Ardian Pramana seorang pria tampan yang arogan sombong yang hobinya balapan liar dan suka mempermainkan wanita hingga membuat kakeknya resah karena dia adalah cucu tunggalnya hingga ia ingin mencari jodoh untuk sang cucunya,
karena pringai sang cucu seperti itu maka ia meminta tolong sahabatnya yg kebetulan memiliki pondok pesantren An Nur dan berharap agar salah satu santriwati berkenan agar menjadi istri sang cucu.
Apakah ada dari mereka yang bersedia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ramanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jagoan Cengeng.
Ardiyan begitu bahagia betapa tidak, karena ia memiliki seorang istri yang memiliki kecantikan luar dalam dan itu memicu dirinya untuk berubah. Walaupun sedikit malu ia tetap ingin berusaha ingin belajar memperbaiki diri, pada Anisah, dan dengan penuh kesabaran Anisah mengajarkan Ardiyan hingga Adzan isya' dan mereka pun melaksanakan sholat isya walaupun masih sendiri-sendiri karena Ardiyan belum berani untuk menjadi imam untuk Anisah. dan setelah mereka menyelesaikan sholatnya masing-masing, Ardiyan yang masih di duduk di atas sejadahnya langsung menoleh ke istrinya.
"Anisah?" panggil Ardiyan dengan lembut.
"Iyaa Bang?" sahut Anisah dengan lembut juga.
"Maaf yaa"
"Maaf buat apa bang?" tanyanya bingung.
" Maaf..Karena belum bisa menjadi imam untuk mu," ucapnya dengan wajah menunduk.
"Dulu aku begitu bodoh, aku selalu berbuat maksiat tanpa rasa malu tapi malah bangga setiap aku melakukannya.. Aku terlalu banyak berbuat dosa, Nisah. Hiks..hiks.. Apakah Allah mau memaafkan aku yang di lumuri dosa ini Nisah?" tanya Ardiyan penuh penyesalan tanpa dia sadari air mata yang sudah membasahi pipinya,
"Bang.. Allah itu maha pengampun. Dia akan selalu mengampuni dosa setiap hamba-Nya yang sungguh-sungguh bertaubat kepada-Nya." balas Anisah penuh kelembutan.
"Allah punya beribu-ribu jalan keluar dari satu masalah. Namun kadang Dia memberi sedikit berliku-liku agar semakin indah perjuangan kita Bang" jelas Anisah yang masih dengan kelembutan, serta wajah yang selalu terhias senyumannya, membuat hati Ardiyan menghangat.
"Sungguh Allah tidak melihat dari bentuk tubuh dan rupa kalian,Tapi amal dan hati kalian."
[HR.MUSLIM]"
"Bang Diyan? Manusia tidak memiliki tombol *Delete* Untuk menghapus kenangan yang lampau.Tetapi kita memiliki tombol *Edit* Untuk merubah kehidupan menjadi lebih baik, bang." jelas Anisah lagi masih dengan kelembutan.
Setelah mendengar perkataan Anisah, Ardiyan pun langsung memeluknya. Tangisnya langsung pecah, ia begitu menyesal atas perbuatannya di masa lalu yang begitu suram, menurutnya. Melihat suaminya yang begitu sedih, Anisah pun membalas pelukan Ardiyan ia mengusap punggung dan rambutnya dengan penuh kasih sayang.
"Terimakasih Anisah" ucapnya lirih.
Anisah hanya mengangguk dan tersenyum sambil mengusap air mata yang ada di pipi suaminya.
"Cup..cup...cup..Jagoan Nisah jangan nangis lagi dong.. nanti gantengnya hilang loh," goda Anisah, ia menoel pucuk hidung mancungnya Ardiyan. Membuat Ardiyan sedikit kaget karena istrinya sudah mulai berani menggodanya.
"Ay, kamu sudah mulai berani yaa" Balesnya sambil mencubit kedua pipi Anisah geram.
"Habis Jagoan Nisah cengeng sih." kata Anisah
"Jagoan Cengeng?.. hmmm kamu yaa" Ardiyan semakin geram ia langsung menciumi pipi Anisah gemas dan di akhiri dengan kecupan di keningnya.
"Eh maaf Anisah aku mencium mu tanpa izin"
"Nggak papa bang.. Nisahkan istri Abang.. jadi Nisah dah halal buat Abang, dan Nisah milik Abang sepenuhnya" balasnya dengan senyuman manisnya
" Terimakasih Anisah...Ya sudah ayo kita makan" Ucapnya sambil kembali mengecup kening Anisah. Ia begitu senang karena dia sudah berhasil mencium pipi dan kening Anisah,
"Terimakasih ya Allah.. Engkau telah memberi ku bidadari cantik-Mu pada ku"_batin Ardiyan sambil merangkul pundak istrinya.
Mereka pun berjalan menuju ruang makan
Di sana sudah ada Bi Asih yang sedang menyusun hidangan makan malam untuk mereka.
"Silakan tuan.. silahkan neng" ucap bi Asih.
"Terimakasih Bi Asih" balas Anisah.
"Bi jangan panggil aku tuan ya panggil nama ku saja ya Bi " ucap Ardiyan.
"Eh..tapi saya nggak berani tuan nggk sopan mah itu" bales Bu Asih.
"Nggak ada tapi-tapian, dan saya tidak suka di bantah"ucap Ardiyan tegas.
"Ya sudah bibi panggil den Diyan ya" Balesnya dan di anggukkan Ardiyan.
Anisah pun mengambilkan makanan kedalam piring lalu ia berikan pada Ardiyan setelah itu ia pun mengambil makanan untuk dirinya setelah berdoa bersama mereka pun makan dengan penuh hidmat tanpa suara hanya denting sendok yang terdengar.
Bersambung.
**********"*
Jangan lupa tinggalkan jejak yaa biar semakin semangat akunya😋
dan terimakasih yang sudah memberi semangat untuk ane🙏😊