Nayla Marissa berpikir jika pria yang dikenalnya tanpa sengaja adalah orang yang tulus. Pria itu memberikan perhatian dan kasih sayang yang luar biasa sehingga Nayla bersedia menerima ajakan menikah dari pria yang baru berkenalan dengannya beberapa hari.
Setelah mereka menikah, Nayla baru sadar jika dirinya telah dibohongi. Sikap lembut dan penuh kasih yang diberikan suaminya perlahan memudar. Nayla ternyata alat buat membalas dendam.
Mampukah Nayla bertahan dan menyadarkan suaminya jika ia tak harus dilibatkan dalam dendam pribadi suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Keesokan paginya, Kavi dan Dhea mendapatkan informasi bahwa Laura menghilang. Mereka tak dapat menemukan wanita itu, meskipun anak buah sudah disebarkan.
"Apa kalian sudah mencarinya di rumah saudara atau temannya?" tanya Dhea yang kesal Laura tak berhasil diringkus.
"Sudah, Nyonya." Jawab Rio.
"Di mana dia?" gumam Kavi.
"Apa dia kabur ke luar negeri?" tanya Dhea lagi.
"Kami juga sudah mencarinya di bandara, pelabuhan dan terminal. Tetapi, hasilnya tetap nihil," jawab Rio.
"Lusa kalian harus mencarinya lagi, aku yakin dia sedang bersembunyi atau ada orang lain yang sengaja menyembunyikannya," tebak Kavi.
"Buat apa mereka menyembunyikan Laura?" tanya Dhea kepada adiknya.
"Aku hanya menebak saja, lagian Laura memiliki banyak kenalan. Siapa tahu salah satu diantara mereka bersedia menyembunyikannya," jawab Kavi.
"Bisa jadi," Dhea tampak setuju dengan jawaban adiknya.
"Aku mau kalian menangkapnya, dia sudah melukai aku dan mencoba mencelakakan istriku," kata Kavi memberikan perintah.
"Kami akan terus mengejarnya, Tuan!" janji Rio kepada atasannya.
Sejam kemudian, Nayla datang bersama dengan Una. Wajah wanita itu terlihat khawatir, apalagi setelah mendengar kabar suaminya tertembak ia menjadi tak tenang.
"Kenapa kamu tidak memberitahu aku?" tanya Nayla yang kecewa suaminya tak mengabarkan dirinya saat kejadian.
"Aku tidak mau kamu kepikiran, apalagi kamu sedang mengandung," jawab Kavi beralasan.
"Justru, kamu tidak memberitahu aku jadinya kepikiran!" kata Nayla. Beberapa jam selepas Kavi pergi, perasaannya tak tenang. Ia merasa jika hal buruk terjadi pada suaminya dan benar saja Kavi mengalami musibah.
"Aku minta maaf!" ucap Kavi karena sudah membuat istrinya khawatir.
"Apa Laura sudah tertangkap?" tanya Nayla.
Kavi menggelengkan kepalanya.
"Apa sesusah itu menangkapnya?" tanya Nayla lagi.
"Dia menghilang. Kami tidak tahu keberadaannya," jawab Kavi.
"Dia benar-benar licik, buat mendapatkanmu dia sampai ingin mencelakakan aku dan juga melukaimu!" kata Nayla heran jika Laura begitu nekat.
Kavi tak berkata apa-apa lagi.
-
Tiga jam kemudian Nayla pamit pulang, Kavi gantian dijaga Rio. Nayla diantar sopir dan juga ditemani Dita.
Beberapa menit kemudian, Rio mendapatkan telepon salah satu anak buahnya bahwa salah satu mobil milik Kavi dihentikan secara paksa di jalan dan dirusak orang tak dikenal.
"Apa Nayla di dalam mobil itu?" Kavi tampak khawatir dengan kondisi istrinya.
"Tidak, Tuan. Nona menggunakan mobil milik ayahnya. Mobil yang diserang di dalamnya ada Una, seorang pengawal dan sopir," jelas Rio setelah menerima telepon dari Una.
"Apa mereka baik-baik saja?" tanya Kavi.
"Mereka mengalami luka-luka dan dilarikan ke rumah sakit terdekat," jawab Rio.
"Siapa mereka? Kenapa mereka menyerang kita?" Kavi yang sedang berbaring mengepalkan tangannya menahan geram.
"Saya yakin ini masih ada hubungannya dengan Nona Laura," kata Rio menerka.
"Orang suruhannya sudah kita tangkap," ucap Kavi.
"Memang benar, tapi kita tidak pernah tahu rencana licik Nona Laura. Dia akan menggunakan berbagai cara untuk mencapai keinginannya," kata Rio menjelaskan.
"Ya, kamu benar. Dari dulu Laura memang begitu, jika keinginannya tak dapat terpenuhi ia akan mengadu kepada orang tuanya dan orang tuaku. Kemauannya harus dituruti," ujar Kavi mengingat beberapa tahun lalu.
"Sepertinya memang Nyonya Nayla harus tetap berada di rumah orang tuanya. Saya akan meminta Dita agar selalu mengawasi Nyonya Nayla supaya tidak keluar rumah bila tak penting!" kata Rio.
"Perketat penjagaan, aku tidak mau dia terluka sedikitpun!" titah Kavi.
"Baik, Tuan!"