Setelah enam tahun menjalani hubungan jarak jauh, Raka dan Viola kembali dipertemukan. Namun cinta tak selalu berjalan mulus, mereka harus menghadapi tantangan dan rintangan yang menguji kekuatan cinta mereka.
Apakah cinta mereka akan tetap kuat dan bertahan, ataukah jarak akan kembali memisahkan mereka selamanya?
"Nggak ada yang berubah. Love only for you, Viola. Hanya kamu..." ~Raka.
🍁🍁🍁
Novel ini merupakan Sequel dari novel yang berjudul 'Sumpah, I Love You'. Selamat menyimak dan jangan lupa tinggalkan jejak. 😇😇😇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 : LOFY
Raka menepikan mobilnya di depan pintu gerbang rumah singgah yang dia tempati sekarang. Tatapannya tertuju pada sosok pria yang tengah berdiri dengan bersandar pada kap mobil yang terparkir di depan mobilnya.
Arman menurunkan kedua tangannya. Dia memang sengaja datang kesana untuk menemui Raka setelah istrinya menceritakan jika Raka pergi dari rumah dan memilih untuk hidup mandiri.
"Raka, Papa ingin bicara sama kamu." Arman berjalan menghampiri Raka yang baru saja turun dari dalam mobilnya.
"Kalau Papa datang hanya untuk membicarakan hubunganku dengan Viola, sebaiknya Papa pulang saja." ucap Raka dingin, lalu melangkah kakinya untuk membuka pintu gerbang sebagai akses untuk mobilnya masuk.
"Seberapa keras Papa menentang hubungan kami, aku tetap tidak akan merubah pendirianku." imbuhannya tanpa menoleh.
"Apa yang kamu harapkan dari gadis itu?" tanya Arman dengan santainya, berusaha untuk tidak melibatkan emosi. "Dia hanya akan menjadi penghalang untuk masa depan kamu yang cerah. Pulanglah, dan ikut Papa untuk belajar memimpin perusahaan."
Raka terdiam sejenak, lalu menoleh ke arah papanya dengan senyuman tipis diwajahnya, "Tidak mau. Aku masih bisa menghasilkan uang sendiri tanpa bayang-bayang Papa. Sebaiknya Papa sekarang pulang, takut mama nungguin dirumah."
"Raka kam---" kedua tangannya mengepal disisi, menatap Raka yang kembali naik ke dalam mobilnya dan melajukannya masuk hingga terparkir di halaman rumah tersebut.
Raka kembali turun dari mobil, menutup pintu gerbang dan menggemboknya dari dalam. Lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam dan menutup pintu rumah rapat-rapat.
Arman menghela napas dalam-dalam, merasakan kehadirannya tidak dianggap sama sekali, "Papa akan bekukan semua ATM kamu. Lihat saja, kamu bisa apa tanpa Papa kamu ini, Raka."
-
-
-
Pagi ini ada yang berbeda saat Viola memasuki ruangan staf. Dian yang biasanya langsung bersuara keras dan menghampirinya untuk sekadar memberikan sambutan kecil kini sedang ikut berdiri mengelilingi meja kerja Tiara bersama dengan para staf yang lain.
"Eh, Viola? Kamu sudah datang," sapa Tiara dengan senyuman manis diwajahnya.
"Aku punya sesuatu loh buat kamu," imbuhnya, segera bangun dari duduknya dengan membawa kotak berukuran sedang ditangannya. "Nih ambil, ini hadiah kecil buat kamu."
"Ambil aja Vi, gue juga dapat kok," Dian berjalan ke meja kerjanya dan menyambar tas baru miliknya yang dia letakkan diatas meja, "Nih lihat, gue dikasih tas sama Tiara. Ini tuh tas yang selama ini gue penginin. Semua teman-teman kantor juga dapat hadiah masing-masing, Tiara baik banget kan?" Dian menciumi tas baru miliknya, dia terlihat sangat bahagia sekali.
Beberapa staf mengangguk dan ikut memuji kebaikan Tiara. Tak segan mereka menunjukkan hadiah yang ada ditangan mereka dengan terus memberikan pujian pada si pemberi hadiah tersebut.
"Nih." Tiara meraih tangan Viola dan meletakkan kotak tersebut di telapak tangannya. "Semoga kamu suka ya?"
Viola mengangguk kecil, tersenyum tipis, "Ya, makasih."
Viola meletakkan kotak itu diatas meja, lalu duduk di kursi kerjanya tanpa berniat untuk langsung membuka hadiah itu lebih dulu. Dia merasa ada yang salah. Merasa jika Tiara seperti sedang berusaha merebut perhatian semua staf dikantor, termasuk Dian yang sekarang terlihat lebih akrab dengan Tiara.
...-----...
Pak Bambang memasuki ruangan staf dan menghampiri meja Viola. Membuat perhatian gadis itu yang tadinya sedang fokus dengan layar laptopnya kini beralih menatapnya.
"Viola, saya membutuhkan bantuan kamu untuk ikut pergi ke RYK Corp hari ini, kita akan membahas proyek yang sedang berjalan. Saya ingin kamu menemani saya dan membantu mencatat detail-detail penting yang akan dibahas dalam pertemuan dengan tim nanti," kata Pak Bambang.
"Tapi Pak---"
"Sudah, nggak ada tapi-tapian." potong Pak Bambang cepat, "Kinerja kamu sangat bagus, makanya saya ingin mengajak kamu untuk ikut. Ini sudah acc langsung dari atasan loh."
Meskipun sedikit ragu, Viola akhirnya mengangguk setuju. "Baik, Pak. Saya siap membantu. Jam berapa kita harus berangkat?" tanya Viola.
"Kita akan berangkat jam 11 nanti. Pastikan kamu sudah siap dan bawa semua dokumen yang diperlukan. Saya ingin kita tiba di sana tepat waktu karena pemimpin perusahaan itu adalah orang yang sangat disiplin dengan waktu," jawab Pak Bambang.
"Ya, Pak. Saya akan pastikan semuanya siap. Apa ada hal lain yang perlu saya persiapkan?" tanya Viola lagi.
"Tidak ada, Viola. Kamu hanya perlu fokus pada pertemuan dan mencatat detail-detail penting. Saya akan menangani diskusi dengan tim RYK Corp," kata Pak Bambang.
"Baik, Pak." jawab Viola dengan percaya diri.
Obrolan mereka berdua menarik atensi Tiara. Dia merasa tidak suka Viola menjadi prioritas utama dikantor itu. Meskipun dia karyawan baru, tapi dia juga merasa sanggup untuk menerima tugas yang diberikan oleh Pak Bambang barusan.
-
-
-
Raka memasuki ruang kerja Kai Rylan, CEO RYK Corp, yang terletak di lantai atas gedung megah. Dia disambut oleh Jim, asisten pribadi Kai Rylan yang setia mendampingi CEO yang buta tersebut. Jim membantu Kai Rylan dalam berbagai aktivitas sehari-hari, termasuk pertemuan dengan tamu.
Raka yang duduk di depan meja kerja Kai Rylan mulai menjelaskan proposalnya, "Pak Kai, tujuan saya datang hari ini untuk meminta Anda menjadi investor di perusahaan yang sedang saya kelola. Saya ingin kita bekerja sama untuk mengembangkan bisnis ini. Saya percaya dengan dukungan dari Anda dan RYK Corp, saya dapat mencapai tujuan seperti yang diharapkan," ucap Raka dengan yakin.
Kai Rylan mendengarkan dengan saksama, lalu mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui lebih lanjut tentang perusahaan Raka. Setelah puas dengan jawaban Raka, Kai Rylan memberikan jawaban yang positif.
"Raka, saya tertarik dengan proposal Anda. Saya percaya bahwa perusahaan Anda memiliki potensi besar untuk berkembang. Saya setuju untuk menjadi investor dan akan memberikan dukungan penuh untuk membantu Anda mencapai tujuan," ucap Kai Rylan dengan senyum.
Raka tersenyum lega dan berterima kasih kepada Kai Rylan atas kesediaannya menjadi investor. Mereka kemudian membahas detail kerjasama dan rencana selanjutnya untuk mengembangkan perusahaan.
-
-
-
Setelah pertemuan dengan Kai Rylan selesai, Raka segera pamit dan keluar dari ruangan megah tersebut dengan perasaan bangga sekaligus lega. Akhirnya setelah usaha kerasnya dia kembali mendapatkan investor yang akan membantu perkembangan bisnisnya supaya semakin berjalan lancar.
Pintu lift terbuka dengan lembut saat sudah sampai dilantai dasar bangunan mewah tersebut. Raka melangkah keluar dengan percaya diri, tatapannnya lurus ke depan. Namun, fokusnya tiba-tiba teralihkan ketika seorang perempuan yang berpapasan dengannya tergelincir karena sepatu hak tingginya. Tubuhnya terhuyung ke samping, dan Raka refleks dengan cepat meraih pinggangnya untuk menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.
"Anda tidak apa-apa?" tanya Raka dengan suara yang lembut, sambil membantu perempuan itu berdiri tegak kembali.
Perempuan itu menatap Raka dengan mata yang sedikit terkejut, lalu tersenyum lembut. "Ya, terima kasih. Saya baik-baik saja," jawabnya dengan suara yang halus.
Raka tersenyum dan melepaskan pegangannya pada pinggang perempuan itu. Wajah perempuan itu cukup familiar karena dia pernah beberapa kali melihat foto-fotonya di internet bersama dengan CEO yang baru saja dia temui. Dia adalah Rea Raveena, istri dari Kai Rylan.
"Baiklah, lain kali hati-hati ya," ucap Raka sambil tersenyum.
Perempuan itu mengangguk dan melanjutkan langkahnya ke arah lift, kembali tersenyum dan mengangguk kecil pada Raka sebelum pintu lift tertutup rapat.
"Raka...!!!"
Suara itu menggema di ruangan yang nampak tenang, seperti bom atom yang tiba-tiba saja meledak. Raka menoleh ke arah sumber suara yang terdengar sangat familiar di telinganya. Mendapati Viola sedang berdiri di depan meja resepsionis dengan menatap tajam padanya.
.
.
...🍁🍁🍁...
.
.
Setelah retensi yang tertutup awan hitam lebat, author mau menyapa kembali para pembaca yang masih setia mengikuti kisah cinta romantis Raka dan Viola nih. 🤣🤣🤣
Semoga kalian semua selalu diberikan kesehatan, karena ditempat author cuacanya lagi nggak menentu nih. Lagi musim flu dan batuk. Termasuk Author sendiri sebenarnya juga lagi kurang fit, tapi tetap ingin menghibur lewat tulisan. 😁
Dan khusus untuk bab ini Author ada kolaborasi dengan sesama Author yang gaya penulisannya patut diacungi jempol dan kisahnya juga sangat menarik untuk di ikuti pastinya. 👏👏👏
Kisah Paman Kai dan istri kecilnya, Rea. Menghadapi tekanan konflik diantara dua keluarga besar, cinta mengalir dengan sendirinya ditengah pernikahan bisnis yang mereka berdua jalani. 💘💘💘
Dan yang tidak kalah seru ada pemanisnya juga, yaitu sang asisten yang bernama Jim alias si mata empat yang dipadukan dengan Betty Lafea pastinya, ulaalalaaaaa... Astaga 🤣🤣 Betty Lavena maksudnya. 😁😁😁
Yang penasaran langsung cus kepoin kisah mereka yuk dalam judul. "Menikahi Paman Mantan (Pura-Pura) Buta" dengan nama pena FT.Zira 🥰😇
Salam hangat, sehat selalu dan terimakasih untuk para readers semua 🙏🥰😇
. ketika dia tergoda, ya lupa diri.. sama kyk si onoh yg tergoda menjadi bayi gula/Joyful//Joyful/
kasih banget ayahe vio
semoga Raka n Leo cepat mendapatkan bukti2 biar ketahuan biang keroknya
kamu nya salah,dari pertama main terima jodoh aja...
udah tau anakmu punya Viola...
ya udah la,kamu aja yang nikahi Tiara 😆
gak heran anaknya ulet bulu ,kan bapaknya iblis
orang baik akan selalu dikelilingi orang baik
mam to the pusss