Trust Me

Hyuri terus saja menangis dan mengunci diri di ruang rawat inap nya, saat di beritahu dokter bahwa ia tengah hamil. ia begitu histeris, mendorong Biexiu yang mencoba menenangkannya dan mengunci pintu kamar rawat saat semua orang telah keluar dari ruangannya.

Ia bahkan melemparkan apa saja yang ia lihat ke arah pintu saat Biexiu mencoba membujuknya, di balik sana. setelah lelah, ia hanya menangis bersandar nakas di samping ranjang sembari terus menangis. sesekali, nampak Hyuri memukul-mukul perutnya, menandakan ia tidak menginginkan kehadiran bayi itu.

Biexiu sedih, ia hanya bisa menatap Hyuri dari luar jendela. ingin sekali ia menarik tangan Hyuri untuk tidak menyakiti bayi dan dirinya sendiri saat melihat gadisnya memukul perut rata itu. tapi, tidak bisa. Hyuri benar-benar mengunci pintunya dari dalam.

Pagi datang, Biexiu yang dari semalam berjaga diluar sudah bangun. ya, ia tidur di kursi semalaman. tentunya, pria itu tidak tega meninggalkan gadisnya sendirian dirumah sakit, meskipun Hyuri telah mengusirnya.

Biexiu melihat dari luar jendela. nampak, Hyuri tidur di lantai. mungkin, gadis itu menangis semalaman hingga akhirnya tertidur. selang infus di tangannya terlepas sejak semalam saat ia baru sadar, dan dokter mengatakan bahwa ia hamil.

"Oh, permisi. apa anda bisa membantu saya?!.", tanyanya, pada seorang office boy yang lewat.

"Bisa, tuan. apa yang harus saya lakukan?.", tanya, office boy.

"Bisakah anda membuka pintu ruangan ini?!. istri saya, marah. dia tidak mengizinkan siapapun masuk sejak semalam.",

"Dia menguncinya dari dalam.", ujar Biexiu, sedikit mengarang cerita.

Office boy itu, nampak menatap Hyuri dari balik jendela. ia paham. "Tunggu sebentar, tuan.",

"Saya, akan memanggil bagian yang bertanggung jawab untuk hal ini.", sambungnya. lalu, pamit pergi memanggil rekannya. Biexiu, mengangguk dan menunggu office boy itu kembali.

Ponsel Biexiu berdering, ia melihatnya. 'Jake', gumamnya. ia masih bingung, jadi hanya menatap panggilan di layar ponselnya hingga mati.

Setelahnya, ia melihat beberapa panggilan tidak terjawab dari Momo dan Jake bergantian, dari semalam.

Ya, ia tahu kedua sahabatnya ini pasti ingin tahu dimana dia dan Hyuri berada sekarang, dan apa yang terjadi.

Untuk kesekian kalinya, panggilan dari Jake membuat ponsel Biexiu berdering. ia mengatur nafas terlebih dahulu, sebelum mengangkat panggilan itu.

"Bie, kau dimana?!.", jelas, ini bukan suara sahabatnya. ini adalah suara Momo. suara itu terdengar nyaring dan lega bersamaan saat Biexiu mengangkat panggilannya.

"Dimana Hyuri?!, kalian bersama, kan?.", tanya Momo, lagi. haruskah ia memberitahu keadaan gadis pujaannya dan dimana mereka berada sejak semalam?. apakah itu tidak akan menggangu dan menghancurkan hari pertama kedua sahabatnya sebagai sepasang pengantin?. Biexiu berpikir keras.

"Bie, kau dan Hyuri dimana?!.",

"Kalian baik-baik saja, kan?.", kali ini, ganti suara Jake yang terdengar. ia tahu mereka pasti khawatir, tapi bagaimana?.

Sementara pintu kamar rawat Hyuri sedang berusaha di buka oleh para office boy.

"Bie, katakan sekarang kau ada dimana?!.",

"Momo, sangat mengkhawatirkan kalian sejak semalam begitu menyadari kalian tidak ada.",

"Bridesmaids lain bilang, ada yang melihatmu membawa Hyuri keluar dari ruang resepsi, dan sepertinya Hyuri sedang sakit.", ujar Jake. ia hanya ingin tahu bagaimana keadaan kedua sahabatnya, dan dimana mereka berada?!.

Sadar kalau Biexiu dan Hyuri pergi, benar-benar membuat kedua mempelai sama sekali tidak tenang, ditengah acara yang berlangsung semalam.

......................

"Kami dirumah sakit.", jawabnya. sontak jawaban itu, membuat pasangan baru itu, terlebih Momo terkejut.

"Hyuri, pingsan semalam. dan aku membawanya ke rumah sakit.", lanjutnya.

"Dirumah sakit mana?!. tolong, beritahu kami.", pinta Jake. Momo, sendiri sudah tidak bisa berkata-kata. ia hanya menyandarkan tubuhnya di lengan sang suami. membuat Jake berusaha menahan tubuh Momo, dan mendudukkannya perlahan di kursi.

"Akan aku kirimkan alamatnya.", ucap Biexiu, sebelum mengakhiri sambungan panggilan mereka.

Biexiu segera mengirimkan alamat rumah sakit pada Jake. tidak berselang lama, pasangan pengantin baru itu sudah sampai di sana. tepat, saat pintu kamar Hyuri berhasil di buka oleh office boy.

Momo masuk lebih dulu. kamar rawat yang berantakan dengan banyak pecahan vas bunga, piring, gelas dan mangkuk di dekat pintu.

Ia melihat Hyuri yang masih tertidur dengan posisi kaki tertekuk hampir ke dada dan memeluk kedua kakinya. sedih pastinya, melihat kondisi sahabat yang sudah di anggap adik sendiri, seperti ini.

"Yuri.", panggil Momo. ia mengusap lembut rambut yang menutupi wajah Yuri dan menyisipkan di telinganya. membuat gadis itu perlahan bergerak dan membuka matanya, merasakan sebuah sentuhan.

Hyuri terperanjat bangun. ia segera duduk, melihat Momo di depannya.

"Tidak apa, jangan takut!.",

"Ini kakak, oke?!.", ucap Momo, lembut. ia berusaha untuk tidak membuat Hyuri panik mengingat, Hyuri juga pernah seperti ini dulu, saat ayahnya baru saja meninggal.

Bukan takut yang dikhawatirkan Hyuri. tapi, lebih ke bagaimana Momo, saat tahu dirinya sedang hamil?. air mata Hyuri menetes begitu saja melihat wajah tulus Momo, yang selalu menjaganya.

Tanpa pikir panjang, Hyuri berlari ke kamar mandi dan mengunci diri di sana. ia tidak sanggup melihat kekecewaan Momo padanya.

Semua panik. Momo, Biexiu terus menggedor pintu kamar mandi. mereka memohon pada Hyuri untuk membukakan pintu nya. tapi Hyuri malah menyalakan kran air, dan duduk di bawah kran itu sembari menangis. ia merasa jijik dengan tubuhnya sendiri, terlebih jika ia melihat perutnya.

"Bie. sebenarnya apa yang terjadi?.", tanya Momo, ia yakin ada yang disembunyikan oleh Biexiu dan Hyuri. tidak mungkin, Hyuri sampai seperti ini.

"Nanti saja, aku jelaskan. yang penting, bujuk Hyuri agar mau keluar dari sini, dulu.", jawabnya.

"Kalian, jangan terus menggedornya.",

"Aku sudah memanggil office boy. biarkan mereka yang membuka pintunya.", ujar Jake, yang baru datang dengan dua office boy.

Ya, saat Momo dan Biexiu panik melihat Hyuri mengunci diri di kamar mandi. ia dengan cekatan pergi menyusul office boy, dan meminta bantuan mereka.

Biexiu dan Momo, sedikit menjauh dari pintu itu. mereka mengawasi office boy yang sedang berusaha membuka pintu. dan saat pintu terbuka, mereka lebih terkejut lagi melihat Hyuri sudah setengah lemas, di bawah guyuran air kran. cepat-cepat Biexiu masuk dan mematikan kran itu, lalu meraih handuk yang diberikan Momo dan menutupi tubuh Hyuri dengan handuk itu, lalu mengangkatnya keluar.

Biexiu meletakkan Hyuri di ranjang. dan Momo, segera mengganti baju sahabatnya. sementara yang lain menunggu di luar.

Setelahnya, dokter datang dan memeriksa keadaan Hyuri. Momo, setia menunggu Hyuri. sekalian, ia ingin bertanya tentang kondisi serta penyakit sahabatnya.

"Bagaimana keadaannya, dokter?.", tanya Momo, saat dokter selesai memeriksanya.

"Untungnya, ibu dan bayinya tidak apa-apa.",

"Sebaiknya, tolong terus di awasi, ya?!.",

"Sepertinya, pasien belum siap dengan kehamilannya.", ujar dokter.

Sebuah jawaban dan anjuran dokter yang membuatnya terkejut, kaget dan shock seketika. Momo, bahkan hampir jatuh. untungnya, Jake baru saja masuk, dan bisa segera menahan tubuh istrinya. ia segera mendudukkan Momo, di kursi yang berada disamping ranjang Hyuri.

Bermimpi kah ia saat dokter mengatakan bahwa, Hyuri hamil?. tapi, anak siapa?.

...----------------...