NovelToon NovelToon
MANTAN TENTARA BAYARAN: IDENTITAS ASLINYA SEORANG MILIARDER

MANTAN TENTARA BAYARAN: IDENTITAS ASLINYA SEORANG MILIARDER

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Mata-mata/Agen / Trauma masa lalu / Action / Romantis / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: BRAXX

Mereka memanggilnya Reaper.

Sebuah nama yang dibisikkan dengan rasa takut di zona perang, pasar gelap, dan lingkaran dunia bawah.

Bagi dunia, dia adalah sosok bayangan—tentara bayaran tanpa wajah yang tidak meninggalkan jejak selain mayat di belakangnya.

Bagi musuh-musuhnya, dia adalah vonis mati.

Bagi saudara seperjuangannya di The Veil, dia adalah keluarga.

Namun bagi dirinya sendiri... dia hanyalah pria yang dihantui masa lalu, mencari kenangan yang dicuri oleh suara tembakan dan asap.

Setelah misi sempurna jauh di Provinsi Timur, Reaper kembali ke markas rahasia di tengah hutan yang telah ia sebut rumah selama enam belas tahun. Namun kemenangan itu tak berlangsung lama. Ayah angkatnya, sang komandan, memberikan perintah yang tak terduga:

“Itu adalah misi terakhirmu.”

Kini, Reaper—nama aslinya James Brooks—harus melangkah keluar dari bayang-bayang perang menuju dunia yang tak pernah ia kenal. Dipandu hanya oleh surat yang telah lusuh, sepotong ingatan yang memudar, dan sua

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

UNDANGAN DARI REMINGTON

Mobil itu melaju setelah mengantar Jenny dan Grace ke apartemen mereka, di mana keduanya mengucapkan selamat malam dengan mata mengantuk, James berbelok menuju kawasan rumah Alicia.

Ketika mereka mendekati jalan yang lebih sepi di dekat rumahnya, Alicia mencondongkan tubuh ke depan dan menunjuk. "Berhenti di sini... aku jalan kaki dari sini."

James memperlambat kendaraan. "Kau mau pulang bagaimana?" tanyanya sambil mengangkat alis.

Alicia menampilkan senyum nakal. "Aku akan lompat pagar lagi."

James tak bisa menahan tawa kecil. "Tidak tahu takut."

Alicia turun dan melambaikan tangan kecil. "Selamat malam, James."

James menatapnya sampai ia mencapai dinding belakang rumahnya, melompati pagar dengan mudah, dan menghilang.

Lalu, dengan helaan napas pelan, James memutar kemudi dan pulang.

Rumah itu sunyi ketika ia tiba. Semua orang sudah tidur. James melangkah masuk melalui pintu depan, melepaskan perlengkapannya, lalu langsung menuju kamarnya.

~ ~ ~

Cahaya pagi masuk melalui tirai yang setengah terbuka.

BANG!

Pintu kamar terbuka, dan sepasang kaki kecil berlari masuk.

"Kakaaak!" suara Chloe menggema. "Bangun, bangun!"

Felix melompat ke tepi ranjang. "Ini hampir waktu sarapan! Mama sudah membuat pancake!"

James mengerang kecil, matanya menyipit melihat jam digital.

8:23 AM.

Ia duduk perlahan, mengusap rambutnya. "Tidak ada waktu lari pagi hari ini," gumamnya, lalu berdiri sambil meregangkan badan.

Dengan si kembar yang masih berlari-lari kecil dengan semangat, ia berjalan menuju kamar mandi, diiringi tawa mereka di sepanjang koridor.

Hari baru pun dimulai.

Pagi – Kediaman Alicia, Ruang Makan

Cahaya matahari mengalir melalui jendela tinggi ketika Alicia mengaduk serealnya. Di seberangnya, ayahnya—Alexander Remington—duduk dengan ekspresi tegas sambil membaca koran. Tapi fokus matanya bukan pada berita, melainkan pada dirinya.

Kemudian, dengan nada tenang namun tegas:

"Kau di mana semalam?" tanya Alexander tanpa mengangkat kepala.

Tangan Alicia terhenti di tengah gerakan. "Umm... aku tidur, Ayah."

Alexander melipat koran dengan gerakan lambat dan meletakkannya. Pandangannya terkunci pada Alicia dan kembali berkata. "Kapan kau belajar berbohong seperti ini? Aku tahu kau tidak ada di kamarmu. Aku sudah memeriksanya, aku tahu kau melompati pagar belakang. Lagi. Dan aku tahu Aethel Club hancur terbakar semalam."

Bahunya menegang lalu tatapannya jatuh. "...Maaf."

Suara Alexander mengeras, dingin. "Kau tahu betapa berbahayanya itu? Bagaimana kalau ada sesuatu terjadi padamu? Bagaimana kalau semuanya berjalan buruk?"

Dia mencondongkan tubuhnya ke depan.

"Pertanyaan yang lebih penting—siapa yang mengantarmu pulang semalam? Siapa yang mengemudikan mobil itu?"

Alicia ragu-ragu. "Kau tahu?"

Alexander menyipitkan mata. "Kamera keamanan menangkap plat nomornya ketika mengantarmu di dekat pagar. Aku memeriksa plat nomornya yang ternyata bernomor 77777."

"Kau tahu apa arti nomor itu?" Tanya Alexander.

Alicia berkedip dengan bingung. "Itu... Hanya angka? Kan?"

Nada Alexander berubah berat. "Hanya satu kelompok yang memakai nomor itu. Nomor yang ditakuti di dunia bawah. Mereka menyebut diri mereka The Veil. Kumpulan pembunuh, tentara bayaran, Reaper. Lambang mereka adalah Grim Reaper... dan ciri khas mereka adalah keheningan."

Sendok Alicia jatuh ke mangkuk. Napasnya tercekat.

"The Veil... pembunuh... Grim Reapers..." bisiknya, mengingat kilasan semalam—perlengkapan taktis, komunikasi sunyi, kobaran api, gerakan yang terukur.

Suara Alexander membawanya kembali. "Sekarang jawab yang sebenarnya. Siapa yang ada di mobil itu bersamamu?"

Hening sejenak, lalu Alicia menatap sarapan yang belum habis, dia tidak bisa berbohong lagi. "...Ayah. Itu adalah James."

Kepala Alexander menoleh dengan bingung. "James...?"

Alisnya menegang. Hening beberapa detik. Suaranya kembali "Tunggu... kau tidak sedang berbicara tentang James Brooks, kan?"

Alicia ragu-ragu lalu mengangguk. "Ya, Ayah. James Brooks."

Garpu terjatuh dari tangan Alexander, berbunyi keras menghantam piring. Wajahnya berubah total, terkejut. "...James Brooks..."

"Ia diculik saat umur enam tahun... setelah ayahnya—Simon Brooks, temanku—meninggal dalam kecelakaan itu..." Dia menatap kosong sejenak, seakan melihat bayangan masa lalu.

Alicia menyentuh pergelangan tangannya lembut. "Ayah? Apakah kau baik-baik saja?"

Alexander menelan nafas, "Aku... aku pikir dia sudah mati."

Lalu tatapannya kembali fokus, penuh pertanyaan. "Ceritakan semuanya. Bagaimana kau bisa bertemu dengannya?"

Alicia mengangguk dan mulai menjelaskan. Dia mulai menceritakan hari pertama di Crescent Bay Square, pertemuan mereka, permintaannya untuk menjadi pengawal pribadi.

Namun dia tidak menyebut Jasper Global, tidak menyebut perlengkapan taktis, atau tentang kekayaan James. Ia hanya menceritakan secukupnya saja.

Lalu, dengan mata tertunduk, dia menceritakan tentang kejadian semalam di klub, bagaimana James serta timnya telah menyelamatkan mereka semua.

Alexander mengepalkan tinjunya. Wajahnya menggelap. “Bagaimana beraninya mereka... menyeretmu ke dalam hal seperti itu...”

Alicia meraih meja ke arahnya. “Tidak apa-apa, Ayah. James... menangani semuanya. Dia melindungi kami. Mereka hanya membakar Aethel Club.”

Suara Alexander merendah namun juga terguncang. “Dan kau menjadikannya pengawalmu? Alicia... dia bukan orang asing. Dia seperti keluarga bagi kita. Simon akan mempercayakan putranya padaku, dan aku bahkan tidak tahu dia masih hidup...”

Alicia menunduk. “Aku juga tidak tahu... Tidak pada awalnya.”

Alexander berdiri perlahan, berjalan ke jendela, memandang ke taman. Suaranya kini lebih pelan. “Ajak dia kemari. Setelah kelas selesai. Tidak ada tekanan—tapi jika dia benar-benar anak Simon... maka aku perlu menemui dia.”

Alicia mengangguk. “Aku akan mengajaknya, Ayah.”

Alexander berbalik dan menatapnya lama—mata itu menyimpan kebanggaan, dan kesedihan.

“Sarapan sudah selesai. Pergi ke kelas. Kita bicarakan nanti.”

Alicia mengambil tasnya dan pergi, meninggalkan ayahnya.

Alicia berjalan cepat melewati gerbang kampus. Di sana berdirilah James, ia menoleh dan memberikan senyum tipis. “Selamat pagi. Apakah tidurmu nyenyak?”

Alicia membalas senyum itu, menyibakkan rambutnya ke belakang telinga. “Selamat pagi, James. Aku benar-benar tidur nyenyak... berkat kau.”

Mereka mulai berjalan bersama menuju gedung utama.

Alicia ragu sejenak, lalu berbicara. “Ada sesuatu yang ingin aku beritahukan padamu.”

James sedikit menaikkan alis, menatapnya dari samping. “Apa itu?”

Dia menatap lurus ke depan, mengumpulkan pikirannya. “Ayahku... memergokiku. Dia memeriksa kamera keamanan dan dia juga melihat plat nomor mobilmu.”

James tidak langsung merespons.

“Dia membuat keributan soal itu,” lanjutnya. “Dia mengatakan nomor itu—77777—milik sebuah kelompok bawah tanah. Dia terlihat sangat... serius.”

Dia melirik James. “Dan semakin dia bicara... semakin kedengarannya seperti kau. James, apakah kau... salah satu dari mereka?”

James terdiam lama, lalu dia akhirnya berbicara jujur.

“Ayahmu tidak salah. The Veil... mereka keluargaku.”

Mata Alicia sedikit melebar, tapi dia tidak bicara.

James melanjutkan, “Tapi kami tidak bekerja hanya demi uang. Apa yang kami lakukan... Adalah demi keadilan. Demi keseimbangan. Hal-hal yang tidak bisa disentuh pemerintah secara resmi. Kami tidak ada dalam catatan—tapi orang-orang berbisik tentang kami.”

Alicia menelan ludah. Potongan-potongan kejadian mulai jatuh ke tempatnya. “Dia... dia tahu sesuatu. Saat dia mendengar namamu... dia langsung terdiam. Lalu dia memintaku membawamu ke rumah setelah kuliah selesai.”

Dia menatap James, “Maaf, James, aku harus memberitahunya, dia mengetahui kalau kau masih hidup.”

James mengangguk kecil, “Ayahmu... aku tidak benar-benar mengingat dia, tapi aku ingin bertemu dengannya. Dan... mungkin menanyakan tentang ayahku.”

Alicia tersenyum lega. “Aku akan memberitahunya. Dia pasti akan sangat senang.”

James membalas dengan senyuman, “Katakan padanya aku akan datang sore nanti.”

Mereka sampai di tangga gedung. Cahaya pagi menyinari kampus. Para mahasiswa berlalu-lalang.

James mengisyaratkan ke arah pintu. “Ayo. Kita masuk kelas.”

Alicia mengangguk, kembali berjalan di sampingnya.

Di Suatu Tempat di Pedesaan...

Di dalam sebuah ruang kerja terpencil yang remang, dipenuhi buku kuno, peta, dan lukisan minyak, seorang pria tua duduk di kursi kulit.

Dia memegang ponsel di telinganya suaranya terdengar tajam. “Ulangi.”

Suara gugup terdengar dari seberang. “Aethel Club dibakar habis tadi malam, Tuan.”

Buku-buku jari pria tua itu memutih saat dia menggenggam ponsel lebih kencang. “Apa? Siapa yang melakukannya? Bagaimana?”

“Kami belum tahu... Dan menghilang. Benar-benar lenyap. Loker aman ditemukan—tapi kosong. Vial-vial itu hilang.”

“Siapa pun yang melakukan ini... dia tahu persis apa yang dicari. Ini bukan tindakan acak.”

“Apa yang sebenarnya terjadi di Crescent Bay...?”

Dia berdiri pelan, suaranya turun menjadi bisikan, “Kirim tim untuk menganalisis tempat kejadian, aku ingin jawaban. Nama. Wajah. Aku ingin tahu siapa yang berani menyentuh apa yang menjadi milikku.”

“Y-ya Tuan. Segera.”

Panggilan berakhir, dia berdiri di depan jendela, menatap ke hamparan tanah berkabut.

“Jangan mengecewakanku lagi...” gumamnya. “Atau kau akan bergabung dengan yang terlupakan.”

1
Zandri Saekoko
author
kapan lanjutan sistem kekayaan itu author tiap hari saya liht tapi blm ada lanjutan
Rocky
Ternyata ini misi terakhir secara tersirat yang dimaksudkan Sang Komandan..
Zandri Saekoko
mantap author
lanjutkan
Zandri Saekoko
mantap author
king polo
up
king polo
update Thor
king polo
up
king polo
update
july
up
july
update
Afifah Ghaliyati
up
Afifah Ghaliyati
lanjutt thorr semakin penasaran nihh
eva
lanjut thor
eva
up
2IB02_Octavianus wisang widagdo
upp lagi broo💪
Zandri Saekoko
lanjut thor
Wulan Sari
lanjut Thor semangat 💪👍❤️🙂🙏
Coffemilk
up
Coffemilk
seruu
sarjanahukum
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!