Sebuah rasa cemburu, membuatku melakukan hal yang paling gila. Aku nekat meniduri seorang pria yang sedang koma.
Tahun berlalu dan kini, ada sosok kecil yang membuatku hidup dalam kebahagian. Hingga suatu hari, sosok kecil yang tak lain adalah anakku dan pria yang koma waktu itu, membawaku kembali.
Kembali ke kehidupanku yang dulu. Tempat dimana, aku akan memulai kisah yang baru dari lingkungan yang sama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Bukan Kamu
Dengan wajah malas untuk meladeni Kevin, Nath meraih amplop coklat yang Kevin sodorkan di mejanya.
Nath langsung membuka amplop itu dan mengeluarkan isinya. " Ini? " Nath menatapnya bingung.
" Bagaimana menurutmu?
" Kenapa kau memberiku photo masa kecilku? kau ini kurang kerjaan ya? " Ujar Nath tandas menatap Kevin garang. Malas sekali rasanya meladeni Kevin. Baru saja dia berbunga-bunga mendengar suara indah Vanya. Eh, begitu datang Kevin di hadapannya, bunga-bunga tadi berubah menjadi bunga bangkai. Sial gerutu Nath dalam hati.
" Lihat baik-baik. Itu bukan photomu. " Kevin berbicara dengan nada angkuhnya. Baru beberapa detik yang lalu wajahnya terlihat bahagia. Kenapa tiba-tiba berubah menjadi pera bagaikan nasi padang batinnya.
" Bukankah seharusnya kau bermain dengan jarum suntik mu? " Ucap Nath yang memberikan tatapan tajam seolah mengusirnya agar cepat meninggalkan ruangannya.
Kevin mendesah sebal. " Lihat baik-baik.
Dengan malas, Nath kembali meraih Photo itu. Photo yang menampilkan seorang anak menggandeng seorang wanita yang wajahnya di blur.
Nath terus menajamkan matanya. Anak yang ada di photo itu memang sangat mirip dengannya saat kecil. Tapi bangunan-bangunan di sekitarnya adalah bangunan yang baru di bangun beberapa tahun yang belakangan. " Kau mengedit photo ku?
Kevin menghela nafas lagi. Kesal rasanya. Sudah berkali-kali diberitahu jika dia bukan Nath kecil. Tapi masih saja ngeyel. Kalau bukan sahabat karib, ingin sekali rasanya Nath menendang bokong Nath hingga terpental ke atap gedung. " Anak yang ada di photo itu bukanlah kau.
" Apa? " Nath menatap bingung.
Kevin membenahi duduknya hingga kini dia terlihat tegap dan serius. " Apakah kau percaya dengan wajah mirip yang kebetulan ini?
" Ini terlalu mustahil untuk disebut kebetulan. " Ujar Nath yang masih melihat beberapa photo lainnya.
" Iya. Aku bahkan sudah bertemu langsung dengannya.
Nath menatap Kevin serius. " Benarkah?
" Iya.
" Bagaimana menurutmu? " Tanya Nath yang juga penasaran.
" Selain wajah yang sangat mirip denganmu, dia juga mempunyai sifat sepertimu. Cara bicara dan tatapan mata kalian sangat mirip. Aku bahkan sampai gugup saat melihatnya. " Ujar Kevin sembari mengingat Nathan kecil hingga membuatnya mengusap tengkuknya yang terasa merinding.
Nath semakin terlihat bingung. " Kevin, apa dia anakku dan Mage? ( Magdalena )
" Em,.... Kau mau jawaban dariku?
" Iya. " Nath masih menatap penuh harap.
" Tersenyum dan bujuklah aku.
" Katakan atau akan ku penggal kepalamu! " Naik sudah intonasinya.
Lagi-lagi Kevin hanya bisa menghela nafas. Sejujurnya dia juga bingung. Bagaimana caranya Lexi bertahan selama bertahun-tahun di dekat Nath. lebih baik beritahu saja dari pada harus mendengar ocehan Nath yang bagaikan nada-nada dari pusat neraka.
" Bukan.
Nath semakin terlihat bingung. " Apa wanita di photo ini Ibunya? " Kevin tersenyum dan mengangguk beberapa kali. " Kenapa kau membuat wajah wanita ini blur? katakan padaku. Siapa wanita ini?!
" Oh tidak bisa..... " Kevin tertawa dengan senangnya.
" Pesanlah peti mati untukmu. " Ancam Nath yang sudah merasa kesal.
" Uh.....! aku tidak pakai peti. Aku pakai kain kafan sayang,... " Balas Kevin yang merasa senang mengerjai Nath.
Nath menyunggingkan senyum liciknya. " Akan ku buat tunangan mu itu meninggalkanmu. " Ancam Nath yang terlihat tidak main-main.
Kevin mengetuk meja beberapa kali. ' Tok...! tok...! tok....! " Hei sahabat sejati. Itu sudah terjadi hampir satu minggu.
Meski ada rasa iba, karena Nath yang masih kesal hanya bisa meneruskan tingkah kesalnya. " Bagus sekali. Dia memilih pilihan yang tepat. Kau memang tidak pantas untuk wanita secantik Rien.
Kevin berdecih kesal. " Kau mengakui kalau Rien cantik?
" Tapi tidak bisa dibandingkan dengan Vanyaku. Karena Vanyaku, adalah wanita tercantik didunia. Eh, tidak. tidak. Di seluruh alam semesta. " Nath melipat kedua tangan dan meletakkannya di bagian dadanya. Gaya sombong maksutnya😊.
" Nath, aku benar-benar kesal. Aku sedang putus cinta dan kau tidak berniat menghiburku sama sekali. Lihat saja, aku tidak akan memberitahu siapa Ibu dari anak itu. " Ancam Kevin sembari bangkit dari posisi duduknya.
" Tunggu! " Nath mencegah Kevin yang sudah akan melangkahkan kaki. " Sorry. Ok, kita ke tempat biasa nanti malam. " Bujuk Nath.
Meski wajah Kevin terlihat kesal, sejujurnya, dia sedang berdisko didalam hati. Senang benar-benar sangat senang mengerjai Nath.
" Ok. Jangan membuatku tambah kesal lagi nantinya.
" Ok.
" Baiklah, aku harus kembali bercinta dengan jarum suntikku. " Ucap Kevin sembari melangkahkan kaki.
" Tunggu! setidaknya, beritahu aku dulu. Siapa nama dan Ibu anak ini.
Kevin membalikkan pandangan menatap Nath. " Carilah Nath. Temukan dia. Dia ada di sekitarmu. " Setelah mengucapkan kalimat itu, Kevin melangkahkan kaki menjauh dari Nath dan keluar ruangan begitu saja.
Di sekitarku? Siapa? sialan! sejak kapan Kevin suka bermain rahasia rahasiaan?
***
Jam kantor telah usai. Vanya kembali ke Apartemennya tanpa di antar oleh Nath. Meski Nath terus saja mengirim pesan dan menghubunginya, Vanya terus saja menghindar. Kejadian memalukan tadi siang benar-benar membuatnya malu. Tanpa sadar, dia berbicara begitu lantang kepada Presdir dihadapan seluruh anggota Divisinya.
" Ibu....." Panggil Nathan kecil yang berjalan cepat ke arah Vanya. Vanya berlutut menyeimbangkan tinggi tubuh Nathan.
" Apa kau merindukan Ibu? " Tanya Vanya sembari mengelus punggung mungil milik putranya itu.
" Tentu saja. Tapi tenanglah Ibu, ada tante Sherin,Berly dan Tante Devi yang menemaniku semalam. " Ucap Nathan sembari melepas pelukannya.
" Syukurlah. Ibu benar-benar beruntung memiliki sahabat seperti mereka.
Setelah beberapa saat, Vanya yang sudah rapih menggunakan setelan baju tidur, berjalan menghampiri Nathan yang asyik bermain game. " Sayang apa game lebih asyik dibanding Ibu? " Tanya Vanya dengan senyum yang mengembang di bibirnya.
Nathan terdiam sesaat lalu meletakkan ponsel di meja. " Ada apa? Ibu terlihat bahagia.
" Sayang, apa pernah ada rasa sedih karena menjadi putraku?
" Tidak. Biasa saja. " Jawab Nathan kecil tanpa menunjukkan ekspresi apapun.
" Baguslah. " Vanya kini semakin terlihat senang.
" Bu, bagaimana pekerjaan Ibu akhir-akhir ini.
" Baik. Semuanya lancar.
" Apa Bos Ibu galak?
" Tidak. Dia sangat baik.
" Apa dia tampan?
" Iya. Sangat. " Jawab Vanya sembari mengingat wajah Nath yang selalu nampak berbinar.
" Lebih tampan dariku?
" Kalian sama persis. Tentu saja kalian sama-sama sangat tampan. " Ujar Vanya tanpa menyadari apa yang dia katakan.
Nathan menatap Vanya dengan tatapan yang dingin tanpa terlihat maksut apapun. Barulah saat itu, Vanya gugup mengingat jawabannya sendiri.
" Maksut Ibu, kalian memang terlihat mirip sih. Soalnya kalian sama-sama tampan. Di mata Ibu, pria tampan kan masuk dalam satu golongan.
Pembohong. Ibu, kau ini sedang membodohi ku ya? baiklah bu, aku tidak tahu apa tujuanmu menyembunyikan aku dari Ayahku. Tapi aku yakin. Takdir akan membawaku kepadanya. Untuk saat ini, akan ku ikuti keinginan Ibu.
Suara bel memecahkan suasana canggung diantara mereka. Dengan cepat, Nathan berjalan dan membukakan pintu.
" Anda siapa? " Tanya Nathan sembari menatap orang itu.
To Be Continued.