NovelToon NovelToon
Return

Return

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: AiMila

Radella Hafsah dan Delan Pratama memutuskan mengakhiri pernikahan mereka tepat pada satu tahun pernikahan mereka. Pernikahan dari perjodohan kedua orangtua mereka yang tidak bisa ditolak, tapi saat dijalani tidak ada kecocokan sama sekali pada mereka berdua. Alasan yang lain adalah, karena mereka juga memiliki kekasih hati masing-masing.
Namun, saat berpisah keduanya seakan saling mencari kembali seakan mulai terbiasa dengan kehadiran masing-masing. Lantas, bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah terus berjalan berbeda arah atau malah saling berjalan mendekat dan akhirnya kembali bersama lagi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AiMila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pesan Sakit

"Kak, siapa pria tadi? Pria yang bersama kak Della di pasar malam?" Radella menegang, matanya melebar sebagai respon keterkejutannya yang tidak bisa disembunyikan.

"Apa itu pria yang sama setahun lalu, yang pernah mengantarkan Kakak di gang depan?" sambung Rasyafa menatap lekat Radella yang sudah mengalihkan pandangan.

Perempuan itu semakin terkejut, adiknya tahu, adiknya tahu Reno. Dia merasa panik, padahal dia sudah berusaha menyembunyikannya sampai nanti waktu yang tepat untuk menyampaikan kepada keluarganya. Namun, ini baru sepuluh hari dari perceraian, tapi sudah ketahuan.

Memang bukan hal yang baik, di saat baru saja berpisah dari suami dan sudah menjalin hubungan dengan pria lain. Anggapan orang-orang yang tahu, atau memiliki prinsip sendiri akan negatif. Hanya saja, cerita mereka berbeda dari kasus orang-orang. Dikatakan selingkuh, tapi mereka saling tahu di antara suami istri bahkan menyepakati.

Kepala Radella semakin pusing, cerita rumit dan tidak masuk akal dalam hubungan percintaannya. Kekacauan mulai terjadi, tidak seperti bayangan awal saat mereka menyepakati perjanjian. Dirinya pikir semuanya akan berjalan lancar, dan berakhir bahagia dengan Reno juga Delan yang bahagia bersama Tantri.

Lupakan Delan, pria itu jelas bahagia bersama Tantri. Perpisahan mereka tidak berefek apapun pada hidup dan hubungan Delan. Tidak seperti dirinya yang malah kelimpungan karena perasaannya yang kacau. Setidaknya itulah yang ada di pikiran Radella saat ini, sama seperti Delan tapi mereka tidak membicarakan satu sama lain.

"Apa ini alasan kak Della dan bang Delan bercerai? Karena kak Della berselingkuh dari bang Delan?"

Mata Radella terbelalak, menoleh dengan cepat sambil menggeleng. Tuduhan yang membuatnya tersinggung, tentu menurutnya itu bukan termasuk selingkuh. Malahan, Delan bisa jadi yang menjadi selingkuhannya, tapi posisi Delan lebih jelas dan terakui. Entahlah, Radella juga pusing kalau harus menjelaskan bagaimana rumitnya hubungan mereka.

"Tidak, dia hanya temanku saja!" bantah Radella.

Alasan klasik yang hanya bisa dia pikirkan, karena untuk membantah dan menjelaskan secara detail pun, sama saja membongkar perjanjian konyolnya bersama Delan. Bukan tidak mungkin kalau adiknya akan mengadu ke orangtunya. Kalau dirinya jujur, kedua keluarga jelas akan semakin kecewa kepada dirinya dan Delan.

"Aku bukan anak kecil ya, Kak. Jelas tahu bagaimana hubungan pertemanan dan lebih dari itu!" sanggah Rasyafa tanpa menurunkan atensinya.

"Kalau sampai bunda dan ayah tahu perihal ini, aku tidak tahu bagaimana kecewanya mereka kepada kakak. Dan malunya mereka kepada orangtua bang Delan!"

Setelah berucap demikian, Rasyafa kembali berbaring membelakangi Radella yang masih termenung. Gadis yang lebih muda itu menutup dirinya dengan selimut sampai sebatas leher. Kemudian, gulingnya dia peluk sampai menutupi kepala dan telinganya. Seolah tidak ingin lagi mendengar pembelaan dari Radella sebagai jawabannya.

Radella hanya menggeleng, kalau seperti ini, seakan dirinya yang bersalah. Padahal, keduanya berpisah sesuai kesepakatan, dan alasan masing-masing. Dia menatap nanar punggung adiknya yang membelakangi dirinya. Rasyafa jarang sekali bersikap demikian, dan ini artinya adiknya begitu kecewa tapi adiknya juga salah paham dengan apa yang dia lihat dan pikirkan.

"Kakak mohon, jangan bilang sama ayah bunda. Kamu salah paham tentang ini," pinta Radella dengan nada sendu.

Hening, tidak ada balasan tapi Radella tahu adiknya masih mendengar. Dia berharap, adiknya mau menuruti keinginannya. Bukan bermaksud dia berbohong kepada keluarganya, tapi sekali lagi untuk menjelaskan rasanya begitu sulit karena terlalu rumit untuk diterima orang-orang normal.

Radella ikut merebahkan tubuhnya, saling membelakangi dan mencoba langsung tidur. Tidak ingin kepikiran dan dirinya malah susah untuk memejamkan mata, tahu kalau tubuhnya tidak kuat jika dipaksa tidur terlalu larut. Biarlah malam ini, dia mengabaikan semuanya dan peduli kepada dirinya sendiri.

***

Pagi menyapa, tidak terasa waktu malam berlalu dengan cepat dan matahari mulai malu-malu menampakkan dirinya. Radella juga ikut membuka mata, terasa berat dan sedikit sakit. Dia semalam menangis, menangis dalam sunyi dan berakhir matanya membengkak seperti sekarang.

Posisi tidurnya tetap sama, tidak seperti biasanya yang bangun dengan posisi berbeda. Dia beranjak untuk duduk dan bersandar di punggung ranjang, kepalanya menoleh ke samping dengan tatapan nanar. Di mana, bekas tidur adiknya yang sudah lebih dulu bangun.

"Kalau Rasyafa cerita ke ayah dan bunda, apa yang harus aku jelaskan nantinya," lirih Radella.

Nyatanya, dari semalam pun dia tidak bisa mengabaikan begitu saja. Ketakutan dan rasa cemas hingga berakhir dirinya menangis dalam sunyi lalu terbawa tidur dengan sendirinya. Untuk mengenalkan Reno pada keluarganya, dia rasa belum waktunya karena masih terlalu dekat dari waktu perpisahan dirinya.

"Kenapa jadi rumit gini!" teriaknya frustasi.

Radella memilih beranjak, berdiri di depan cermin dan menyadari wajahnya yang berantakan juga matanya yang membengkak. Menertawakan penampilannya dengan miris sebelum lanjut ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Radella menghabiskan waktu setengah jam lebih sampai dirinya keluar dari kamar mandi.

Dia hari ini ada janji dengan tantenya, setelah berhari-hari belajar dasar tentang cara membuat baju, dia akan praktek hari ini. Praktek menjahit baju dengan sketsa miliknya sendiri yang telah dia buat selama ini. Dia kemarin sudah antusias untuk hari ini, tapi malah sejak membuka matanya, perasannya kacau balau.

Bukan hanya mata dan perasaannya yang bermasalah, tapi kepalanya juga terus berdenyut terlebih setelah mandi barusan. Dia mengusap wajahnya dengan kasar, dan dahinya terasa sedikit hangat. Sudah dia duga semalam, saat bangun akan terasa tidak baik-baik saja pada tubuhnya.

"Apa aku batalkan saja janji dengan tante," gumamnya sambil memijat kepalanya.

"Kenapa aku selemah ini," keluhnya menyadari tubuhnya yang tidak bisa diajak tidur sedikit lebih larut. Semalam karena beban pikiran, dia sulit untuk tidur dan terlelap dalam tangis.

Tanpa diinginkan, ingatannya malah berputar beberapa waktu yang lalu, saat dia sakit dan Delan datang membawakan bubur favorit mereka. Meski setelahnya dia kembali kesal karena tujuan Delan untuk mengakhiri hubungan mereka lebih cepat. Sekarang, pikirannya malah bertanya, akankah Delan tetap datang saat tahu dirinya sakit setelah mereka resmi berpisah.

"Jangan konyol, Radella. Delan sudah bahagia dengan Tantri!" sanggahnya menjawab pertanyaan yang ada di kepalanya.

"Ya Tuhan, kenapa ini jadi rumit dan menyakitkan. Ini tidak seperti yang kita rencanakan, Tuhan!" Radella berteriak, dan itu malah semakin membuat denyut kepalanya semakin kencang.

Radella meringis, memegangi kepalanya dan memutuskan untuk merebahkan diri berharap rasa nyerinya mereda. Tidak ingin memaksakan diri, karena perasaannya juga kacau, dia memutuskan untuk menghubungi tantenya. Meminta maaf karena membatalkan janji dengan alasan sakit kepala yang memang dia rasakan sekarang.

Tangan Radella mengetik dengan pandangan yang sedikit menyipit, sinar layar ponsel, matanya yang bengkak dan kepalanya yang sakit adalah perpaduan yang sempurna untuk semakin membuatnya frustasi. Setelah berhasil dia mengirimnya tanpa mengecek ulang, dia meletakkan ponselnya begitu saja. Matanya memejamkan guna menetralisir rasa sakitnya.

Sedangkan, di seberang orang yang menerima pesan Radella langsung merasa khawatir setelah membacanya. "Radella sakit?" gumamnya tanpa bisa mencegah perasaan cemasnya.

Satu menit kemudian, ponsel Radella berbunyi singkat. Radella pikir itu pesan balasan dari tantenya, dia tidak langsung membukanya. Pesan itu kembali berbunyi beberapa kali, yang artinya pesan masuk sesuai notif bunyi yang terdengar. Radella segera mengambil, takut tantenya malah mencemaskannya.

Padahal, dia sakit kepala biasa hanya butuh istirahat sebentar agar lebih baik. Namun, saat matanya membuka pesan tersebut, dia terbelalak melupakan rasa nyeri di kepala dan matanya. "Ya Tuhan, apa yang sudah aku kirimkan!" teriaknya dengan panik.

1
Aini Nurcynkdzaclluew
Aduh, thor bikin jantungku berdetak kencang
AiMila: Tarik napas pelan-pelan, Kak🙏
total 1 replies
Graziela Lima
Aku bisa tunggu thor, tapi tolong update secepatnya.
AiMila: Diusahakan Kak, terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!