja. Emang pada dasarnya dia itu pelayan.."Setelah mengucapkan itu Mayang pergi dari sana.
Ia kembali menarik nafas, Menepuk dadanya merasa begitu sesak, Akankah ia sanggup untuk bertahan? Entahlah ia tidak tau.. yang pasti untuk saat ini, ia melakukan semuanya dengan tulus.
"Yang sabar .. Kalo kamu emang udah gak kuat..kamu bisa pergi, Daripada kamu kesiksa terus..."Ucap Eli mengusap pundak kanaya seakan memberi kekuatan.
"Gapapa kok mbak....aku iklas kok...
.
.
.
Setelah pekerjaan di dapur selesai dan beres semua. Kanaya kembali ke kamar sang suami. Wanita itu dengan hati-hati masuk ke dalam kamar itu.
Ia terdiam, Aditya tengah bertelanjang dada bersandar di sandaran ranjangnya. Pria itu sepertinya tengah sibuk dengan pekerjaannya di kantor. Melihat kedatangan Kanaya, Aditya menarik nafas seakan merasa muak.
Kanaya mendekat, Ia ingin segera tidur dan istirahat. Tapi ia tidak tau harus tidur dimana.
"Jika kau ingin tidur, itu ada kasur lantai di pojokan.. Tidurlah di bawah..karena aku tidak sudi tidur satu ranjang dengan mu.."Ucapan Aditya membuat wanita hamil itu medongak, Ia menatap sang suami dengan mata berkaca-kaca. Tidur di bawah? Yang benar saja.. ia memang lahir dari keluarga miskin, Tapi seumur hidup ayahnya tidak pernah membiarkan dirinya tidur di lantai.
Melihat tidak ada pergerakan dari gadis Yang telah menjadi istrinya ini. Aditya bangkit. Ia berjalan menuju lemari miliknya, dan mengambil sebuah selimut dari dalam sana.
Dengan kasar pria itu melempar selimut itu terhadap kanaya.
"Pakai ini, Aku tidak mau kau tidur kedinginan dan ujung-ujungnya sakit yang justru membuat aku repot...Dan satu lagi. Ingat perkataanku tadi..Jangan harap kau bisa tidur satu tempat bersamaku... karena aku tidak sudi..."Kanaya menghapus air matanya lagi. Ia mengambil sebuah kasur lantai kemudian mengelernya di lantai yang begitu dingin itu.
Nayra pun mulai berbaring membelakangi Aditya yang sepertinya sekarang sedang sibuk dengan kekasihnya.
Kanaya mencoba abai dengan memejamkan matanya. Ia sedang hamil.. Dan ia tidak ingin sang buah hati ikut tertekan seperti dirinya.
"Sayang Aku kangen loh..
"Sama Aku juga kangen....
"Sehari ini kita gak ketemu.. pasti kamu sedang sibuk sama istri kamu itu kan...
"Istri? istri yang mana? aku hanya menikahinya karena tanggung jawab.. selebihnya tidak...
"Kamu bilang kamu mau ceraikan dia..
"Oh pasti donk sayang.. lagian siapa sih yang mau punya istri pelayan .. bisa hancur image ku di mata masyarakat luaran sana..
"Terus gimana sama gadis itu??
"Gadis? Gadis yang mana sayang..
"Gadis kecil yang dulu kamu pernah cerita itu loh...
"Oh..aku belum tau sih..
"Kalo mau kesana aku ikut ya...
"Iya deh kapan-kapan...
"Ohya.. aku boleh main ke rumah kamu besok..
"Boleh donk..mumpung papa sama ada acara besok..kita bisa sepuasnya berduaan..Aku juga kangen kamu..
Tanpa Aditya sadari dibalik selimut itu ada pemilik air mata yang mengalir tiada henti. Kanaya menangis dalam diam, Ia menutup mulutnya agar suara tangisannya tidaklah terdengar.
Sakit hatinya mendengar apa yang barusan Aditya ucapkan. Ia memang tidak mencintai Aditya, Tapi sebagai seorang istri, bukankah ia yang lebih berhak. Dan tentunya ia pasti merasa sakit hati ketika suaminya berbicara dengan wanita lain...
"Ayah.. Kanaya kangen.. kanaya ingin bareng ayah...
.
.
.
TBC