NovelToon NovelToon
Suamiku Berubah

Suamiku Berubah

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / CEO Amnesia / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:968
Nilai: 5
Nama Author: nula_w99p

Clarisa Duncan hidup sendirian setelah keluarganya hancur, ayahnya bunuh diri
sementara ibunya tak sadarkan diri.

Setelah empat tahun ia tersiksa, teman lamanya. Benjamin Hilton membantunya namun ia mengajukan sebuah syarat. Clarissa harus menjadi istri, istri kontrak Benjamin.

Waktu berlalu hingga tiba pengakhiran kontrak pernikahan tersebut tetapi suaminya, Benjamin malah kecelakaan yang menyebabkan dirinya kehilangan ingatannya.

Clarissa harus bertahan, ia berpura-pura menjadi istri sungguhan agar kondisi Benjamin tak memburuk.

Tetapi perasaannya malah semakin tumbuh besar, ia harus memilih antara cinta atau menyerah untuk balas budi jasa suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nula_w99p, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

''Aku ikut saja,'' Clarissa sebenarnya agak lemas karena menghadapi dua kejadian yang sangat ia tak sukai. Namun ia lebih mengkhawatirkan kondisi kesehatan Ben. Apalagi rapat seperti ini biasanya membahas sesuatu yang cukup berat, walau Ayah mertuanya bilang tak akan ada pekerjaan yang berat saat Ben mulai kembali bekerja.

Ben menggeleng, ia menyentuh pipi istrinya. ''Sudah ku bilang kamu istirahat saja di ruangan ku, aku akan di temani Alan. Jadi aku tak akan kenapa-kenapa, mana mungkin hal seperti ini memperburuk kondisiku kecuali aku bekerja berlebihan.'' Benjamin menjawab istrinya dengan tenang, ia sungguh tak ingin Clarissa ikut. Bisa-bisa ia benar-benar ketahuan dalam waktu sesingkat ini, pernikahan mereka juga belum di tahap tak akan berpisah.

''Bos,'' Alan berada jauh dari keduanya. Dia memberi isyarat untuk segera memasuki ruangan rapat. Para Direktur dan karyawan lain sudah berada di sana.

''Aku antar kamu ke ruangan ku dulu, baru aku akan pergi ke ruangan itu.'' Benjamin menatap istrinya dan ia mendapat tatapan heran dari istrinya.

''Kamu tahu ruangannya? Sepertinya kamu sudah mengingat sebagian ingatan mu!'' Clarissa merasa dirinya tak pernah memberitahu letak ruangan Ben, begitu juga dengan Alan. Mereka tak pernah berbincang lama ataupun di telepon. Ponsel Ben tidak di temukan saat mengalami kecelakaan makanya tidak mungkin Alan memberitahunya.

''Ah aku melihat peta di lantai bawah tadi, ku lihat ada nama ku di sana jadi aku mengingatnya agar tak bertanya kembali pada orang lain.'' Benjamin mencari alasan yang logis agar bisa meyakinkan istrinya. Ia lagi-lagi tak berpikir dahulu sebelum mengatakan sesuatu.

''Peta?'' Clarissa agak heran, selama ini mengunjungi perusahaan ini dia sendiri hampir tak pernah melihat sesuatu seperti itu, atau mungkin dirinya saja yang tidak meneliti semua tempat di sini.

''Oh, jangan mengantar ku. Aku bisa pergi sendiri, aku juga tahu tempatnya. Kamu masuk saja, sepertinya Alan cemas karena kita sudah terlalu lama mengobrol.'' Clarissa merasa tak perlu memikirkan soal peta di perusahaan ini. Memang sangat di sayangkan karena dirinya tak menemani suaminya tetapi ia ingin mencoba berpikir positif, ia harus bisa berpikir kalau suaminya akan baik-baik saja dengan kegiatan yang akan dia lakukan.

''Hati-hati,'' Benjamin mengucapkan kalimat terakhir sebelum memasuki ruangan rapat bersama Alan. Clarissa memandang dari kejauhan sampai akhirnya Ben tak lagi terlihat.

Ia melangkah menaiki lift kembali dan menekan tombol kelantai yang akan dia tuju. Setelah sampai ia langsung duduk di kursi yang agak jauh dari meja kerja Ben. Ia menyenderkan kepalanya ke kursi tersebut, lelah sekali padahal ia tak melakukan apapun. Ingin sekali pulang tapi ia tidak boleh melakukannya. Clarissa harus bisa menahan rasa ingin pulang tersebut, setidaknya demi suaminya.

Di sisi lain, Benjamin tengah termenung di kursi depan. Ia bingung rencana apa lagi yang bisa membuat istrinya semakin mencintainya hingga dia bisa mengatakan ingin mempertahankan pernikahan ini.

Suasana di ruangan itu sangat kacau, para direksi sedari tadi berdebat seenaknya. Mereka merasa pendapat masing-masing dari mereka sangatlah bagus, lebih bagus di banding yang lain.

Alan mendekatkan tubuhnya dan berbisik, ''Bos.'' Ia sangat pusing mendengar suara berisik ini, ingin sekali rasanya ia tidur sekarang juga.

Benjamin melirik pada para direksi yang hadir di rapat kali ini, ''ehm,'' Dia sengaja membuat suara batuk palsu untuk mengheningkan suasana di ruangan ini. Dan benar saja setelah itu tak ada lagi suara manusia yang terdengar.

''Jadi ada apa ini? Kita sedang membahas apa?'' Benjamin mencoba berpura-pura tak tahu apapun, ia ingin melihat reaksi apa yang akan mereka tunjukan.

''Jadi dia benar hilang ingatan?'' Bisik salah satu direktur di sana pada orang di sebelahnya.

''Kalau begini, aku mungkin bisa menyingkirkannya. Dia kan tidak ingat apapun jadi otaknya pasti mengalami penurunan.'' Bisik kembali yang lain pada orang yang ada di sebelahnya.

''Maksudmu dia menjadi bodoh?'' Walau tidak kencang tetapi pertanyaan direktur keuangan ini sangat terdengar di telinga Benjamin .

Benjamin menghela nafas panjang, sudah ia duga mereka akan langsung percaya tentang sandiwaranya tapi sedikit melegakan. Lagipula walau mereka terlihat tidak berguna tetapi mereka ini, para direktur ini sangat ambisius. Tanpa mereka juga perusahaan ini tak akan bangkit kembali seperti semula.

''Bos ini masalah pakaian yang sedang kita rancang untuk fashion week, sepertinya model yang harusnya menjalani pemotretan tidak ada. Dia mengundurkan diri dan kami sedang membicarakan model mana yang harus kami pakai untuk sesi kali ini dan sebenarnya saham di perusahaan kita sedang turun. Kami sedang memikirkan perihal itu juga lalu-'' Alan mengatakan dengan pelan tapi sebisa mungkin masih terdengar di telinga Tuannya.

''Ah begitu,'' Benjamin mengangguk. Ia sungguh benci bekerja, ia tak bohong kepalanya sangat sakit sekarang walau tidak amnesia.

***

Beberapa menit berlalu dan Ben masih belum terlihat keberadaannya, Clarissa agak bosan duduk sedari tadi. Ia lalu meneliti seluruh ruangan ini, ia merasa walau sering berkunjung tetapi tak pernah melihat-lihat secara dekat ruang kerja Benjamin ini.

Clarissa melangkah perlahan-lahan, ia penasaran dengan dengan seluruh benda yang tertata di sini.

Kemudian ia hinggap di meja kerja Benjamin, ia duduk di kursi yang ada di sana dan melihat ada foto pernikahan keduanya di meja kerja tersebut.

Benjamin sungguh menjalankan pernikahan palsu ini dengan sangat sempurna, apa dia menyimpan foto ini juga agar terlihat seperti pernikahan mereka nyata!

Tak lama kemudian Benjamin memasuki ruangan tempat Clarissa berada sekarang, ia tampak lelah sekali.

''Oh ini aku bosan jadi duduk di situ,'' Clarissa pikir Ben akan menanyakan mengapa dirinya duduk di kursi miliknya. Ia berdiri kaku seolah tertangkap basah sedang melakukan sesuatu yang ilegal.

Tak di sangka Ben malah memeluk erat istrinya, ''pusing sekali.'' Ben bergumam, ia masih dengan kuat memeluk perempuan di hadapannya.

''Pusing? Apa kepalamu sangat sakit?'' Clarissa mencoba melepaskan tangan Ben, ia ingin melihat wajah suaminya. Sudah Clarissa duga akan begini akhirnya.

''Harusnya kita jangan kemari saja.'' Clarissa khawatir perihal kondisi suaminya. Ia seharusnya melawan lebih keras pada Ayah mertuanya supaya bisa mengundurkan waktu agar Ben beristirahat lebih lama.

Benjamin melepaskan pelukannya, ia kemudian menatap istrinya lemas. ''Aku hanya sedikit pusing, aku tidak tahu harus bagaimana saat rapat tadi.'' Benjamin memang tak berbohong soal perasaan pusing tersebut tetapi kalau yang terakhir tentu saja bohong. Ia sudah memikirkan masalah kantor ini semalam. Dan sudah terselesaikan dengan baik semuanya, ia hanya tinggal men tanda tangani beberapa dokumen selama bekerja.

''Apa pusingnya sampai terasa sakit atau berdengung?'' Clarissa berpikir ia harus menanyakan langsung kondisi Ben lebih lanjut.

Benjamin menggeleng, ia kembali memeluk istrinya. Mengelus leher istrinya dengan kepalanya.

''Aku ingin cium,'' gumam Ben yang seketika membuat Clarissa tertegun.

To be continue...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!