Novel ini dalam revisi!
Cinta dalam perjodohan seorang dosen bernama Darren Nicholas dan mahasiswanya Kanaya Syabila.
Dosen muda dengan sejuta pesona tapi terkenal galak dan pelit nilai, menjunjung tinggi disiplin. Dipertemukan dengan Kanaya mahasiswanya yang cerewet, nyablak, seru, gaje. Dan disatukan dalam sebuah pernikahan dengan konflik cinta segitiga yang rumit. Akankah mereka bertahan dengan rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lapar di Tengah Malam
Kanaya
Lima belas menit kemudian Naya keluar kamar mandi dengan pakaian yang lengkap sengaja mengganti dari dalam kamar mandi.
Syukurlah dia tidak di kamar. Batinya lega dan segera membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan memasang skat bantal guling di tengah. Ia segera menarik selimut dan memaksakan matanya untuk tidur namun entah mengapa Naya tetap tidak bisa, pikiranya melayang entah kemana akhirnya dia memutuskan untuk bermain ponselnya, melihat film kesukaan.
Kruk.... kruk...
Perut yang sedari siang tidak diisi mulai protes dan terasa mlilit. Akhirnya dia memutuskan keluar kamar dan menuju dapur.
Yang punya rumah kemana sih, gue ditinggal sendirian apa ya.
Setelah sampai di dapur, pandangannya langsung tertuju pada Kulkas yang terletak di sebelah pojok. Ya disana pasti banyak makanan yang bisa dimakan untuk mengganjal perut yang sedari tadi sudah protes minta diisi.
Tak di nyana isinya cuma ada beberapa minuman dan beberapa butir telur.
Ya ampun.... sial banget sih gue, kulkas segede gini tidak ada isinya, mana laper lagi.
Namun bukan Naya namanya kalau tidak kehabisan ide. Ia pun bermaksud keluar untuk mencari makan, bukan hal baru sih sebagai mantan anak kost yang tidak diawasi orang tua secara langsung dan aturan ibu kost yang tidak begitu ketat sangat memungkin kluyuran di tengah malam. Sejurus kemudian kepalanya mendadak cemerlang di penuhi lampu pijar buatan Thomas Alva Edison.
Aha...
Dia segera menuju kamar untuk mengambil jaket dan dompet pastinya. Namun begitu masuk ke kamar ternyata Darren sudah ada di kamar sedang duduk di atas kasur dengan posisi kaki berselonjor dan memangku laptop.
Darren
Setelah mandi dan mengganti baju dia langsung ke ruang kerja untuk mengecek beberapa file yang di kirim lewat email, dan di sibukkan dengan pembuatan soal untuk bahan semesteran nanti. Namun karena merasa sudah terlalu lama meninggalkan Naya di kamar sendirian, akhirnya berniat merampungkan pekerjaan yang sempat tertunda di dalam kamar. Ketika Darren keluar dari ruang kerja yang letaknya bersebelahan dengan kamarnya, sudut matanya menangkap bayangan Kanaya yang sedang menuruni tangga dan berjalan kearah dapur.
Darren duduk di atas kasur dengan kaki berselonjor dan memangku laptop dengan bantal sebagai alasnya.
Ceklek
Pintu kamar terbuka dari luar dan sudah bisa di pastikan itu Kanaya, tapi entah mengapa raut mukanya langsung tegang begitu melihat aku sedang duduk di atas kasur. Sekilas kasihan juga sih, mungkin takut aku akan menerkam nya malam ini.
Hahaha rasanya aku pingin tertawa melihat dia yang takut atau.....bingung.
Begitu dia masuk pandangan kami sempat bertemu tapi aku pura-pura sibuk dan menekuri laptop kembali, eh ralat emang bener sih masih sibuk sih belum selesai, masih mengecek semua laporan dari sekertaris Papa tentang project baru yang sebentar lagi akan di bangun.
"Ee... Pak a... ku... izin keluar sebentar ya? Ucapnya lirih hampir tak terdengar.
Aku masih diam dengan tetap fokus ke layar laptop. Sudut mataku sempat melihat bayangan Kanaya masuk ke walk in closet namun langsung keluar dengan memakai jaket dan bersiap melangkah keluar.
"Mau kemana?!"
"Keluar." Di jawab cepat tanpa menoleh ke arah ku.
Aku mengeryit heran, sejurus kemudian langsung berdiri dan setengah berlari keluar kamar. Menyambar dengan cepat kunci motor yang terletak di atas meja yang hampir saja di ambil Naya.
"Ish... Bapak? aku pinjam bentar." Protes nya
"Nggak boleh, sudah malam. Kembali ke kamar!"
Ampun... deh ini orang, nggak tahu apa ya kalau gue kelaparan disini nggak ada makan.
Darren bersifat masa bodoh dan bersiap menaiki tangga. Tiba-tiba terdengar suara lirih yang hampir tidak di dengar.
"Aku lapar, mau keluar sebentar cari warung yang masih buka."
Darren tetap menaiki tangga tanpa berbicara.
Kanaya
Setengah berlari menaiki tangga dan langsung masuk kekamar. Ya dia akan mengambil jaket dan dompet pastinya. Begitu pintu terbuka ternyata Darren sudah ada disana. Udah kadung laper plus izin ya walaupun dia cuma diam dan sepertinya tak begitu jelas mendengarkan perkataanku, ya tapi baguslah. Gue segera mengambil jaket yang tadi sudah ku taruh di walk in closet.
Karena melihat Darren yang sedang fokus ke arah laptop dia langsung berniat ke luar kamar tanpa pamit lagi. Namun urung, niat hati setengah berlari setelah membuka pintu suara baritonnya langsung menghentikan ku. Dengan berat hati ku jawab cepat dan berharap bisa langsung pergi.
Syukurlah tidak marah, aman....
Gue bersiap dan melangkah lebar dengan cekatan hendak mengambil kunci motor yang terletak di atas meja, sayang seribu sayang tangan kekar itu menyerobot dan langsung mengambilnya.
"Ih pelit ah, pinjam bentar doang." Tak menghiraukan protes ku dia bersikap acuh dan tetap melangkah menaiki tangga. Padahal dengan setengah malu gue udah bilang...
Aku lapar, mau keluar sebentar cari warung yang masih buka.
Dengan hati dongkol gue membanting bokong gue di sofa. Berharap bisa tenang dengan posisi duduk. Kurang lebih sepuluh menitan Darren kembali ke ruang tengah dengan pakaian yang telah di ganti dan juga memakai jaket.
"Ayo berangkat, katanya laper....?" Titahnya tanpa merasa berdosa.
"Gue bisa pergi sendiri, sini kuncinya!"
"Jangan harap bisa kluyuran malam-malam disini."
"Eh, kluyuran....? siapa yang mau kluyu...."
"Udah cepat nggak usah banyak protes, aku punya recomended warung yang enak yang tak jauh dari sini."
Dengan berat hati gue pun ngalah dari pada mati kelaparan. Setelah menyusuri jalanan yang sepi kurang lebih sepuluh menitan motor Darren berhenti tepat di kedai pinggir jalan yang buka 24 jam.
Sampai nya di sana Darren langsung memesan dua porsi menu andalan disana. Dan benar saja makanannya enak tan perlu menunggu lama kami berdua langsung menghabiskannya dalam diam.
"Udah?"
Naya hanya mengangguk dan terlihat Darren menuju kasir untuk membayar.
"Mau langsung pulang? atau... masih pingin jalan?" Tawar Darren mencoba memecah keheningan.
"Pulang!"
Mendengar jawaban ketus dariku Darren langsung melajukan motornya ke arah rumah. Sesampainya di rumah, aku langsung masuk kamar, membersihkan diri di kamar mandi dan kembali keranjang untuk istirahat, karena hari sudah larut dan perut yang kenyang sangat memudahkanku untuk segera terlelap ke alam mimpi.
Darren
Tanpa berkata apapun mengacuhkan Naya yang hendak protes. Dibelakang punggungnya sempat menangkap kata lapar yang membuat aku tak tega karena sudah salah sangka. Dengan setengah berlari aku menuju kamar, mengganti pakaian terutama celana karena sebelumnya hanya memakai celana pendek dan kaos khas pakaian rumahan. Tak lupa menyambar jaket yang masih di sampirkan di kursi, kemudian melangkah keluar kamar menuju ruang tengah dimana Naya tadi aku tinggal.
Benar saja Naya masih duduk di sana, dengan mulut mengoceh panjang pendek dan raut muka sebal yang menurutku malah kelihatan menggemaskan.
Entahlah... mungkin otakku sudah sedikit konslet, sehingga melihat orang yang marah malah jadi gemes sendiri. Walaupun sebenarnya aku tahu dia masih berat hati tapi akhirnya dia mau ikut juga.
Enak saja mau pergi sendiri, emangnya nggak ngerti apa ya kalau aku khawatir.