Di dunia modern, Chen Lian Hua adalah seorang medikus lapangan militer yang terkenal cepat, tegas, dan jarang sekali gagal menyelamatkan nyawa. Saat menjalankan misi kemanusiaan di daerah konflik bersenjata, ia terjebak di tengah baku tembak ketika berusaha menyelamatkan anak-anak dari reruntuhan. Meski tertembak dan kehilangan banyak darah, dia tetap melindungi pasiennya sampai detik terakhir. Saat nyawanya meredup, ia hanya berharap satu hal
"Seandainya aku punya waktu lebih banyak… aku akan menyelamatkan lebih banyak orang."
Ketika membuka mata, ia sudah berada di tubuh seorang putri bangsawan di kekaisaran kuno, seorang perempuan yang baru saja menjadi pusat skandal besar. Tunangannya berselingkuh dengan tunangan orang lain, dan demi menjaga kehormatan keluarga bangsawan serta meredam gosip yang memalukan kekaisaran, ia dipaksa menikah dengan Raja yang diasingkan, putra kaisar yang selama ini dipandang rendah oleh keluarganya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon `AzizahNur`, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30 : Kau benar-benar tidak tahu diri
Malam itu, Lian Hua dipanggil oleh Lei Feng. Katanya, Wei Ming menolak semua makanan yang disajikan. Setiap hidangan yang dibawa pelayan hanya berakhir diusir keluar tanpa satu pun disentuh.
Ketika Lian Hua tiba di aula, ia mendapati suasana yang cukup kacau. Suara keras Wei Ming bergema, memerintahkan pelayan untuk menyingkirkan nampan penuh makanan. “Buang itu! Aku tidak suka!” teriaknya sambil memukul meja di samping ranjang.
Pelayan hanya bisa menunduk, bingung harus berbuat apa. Xueli yang sejak tadi berada di sisi tempat tidur menatap lelah, lalu berkata dengan nada sabar, “Kau sudah meminta begitu banyak jenis makanan malam ini, tapi tidak ada satu pun yang kau sentuh.”
Wei Ming hanya semakin keras kepala. “Aku bilang ganti! Bawa yang lain!”
Langkah tenang terdengar ketika Lian Hua masuk. Rui An yang melihatnya segera berlari kecil, menempel di sisinya. Kepala serigala itu menyentuh kakinya, mengikuti langkahnya seolah seekor penjaga setia.
Pemandangan itu membuat Wei Ming terdiam sejenak. Sorot matanya tajam, lalu bibirnya menyungging senyum sinis. “Ilmu hitam apa yang kau gunakan sampai Rui An tidak mencabikmu? Bukankah seharusnya dia menggigitmu habis-habisan?”
Nada suaranya menusuk, penuh ketidaksukaan. Lian Hua hanya menarik napas pelan sebelum menjawab dengan tenang. “Kalau begitu… apakah Yang Mulia benar-benar berharap Rui An akan menggigitku?”
Wei Ming menatapnya tajam lalu mendengus kasar. “Mungkin aku berharap lebih dari sekadar gigitan.”
Lian Hua tidak menanggapi lebih jauh. Pandangannya beralih pada Xueli. “Aku dengar dari Lei Feng, kau melaporkan bahwa beliau menolak makan setelah meminta begitu banyak hidangan?”
Xueli hanya mengangguk. Ia menoleh ke meja besar di sisi aula, penuh dengan hidangan hangat yang masih mengepulkan uap. “Semuanya baru saja matang. Tapi tak ada satu pun yang beliau sentuh.”
Lian Hua mendekat. Aroma masakan memenuhi udara, begitu harum dan menggugah selera. Ia menoleh pada Wei Ming. “Kenapa kau tidak ingin menyentuhnya?”
Wei Ming menghela napas kasar, wajahnya berkerut. “Tidak enak. Aku tidak mau.”
Alis Lian Hua berkerut. Tanpa berkata-kata, ia mengambil sebuah piring, lalu menyendok sedikit lauk dari hidangan yang masih panas. Ia membawa piring itu ke sisi ranjang, kemudian mencicipinya sendiri di depan mata Wei Ming.
Rasa lembut makanan itu memenuhi lidahnya. Gurih dan harum, jauh lebih lezat dari perkiraannya. Ia menatap Wei Ming dengan sorot mata tak percaya. “Makanan ini enak. Di mana letak tidak enaknya?”
Wei Ming berpaling, mendengus dengan wajah merengut, seperti seorang anak kecil yang sedang merajuk.
Lian Hua menghela napas panjang. Tanpa berkata lagi, ia duduk di kursi kosong di samping ranjang, lalu dengan tenang menyuap makanan itu ke mulutnya sendiri.
“Kalau kau tidak ingin makan…” ujarnya sambil menikmati suapan berikutnya, “…biar aku saja yang menghabiskannya.”
Wei Ming mengerutkan keningnya saat melihat Lian Hua yang malah memakan makanan itu. Bahkan pelayan dan pengawal istana yang berada di sana sampai terkejut melihatnya.
Wei Ming menatap Lian Hua dengan kesal, nada suaranya menajam ketika bertanya, “Apa yang kau lakukan? Kenapa malah kau memakannya?”
Lian Hua mengangkat alisnya ringan, seolah tak peduli dengan tatapan semua orang. Dengan santai ia menjawab, “Tadi kau bilang makanan ini tidak enak dan ingin membuangnya, bukan? Sayang sekali jika harus dibuang. Jadi… biar aku saja yang memakannya.”
Wei Ming menggeram, suaranya sarat dengan amarah yang tertahan. Tatapannya menusuk tajam ke arah Lian Hua. “Kau benar-benar gadis yang tidak tahu diri.”
semakin penasaran.....kenapa Lin Hua....
ga kebayang tuh gimana raut muka nya
orang orang istana.....
di atas kepala mereka pasti banyak tanda tanya berterbangan kesana kemari....
wkwkwkwk....😂