NovelToon NovelToon
Wifi Couple

Wifi Couple

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers / Idola sekolah
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Auraliv

Albar tak bisa terpisahkan dengan Icha. Karena baginya, gadis itu adalah sumber wifinya.

"Di zaman modern ini, nggak ada manusia yang bisa hidup tanpa wifi. Jadi begitulah hubungan kita!" Albar.

"Gila ya lo! Pergi sana!" Icha.

Icha berusaha keras menghindar Albar yang tak pernah menyerah mengejar cintanya. Bagaimana kelanjutan cerita mereka?

*Update setiap hari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Auraliv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 - Wifi Couple

Hari Senin pagi, Icha sudah pasang mode low profile. Rambut diikat seadanya, masker kain dipakai lebih tinggi dari biasanya, dan langkahnya cepat menuju kelas. Bukan karena telat, tapi karena satu alasan: menjaga hubungan barunya dengan Albar tetap rahasia.

Namun, dari ujung lorong, suara nyaring khas Albar sudah terdengar.

“Eh, sinyal hati gue nongol juga!” seru Albar sambil melambaikan tangan.

Icha langsung panik dan berlari kecil menghampirinya, menepuk lengan cowok itu cepat-cepat.

“Bar! Jangan teriak-teriak gitu!” bisiknya dengan nada geram.

“Lho, kan cuma bilang sinyal hati, nggak bilang nama lo,” jawab Albar polos.

Beberapa siswa mulai melirik mereka curiga. Icha langsung menarik tasnya ke depan, menutupi wajah, lalu berjalan cepat masuk kelas. Albar nyengir, jelas menikmati drama rahasia ini.

Di kelas, Albar duduk dua baris di belakang Icha. Dari sana, ia mengirim pesan lewat HP.

Ping! Koneksi stabil gak di sana?

Icha melirik ponselnya sambil pura-pura menulis catatan.

Stabil, asal kamu diem.

Lima detik kemudian, sebuah kertas melayang ke meja Icha. Dia membukanya diam-diam:

"User paket unlimited, jangan lupa senyum ke router-nya."

Icha harus menahan tawa sampai pipinya sakit. Guru yang sedang mengajar menatapnya, membuat Icha buru-buru menunduk. Sementara di belakang, Albar pura-pura sibuk menggaris buku, padahal matanya fokus mengamati reaksi Icha.

Istirahat siang menjadi tantangan. Biasanya, Icha duduk bersama Dinda, sementara Albar nongkrong dengan geng cowoknya. Tapi hari itu, Albar tiba-tiba muncul di kantin dan duduk di meja sebelah Icha.

“Eh, router!” bisiknya pelan.

“Panggil aku gitu lagi, gue pindah meja,” balas Icha sambil mengunyah roti.

“Kalau gitu gue panggil kamu kabel LAN, biar nyambung langsung.”

Dinda yang duduk di sebelah Icha menatap mereka bergantian, alisnya terangkat. “Cha… ada yang aneh gak sih sama lo dua orang?”

Icha langsung pura-pura batuk, sementara Albar dengan santai menjawab, “Nggak, cuma lagi troubleshooting sinyal.”

Tantangan berikutnya datang saat jam olahraga. Guru meminta semua siswa berpasangan. Sebelum Icha bisa bergerak, Albar sudah berdiri di depannya.

“Partner gue kan cuma satu… user VIP.”

Mata Icha membesar. “Bar, semua orang lihat!”

“Nggak masalah. Kita bilang aja ini demi strategi… strategi jaga jarak biar nggak diserobot orang.”

Sepanjang latihan passing bola, Albar sengaja memberi kode lewat tekanan tangan. Sekali tekan \= “Gue sayang kamu.” Dua kali tekan \= “Kamu cantik.” Tiga kali tekan \= “Nanti pulang bareng yuk.”

Icha kesal setengah mati, tapi di dalam hati, pipinya sudah terasa panas.

Sore itu, setelah bel pulang berbunyi, Icha mencoba menghilang lewat pintu samping sekolah. Tapi Albar sudah menunggunya di sana, menyender di tembok sambil memainkan kunci motor.

“Lo mau kabur dari sinyal pusat, ya?” tanyanya.

“Gue cuma… nggak mau semua orang tau. Lo kan tau gimana mulut orang di sekolah ini.”

Albar menatapnya serius. “Oke, kita rahasiain. Tapi satu syarat.”

Icha menatap curiga. “Apa?”

“Lo harus tetep kirim ping tiap jam. Biar gue tau user gue nggak hilang dari jaringan.”

Icha tertawa kecil, akhirnya mengangguk. “Oke, router.”

Albar tersenyum puas, lalu berjalan di sebelahnya, tetap menjaga jarak—setidaknya sampai mereka keluar dari area sekolah. Begitu di luar, dia langsung meraih tangan Icha dan menggenggamnya erat.

“Cha,” katanya pelan, “meskipun kita diem-diem… sinyal gue nggak pernah kecil buat lo.”

Icha tersenyum, dan untuk pertama kalinya hari itu, dia membiarkan genggaman itu tetap ada sampai mereka berpisah di pertigaan.

1
Sari Kumala
bucin ini
Kristina Sinambela
keren
Kristina Sinambela
keren ceritanya
Kristina Sinambela
bagus seru
Kristina Sinambela
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!