NovelToon NovelToon
Return

Return

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:784
Nilai: 5
Nama Author: AiMila

Radella Hafsah dan Delan Pratama memutuskan mengakhiri pernikahan mereka tepat pada satu tahun pernikahan mereka. Pernikahan dari perjodohan kedua orangtua mereka yang tidak bisa ditolak, tapi saat dijalani tidak ada kecocokan sama sekali pada mereka berdua. Alasan yang lain adalah, karena mereka juga memiliki kekasih hati masing-masing.
Namun, saat berpisah keduanya seakan saling mencari kembali seakan mulai terbiasa dengan kehadiran masing-masing. Lantas, bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah terus berjalan berbeda arah atau malah saling berjalan mendekat dan akhirnya kembali bersama lagi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AiMila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gagal Mengalihkan

"Bunda!" seru Radella. Wajahnya terlihat cerah dengan senyuman manis yang menghiasi bibirnya.

Bukan hanya sang bunda yang menoleh, tapi adik dan ayahnya juga yang sedang duduk bersama. Dahi mereka kompak mengernyit melihat Radella yang datang dengan aura bahagia. Selama kepulangannya dari rumah Delan, putri sulung di rumah itu lebih sering terlihat muram dan linglung.

"Kelihatan senang banget. Ada apa, Kak?" celutuk Rasyafa, meski begitu bibirnya juga ikut tersenyum senang.

Radella ikut bergabung, duduk di samping sang adik yang masih kosong. Matanya menatap dengan ceria keluarganya yang memandang penuh penasaran. Saat mereka menatap lebih dekat dan lekat seperti ini, mereka baru menyadari kalau Radella terlihat lebih kurus.

"Bunda, besok Radella mau hang out sama teman Radella. Mumpung mereka libur!" seru Radella. Hal yang membuat perempuan itu merasa bahagia, hingga bisa tersenyum cerah seperti ini.

Orangtua Radella saling menoleh, lalu sang ayah mengangguk kepada istrinya. Mereka tidak akan melarang Radella, melihat rasa bahagia sulung mereka juga menarik rasa bahagia mereka. Terlebih lagi, mereka tahu perpisahan dengan Delan membuat Radella terpukul meski Radella tidak mengatakan secara langsung.

"Sama Cindy dan Lana?" Radella mengangguk cepat, dua teman baiknya yang sudah lama tidak bertemu karena kesibukan masing-masing.

Dua teman sejak sekolah menengah pertama hingga perkuliahan, mereka masuk di universitas yang sama meski berbeda jurusan satu dengan yang lain. Setelah wisuda, mereka jarang bertemu dan terakhir saat pernikahannya. Hanya mereka yang tahu kalau dirinya sudah menikah bersama Delan, tapi mereka juga tidak tahu kalau dirinya masih menjalin hubungan dengan Reno.

Pertemuan terkahir mereka hingga satu tahun ini, karena keduanya langsung bekerja di kota yang berbeda. Barusan mereka menghubungi berada di kota kelahiran mereka karena liburan, tanpa menyia-nyiakan kesempatan, mereka langsung mengadakan pertemuan besok. Tentu Radella sangat senang, dia merindukan dua teman baiknya, sejak di bangku sekolah mereka tidak terpisahkan.

"Mau pergi ke mana, Kak?" tanya Rasyafa.

"Rencananya mau ke Puncak, menginap dua harian. Boleh, kan, Bun?" Mata Radella menampilkan tatapan penuh harap yang malah membuat bunda dan ayahnya terkekeh, tapi tidak dengan adiknya yang berekspresi seolah tengah jijik kepada kakaknya.

"Jaga diri baik-baik!" Radella bersorak, setelah mengucapkan terimakasih, perempuan itu berbalik ke kamarnya untuk menyiapkan keperluan.

"Tidak sabar besok," gumamnya sambil merebahkan diri setelah mengemas apa saja yang akan dia bawa.

***

Pagi yang ditunggu dengan tidak sabaran, sekarang waktu masih menunjukkan pukul lima pagi, tapi Radella sudah selesai mandi. Tubuhnya sedikit menggigil karena air dingin ditambah suasana pagi hari. Setelah menyelesaikan mandinya, dia masih termenung untuk menetralkan rasa dingin dengan kembali di bawah selimut.

Dia tidak tidur lagi, dia hanya berniat menghangatkan diri sebentar dari rasa dingin. Sekitar lima menit, perempuan itu beranjak dan mulai merapikan tempat tidurnya. Setelahnya, dia duduk di atas kasur sambil memandangi tas ransel besar yang membuatnya tersenyum.

Ponselnya berdering singkat, notif pesan dari grup dengan nada berbeda yang sudah diatur oleh pemiliknya. Tangannya terulur mengambil untuk membuka pesan, bibirnya tersenyum senang setelah membacanya. Kedua temannya sudah mengabarkan akan bersiap.

Mereka memang merencanakan berangkat pagi, setidaknya jam enam sudah berjalan. Rencana sarapan di jalanan dengan menikmati suasana pagi. Menggunakan mobil salah satu temannya, Radella yang menjadi orang terakhir yang dijemput. Dan sekarang, dirinya pun sudah bersiap dengan jaket tebal melekat di tubuhnya.

Sekali lagi, dia mematut diri di depan cermin memastikan tampilannya. Celana kain, dipadukan dengan baju lengan panjang dan dilapisi jaket untuk menghalau rasa dingin, setidaknya sampai matahari terbit nanti. Sebelum menyudahi, bibirnya mengulas senyum lagi untuk menyambut hari ini.

"Ini akan menjadi hari yang indah," gumamnya dengan penuh harapan.

"Kak, sudah ada teman kak Della di bawah!" Teriakan di depan pintu kamar disertai ketukan singkat, membuat Radella bergegas. Mengambil tas ransel dan tas kecilnya, lalu melangkah keluar dan melihat adiknya yang langsung turun.

"Cindy, Lana! Kangen banget sama kalian!" teriak Radella begitu sampai di ruang tamu.

Kedua temannya juga tidak kalah heboh, mereka saling mendekat untuk berpelukan satu sama lain. Pemandangan khas ala remaja perempuan yang sudah lama tidak saling bertemu. Saling menanyakan keadaan dengan nada ramai, seolah telinga mereka tidak mendengar kalau tidak berteriak.

Di pembatas ruangan, sang ayah dan bundanya yang melihat hanya menggelengkan kepala. Sedangkan, Rasyafa yang masih di ruang tengah berdecak malas, kakaknya sedari dulu memang sangat ekspresif. Namun, untuk kali ini dia ikut senang, setidaknya kehadiran dua teman kakaknya bisa mengalihkan rasa sedih Radella.

"Ayah, Bunda. Kita pergi dulu, ya!" pamit Radella yang diikuti dua temannya.

"Hati-hati, Kalian! Cindy, Lana, Bunda nitip jagian Radella ya," pinta bunda Suci yang membuat Radella mengembungkan pipi kesal.

"Bunda, Radella sudah besar," sahutnya membuat wanita yang melahirkan itu hanya tersenyum kecil.

"Siap, Bun. Radella aman sama kita," balas Cindy sambil tertawa. Kedua temannya juga sangat akrab dengan keluarga Radella.

Setelah berpamitan dengan keluarga Radella, mereka segera bergegas menuju mobil Cindy. Cindy bersama Lana duduk di depan, sedangkan Radella nyaman di belakang sendiri. Tanpa menunggu lama, Cindy segera melajukan mobilnya meninggalkan rumah Radella menuju tempat tujuan.

"Sebenarnya aku ada pertanyaan," celutuk Lana menarik perhatian dua perempuan lainnya.

"Apaan?" sahut Cindy melirik sekilas ke sampingnya.

Lana berdehem singkat, kepalanya menoleh ke belakang menghadap sepenuhnya ke arah Radella yang juga ikut menunggu dengan sedikit menyondongkan tubuhnya. Saat Lana menghadap ke arahnya, dia terkejut dan sedikit memundurkan tubuhnya. Mendadak saja, dia merasa tidak baik melihat wajah serius Lana.

"Ke... kenapa lihatin aku seperti itu?" tanya Radella sedikit tergagap.

"Kok, Kamu ada di rumah orangtua Kamu?" Tanpa basa-basi, Lana berujar begitu saja.

Cindy yang tengah fokus mengemudi, memelankan laju mobilnya dengan mengambil sisi tepi untuk mengikuti topiknya. Sejujurnya, dia juga sempat kepikiran saat Radella meminta dijemput di rumah orangtuanya. Padahal, mereka tahu alamat rumah Delan karena pernah ke sana sekali setelah Radella menikah dan mereka pamit untuk bekerja di luar kota.

Mereka juga tahu cerita Radella yang dijodohkan dengan Delan padahal temannya sudah memiliki kekasih. Namun, mereka melupakan kalau Radella tidak pernah bercerita putus dengan kekasihnya. Radella hanya meminta keduanya menyembunyikan pernikahannya bersama Delan dengan alasan dia belum sepenuhnya menerima tapi juga tidak bisa menolak.

Selama mereka berjauhan pun, mereka jarang sekali membuka cerita pribadi, terutama Radella. Mereka mengirim pesan di grup membahas hal random secara singkat untuk mengawetkan hubungan mereka. Selebihnya, tidak ada obrolan serius secara pribadi di antara mereka.

"Aku juga semalam kaget waktu baca pesan Kamu yang meminta dijemput di rumah orangtua Kamu," sahut Cindy menyetujui ucapan Lana.

"Aku juga kaget semalam, tapi mikir mungkin kalian menginap di rumah Kamu. Tapi, saat berangkat tadi, malah tidak melihat Delan di sana," timpal Lana.

Radella tersentak, kedua temannya masih memperhatikan dan memperdulikan dirinya. Tidak menduga kalau mereka akan menanyakan hal ini, hal yang dia hindari. Tujuannya merencanakan liburan ini untuk mengalihkan sedikit pikiran dari Delan, tapi belum satu jam, dua temannya malah menanyakannya.

"Kalian masih baik-baik saja, kan?" tekan Lana. Mengingat kembali Radella yang mengatakan tidak menyukai pria itu, hingga meminta mereka merahasiakan pernikahannya.

"Kita sudah berpisah," lirih Radella. Suasana hatinya langsung menurun, ternyata dia masih merasakan sakit saat membahas hubungannya dengan Delan.

1
Aini Nurcynkdzaclluew
Aduh, thor bikin jantungku berdetak kencang
AiMila: Tarik napas pelan-pelan, Kak🙏
total 1 replies
Graziela Lima
Aku bisa tunggu thor, tapi tolong update secepatnya.
AiMila: Diusahakan Kak, terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!