Niat hati Meysa untuk bersembunyi dari kejaran wartawan. Justru ia terbangun di kamar bernuansa kerajaan dan juga dengan pakaian lengkap seorang wanita zaman dahulu. Kebingungan dengan apa yang terjadi, justru identitas dirinya di sini adalah seorang ratu yang lemah. Bertolak belakang dengan sikap dan kemampuannya, Meysa tidak akan membiarkan dirinya terinjak-injak.
Kalau begitu lihatlah bagaimana ratu dari modernisasi ini akan menggemparkan kerajaan, tekad Meysa.
Bagaimanakah perjalanan Meysa di zaman ini? Akankah ia berhasil pulang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berburu
Pagi ini seperti biasa, selain pepohonan yang rindang, lebat serta berdaun hijau yang menyejukkan dipadukan ranting besar yang meneduhkan. Suara burung dan aroma hutan yang lembab karena hujan semalaman membuat Meysa bersemangat sekali.
Ia membuka pintu yang terbuat dari kayu yang sudah ia perbaiki agar lebih layak itu menjadi kokoh. Siu yang tengah berada di belakang, baru saja menggantung pakaian yang telah dicuci. "Sungguh, aku sangat merindukan aroma hutan tropis yang segar. " Meysa mengikat rambutnya dan menuju beberapa potongan kayu besar yang tengah bersandar dengan busur dan anak panah yang dibuatnya.
"Sepertinya, berburu atau menangkap ikan akan sangat menyenangkan. Ditambah lagi mandi dan berendam."
Saat Meysa melangkahkan kakinya menuju keluar. Seperti suara bel, Siu langsung tiba dihadapan Meysa membuat wanita cantik itu terkejut akan kedatangan pelayan setia muda nya itu.
"Ratu, ingin kemana?" Meysa menelisik penampilan pelayan muda nya itu yang terlihat basah karena habis mencuci.
Siu yang belum mendapatkan jawaban, turut memindai ratunya yang terlihat membawa busur panah. "Ratu, hamba akan memasak. Sebentar lagi selesai.... Meysa mengambil napas sejenak, ia merasa pelayan nya ini kerepotan sendiri karena tingkahnya.
"Tidak perlu!" Siu langsung berhenti dan menunduk mendengar nada yang cukup tinggi dari bibir merah alami ratunya.
Sepertinya Meysa harus melatih pelayan nya itu, agar sesuai kriteria nya. Merasakan sepasang tangan menyentuh pundaknya membuat Siu bersimpuh dan meminta ampun.
"Ratu maafkan hamba! Hamba...."
Melihat wajah Siu yang berlinang air mata dan ketakutan dalam sekejap membuat Meysa menepuk jidatnya karena mendapatkan pelayan seperti ini. "Bangunlah, kau tidak melakukan kesalahan apapun. Aku tidak marah, mengerti?" Meysa melihat reaksi Siu yang mengangguk setidaknya Meysa lega karena tangisan itu terhenti.
"Aku ingin berenang dan berburu ikan. Aku bisa melakukannya sendiri, kau bisa makan duluan atau ikut atau menunggu ku disini. "
Siu akhirnya bangkit dan mulai bersuara. "Ratu, hamba akan menunggu Ratu tapi...." melihat raut kekhawatiran dari wajah belia itu Meysa mengerti.
"Tenang saja, ingat? Aku ini sudah menjadi kuat dan tidak bisa ditakuti oleh apapun. Kau hanya perlu duduk manis sambil melakukan sesuatu, ya seperti biasa. Kenapa kau bersikap seolah belum pernah melihat rutinitas ku?"
Ya, sejak tadi Meysa bingung melihat tingkah dan ekspresi yang ditujukan oleh Siu. Padahal, mereka sudah bersama beberapa hari, dan melihat hal yang dilakukan oleh dirinya.
"Maaf Ratu, tapi hamba tetap khawatir."
"Tidak apa, mengerti? Sekarang aku akan pergi." Meysa tidak ingin mendengar apapun lagi dan langsung melambaikan tangannya sebelum Siu kembali berbicara.
Hingga wanita cantik itu perlahan menghilang masuk kedalam pepohonan lebat dan Siu berdoa semoga Ratu nya kembali seperti biasa.
Sungguh ia masih merasa takut, bukan karena tidak percaya. Tapi ratunya bukan kalangan sembarangan dan mengingat bagaimana sikap Tania sebelum nya yang jauh berbeda, tetap saja harus waspada bukan.
...🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟...
Suara air sudah terdengar jelas di telinga Meysa. Ia mempercepat langkahnya dan ia masih saja terpaku dengan keindahan yang tersaji di depan matanya. Air yang begitu jernih, dikelilingi dengan pepohonan yang rimbun dan beberapa kali ia melihat burung yang terbang bebas dengan riang.
"Aku akan mandi segera. Nanti saja menangkap ikan nya." Tanpa menunggu lebih lama lagi, Meysa membuka lapisan pakaiannya dan sekarang tinggal kain putih yang tidak terlalu tebal membungkus bagian atas hingga pahanya.
Meysa begitu menikmati sensasi dingin dan sentuhan air yang menyapa kulit nya. Ia bersandar di sebuah batu yang cukup besar seperti dinding.
Tak ingin berlama-lama lagi, Meysa sudah kembali bersiap dengan pakaian lengkap nya dan mencari kelinci untuk dimakan. Entah mengapa Meysa ingin hewan berbulu itu dibandingkan dengan penghuni sungai seperti biasanya.
Saat asyik mengendap mencari tempat yang biasanya dilewati oleh hewan cepat itu. Meysa menangkap sesuatu yang terjebak di sungai, ia menajamkan matanya melihat kembali apa itu.
"Manusia?" itulah yang terucap oleh Meysa, ia segera kesana meninggalkan hewan buruannya menuju sungai.
Ketika didekati, Meysa dapat melihat sosok pria dengan baju zirah yang tengah kesulitan karena terbawa arus sungai yang melingkar.
Bersambung......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak
berteman aja dach asyik kayanya