Kehidupan bahagia yang dijalani Thalia setelah dinikahi oleh seorang pengusaha kaya, sirna seketika saat mendengar kabar bahwa suaminya tewas dalam sebuah kecelakaan maut. Keluarga almarhum sang suami yang memang dari awal tidak merestui hubungan mereka berdua, mengusir Thalia yang sedang hamil besar dari mansion mewah milik Alexander tanpa sepeser uang pun.
Di saat Thalia berhasil bangkit dari keterpurukan dan mulai bekerja demi untuk menyambung hidupnya dan sang buah hati yang baru beberapa bulan dia lahirkan, petaka kembali menimpa. Dia digagahi oleh sang bos di tempatnya bekerja dan diminta untuk menjadi pelayan nafsu Hendrick Moohan yang terkenal sebagai casanova.
"Jadilah partner-ku, aku tahu kamu janda kesepian bukan?"
Bagaimanakah kehidupan Janda muda itu selanjutnya?
Bersediakah Thalia menjadi budak nafsu dari Hendrick Moohan?
🌹🌹🌹
Happy reading, Best...
Jangan lupa tinggalkan jejak
⭐⭐⭐⭐⭐ bintang 5
💖 subscribe
👍 jempol/ like
🌹 kembang, dan
☕ kopi segalon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merpati_Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menarik
Jangan lupa subscribe dan rate Bintang 5, yah 🥰
⭐⭐⭐⭐⭐ happy reading ...
Thalia terus berjalan memasuki lobi dan kemudian menaiki lift untuk menuju ruangan HRD yang berada di lantai dua, setelah ditunjukkan oleh petugas yang berjaga di pos satpam tadi. Wanita itu sangat bersyukur karena merasa dimudahkan dalam mencari pekerjaan. Thalia segera mengetuk pintu ruangan HRD setibanya di sana.
"Silakan masuk!" Seorang laki-laki berusia sekitar empat puluh tahun mempersilakannya dengan ramah.
Thalia pun bergegas masuk dan kemudian duduk di kursi yang ditunjuk oleh manager HRD. Wanita cantik itu duduk berhadapan dengan sang manager berkacamata yang terlihat sangat berwibawa. Thalia kemudian menyodorkan surat lamaran yang dia bawa.
"Hanya ada lowongan layanan office untuk Anda di sini. Apakah Anda bersedia, Nyonya?" tanya sang manager setelah membaca data diri Thalia dan mengetahui dari sana bahwa wanita cantik yang duduk dengan sopan di hadapannya adalah seorang janda.
Laki-laki itu kemudian menatap Thalia dan memindai wajah bersih wanita di hadapan. Manager HRD itu nampak ragu apakah Thalia mau menerima pekerjaan tersebut atau tidak karena jika dilihat dari segi penampilan dan kecantikan wajahnya, dia seperti orang berada. Namun kalau melihat jenjang pendidikan, wanita di hadapannya hanya tamatan Sekolah Menengah Atas dan alamat tempat tinggal Thalia pun di perumahan kumuh.
"Saya bersedia, Pak. Kapan saya bisa mulai bekerja?" jawab Thalia antusias. Wajah ibu yang belum lama ini melahirkan itu pun nampak berbinar, senang.
"Mulai saat ini juga, kamu sudah bisa langsung bekerja dan tentang gaji, aku yang akan mengurus gajimu." Suara seseorang yang tiba-tiba datang, membuat perhatian manager HRD dan Thalia langsung tertuju ke arah pintu yang sudah terbuka lebar.
"Tuan Asisten, silakan masuk." Manager HRD segera beranjak untuk menyambut asisten kepercayaan sang bos yang sudah berdiri di ambang pintu.
"Tidak perlu, Pak Rooney. Saya hanya menyampaikan itu." Asisten berwajah dingin tersebut kemudian mendekati meja manager HRD, menggeser map yang berisi surat lamaran pekerjaan milik Thalia dan membacanya sekilas.
Asisten bos perusahaan The Moohan Corporate itu kemudian menoleh ke arah Thalia. Netranya menyipit, menatap wanita yang berpenampilan sederhana tanpa riasan di wajah. Dia lalu mengangguk-anggukkan kepala.
'Jago juga si bos menilai seorang wanita dari jarak yang cukup jauh. Kuakui, dia memang cantik alami.'
Thalia tersenyum, canggung. Dia menjadi kikuk sendiri mendapat tatapan seperti itu dari laki-laki asing. Thalia merasa tidak nyaman.
'Kenapa dia menatapku seperti itu? Seolah aku ini barang yang sedang ditawar.'
"Pak Rooney. Untuk selanjutnya, suruh dia untuk membersihkan ruangan bos!" titahnya kemudian pada manager HRD dan segera berlalu meninggalkan ruangan tersebut tanpa menoleh lagi ke arah Thalia.
Setelah punggung asisten bos itu menghilang di balik pintu, Pak Rooney kembali duduk di tempatnya semula. "Anda sudah mendengar sendiri, kan, Nyonya? Anda bisa mulai bekerja sekarang juga. Saya akan telepon Paula untuk mengantarkan Anda ke ruangan Pak Presdir." Manager HRD itu menatap Thalia seraya tersenyum dan kemudian menelepon seseorang.
Thalia membalasnya dengan senyuman bahagia karena sudah mendapatkan pekerjaan, apapun jenis pekerjaannya. Yang terpenting bagi Thalia saat ini, dia harus segera mendapatkan uang karena uang pemberian John kala itu sudah menipis. Tidak masalah jika dia harus melakukan pekerjaan kasar. Sebab, dulu pun Thalia sudah terbiasa melakukannya.
Tidak perlu menunggu lama setelah manager HRD tersebut menelepon sekretarisnya, seorang wanita cantik berpenampilan seksi masuk ke dalam ruangan Pak Rooney. Manager HRD itu segera memberikan perintah pada Paula. "Ajak Nyonya Thalia ke bagian GA untuk mendapatkan pakaian seragam, setelah itu antar dia ke ruangan bos."
Paula menganggukkan kepala, mengerti perintah sang atasan. Dengan isyarat mata dan tangannya, sekretaris HRD kemudian mengajak Thalia untuk mengikuti langkahnya. Thalia segera beranjak dan berpamitan pada Pak Rooney.
"Terima kasih banyak, Pak. Saya permisi," pamit Thalia seraya mengangguk, sopan.
Kedua wanita itu pun segera berlalu meninggalkan ruangan manager HRD. Pak Rooney mengantarkan kepergian Thalia dengan senyuman. "Wanita yang sederhana dan sopan. Satu banding seribu wanita yang masih ada di dunia," gumamnya, mengagumi sikap Thalia.
*****
Di sinilah saat ini Thalia berada, setelah tadi lapor ke ruangan GA dan berganti dengan pakaian seragam khusus. Di lantai tertinggi gedung perkantoran milik Hendrick Moohan, bos dari perusahaan The Moohan Corporate. Dia duduk berhadapan dengan sang asisten yang tadi datang ke ruangan HRD, Mr. Zack. Ya, nama itulah yang tadi didengar oleh Thalia dari Paula sewaktu mengantarkan dirinya ke ruangan asisten pribadi Pak Presdir.
Thalia mendengarkan dengan seksama setiap perkataan Zack. Tugas apa saja yang harus dilakukan oleh wanita itu setiap hari dan berapa gaji yang akan dia terima nantinya. Thalia nampak bernapas dengan lega karena pekerjaannya terbilang ringan. Dia hanya disuruh membersihkan ruangan sang bos dan menyiapkan minuman serta makanan untuk bos pemilik perusahaan TMC.
"Bagaimana, Thalia? Kamu bisa, kan?" tanya Zack, memastikan dan dibalas Thalia dengan anggukan.
"Kamu tidak perlu mengenakan seragam, pakai saja baju kamu sendiri seperti tadi," lanjutnya seraya tersenyum penuh arti, membuat Thalia mengerutkan dahi.
Thalia mulai curiga, kenapa harus dia yang membersihkan ruangan presiden direktur? Dia yang merupakan orang baru dan sama sekali belum memiliki pengalaman? Kenapa bukan karyawan senior yang sudah lama bekerja di sana saja, yang sudah jelas-jelas berpengalaman? Thalia khawatir jika dia melakukan kesalahan dan kemudian dipecat, sementara dia sangat membutuhkan pekerjaan.
"Maaf, Tuan Zack. Ini adalah hari pertama saya dan juga pengalaman pertama saya bekerja sebagai office girl. Kenapa saya yang dipercaya untuk membersihkan ruangan dan mengurus segala keperluan Pak Presdir? Kenapa bukan karyawan lain saja yang sudah senior, Tuan? Saya takut melakukan kesalahan dan pekerjaan saya nantinya tidak sesuai dengan harapan Pak Presdir." Dengan perlahan dan penuh kehati-hatian, Thalia mengungkapkan kegelisahannya.
Zack menyipitkan mata, menatap Thalia dengan tatapan menyelidik. 'Kritis juga, dia. Benar-benar menarik. Sayangnya, dia janda.'
"Justru ini adalah tantangan buat kamu, Thalia. Jika Mr. Moohan puas dengan pekerjaan kamu, tidak menutup kemungkinan dia akan merekomendasikan kamu agar naik jabatan ke bagian lain yang lebih baik dan tentu dengan bayaran yang lebih besar." Zack kemudian berdiri. Laki-laki itu menatap ke arah jendela kaca yang menghadap ke bangunan-bangunan bertingkat tinggi, di sekitar gedung TMC.
Zack kembali menoleh ke arah Thalia yang masih duduk di depan meja kerja asisten tersebut. "Satu hal yang harus kamu tahu, Mr. Moohan orangnya tidak ribet. Dia memang kesannya galak dan dingin, tetapi sebenarnya dia baik," pungkas Zack dan tepat di saat yang sama, ruangan asisten pribadi Mr. Moohan itu dibuka oleh seorang wanita cantik.
"Tuan Asisten. Anda dan Nona itu dipanggil oleh Mr. Moohan." Wanita cantik itu menunjuk ke arah Thalia.
"Baik, Mooza. Kami akan segera ke sana." Zack segera beranjak dan dengan isyarat tangannya, dia mengajak Thalia untuk mengikutinya. Thalia kemudian berjalan mengekor langkah panjang asisten pribadi presdir untuk menuju ke ruangan pemilik perusahaan.
Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Zack segera masuk ke dalam ruangan mewah presiden direktur. Asisten itu langsung duduk di sofa, di hadapan sang Presdir yang sudah menunggu di sana. Sementara Thalia memilih untuk berdiri dan sedikit menjauh dari dua orang yang paling berpengaruh di perusahaan tersebut.
"Semua sudah saya jelaskan pada dia, Bos, dan dia setuju," lapor Zack seraya melirik Thalia.
Pemuda yang dipanggil bos itu kemudian menoleh ke arah Thalia dan wanita cantik itu mengangguk, sopan. Itulah cara Thalia memberikan penghormatan kepada sang atasan. Bos TMC itupun memindai Thalia mulai dari atas hingga ke bawah dan kemudian tersenyum. 'Menarik.'
Melihat tatapan sang bos pada Thalia, Zack kemudian mendekat dan duduk di samping Moohan. "Tapi, apakah Anda yakin, Bos? Dia janda dan berasal dari perkampungan kumuh," bisiknya, bertanya. Zack nampak ragu, dengan niat awal atasannya.
☕☕☕☕☕☕☕☕☕☕ tbc.