NovelToon NovelToon
I Became An Extra In My Own Story

I Became An Extra In My Own Story

Status: tamat
Genre:Action / Reinkarnasi / Sistem / Transmigrasi ke Dalam Novel / Masuk ke dalam novel / Transmigrasi / Tamat
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: MagnumKapalApi

karya tamat, novel ini hanya pembentukan world-building, plot, dan lore kisah utama

kalian bisa membaca novel ini di novel dengan judul yang lain.

Karena penulisan novel ini berantakan, saya menulisnya di judul lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MagnumKapalApi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 - Menuju Bab 1 Bagian 2 (8)

Suara kicau burung di belantara hutan bersenandung, menandakan hari sudah pagi.

Aku terbangun, Larasati sudah tak dalam tenda kayu yang dibuat kemarin.

Aku menuju keluar, disana mereka sedang bersiap untuk pergi ke Pohon Kehidupan, bersama dengan manusia yang kehilangan tempat tinggal mereka.

Larasati terlihat sedang berdiskusi dengan seluruh kelompok, lalu elf itu menatapku.

“Ahh, neng. sudah bangun?”

Suaranya begitu lembut, manis. Cukup adiktif untuk membuat seseorang tercandu dengan nada welas asihnya.

“Pagi teteh...” lambaian tangan mengarah ke Larasati.

“Anu... neng Lala, tamer kami sudah menjinakan pet tunggangan neng Lala.”

Tangan Larasati membelai seekor serigala hutan bertanduk satu di dahinya, tepat disamping Larasati.

“Jangan bilang—”

“Betul, serigala nu ieu, sekarang pet neng.”

Larasati mengiyakan, dengan memotong ucapanku sebelum selesai kuucapkan.

Larasati memanggilku neng Lala pagi ini, sepertinya dirinya ingin menghilangkan suasana canggung. Aku juga turut memanggilnya teteh.

“Sebenarnya ingin ku panggil teteh semok sih...”

Batinku berseru nakal.

Selain itu, semua sandra bandit sudah menunjukan ekspresi senang pagi ini, mereka tersenyum tanpa ketegangan.

Jasad bandit sudah dimakamkan.

Jika kamu bertanya mengapa bandit yang menculik dan menghancurkan desa mereka, dimakamkan oleh mereka.

Ini tentang moral, menghakimi orang yang sudah tak bernyawa tidaklah baik, karena dosa hanya urusan Tuhan dengan pelakunya.

Pagi ini tak seperti pagi kemarin, aku bangun dengan buruan yang sudah diolah dan siap santap.

Mereka menyajikan daging babi yang mereka tangkap. Dan juga serigala pemberian elf ini, tak ingin jauh dariku, walau aku sedang makan.

“Bagaimana neng beri nama serigala eta, neng?” Larasati dengan senyuman.

“Betul juga, menyebutnya monster atau tunggangan itu terdengar aneh.” tanganku memegang dagu, kupikirkan nama untuk pet ini.

“Bagaimana jika 'Silvanna” ketusku, “Silvanna dari kata silver yang berarti perak, sesuai warna bulunya.”

Serigala ini memang berwarna silver, terlihat begitu indah dan gagah.

“Eta bagus...” timpal Larasati.

Kami menghabiskan hasil buruan, berbagi kehangatan satu sama lain. Saling bercengkrama dan saling bertukar pikiran, seperti pesta kecil petualang di dalam hutan belantara.

Setelah semua sajian habis tak tersisa, Larasati merasa harus bergegas, untuk laporan dan juga permintaan izin manusia yang akan tinggal di pohon kehidupan.

Sejujurnya Larasati akan diizinkan membawa mereka, karena manusia yang mereka bawa hanyalah ibu rumah tangga yang tak bisa bertarung dan menjadi ancaman.

Sebelum berpamitan, kami berbincang empat mata kembali.

“Sebenarnya saya ingin membawa neng ke Pohon Kehidupan.”

Kali ini Larasati sedikit lancar berbahasa manusia, dia tanggap dan cepat fasih.

“Aku harus ke gunung Lunagen untuk daun itu.”

“Setelah ke Lunagen, bertamulah ke Pohon Kehidupan, diantosan kedatanganmu.”

“Kalo sempat teteh... Aku masih punya keluarga, mereka menantiku.”

“Hmm begitukah... Saya tetap menunggu...”

“empat tahun lagi aku akan menuntut ilmu di akademi, setelah itu aku akan ke Pohon Kehidupan. Maaf teteh...”

Tentu saja aku lebih memprioritaskan kepentinganku, baru orang lain, bagi Larasati aku adalah penyelamat yang membuka sudut pandang baru bagi dirinya, namun aku tetap rasional, konsisten dengan tujuan.

Antara visi dan misi, aku harus menjaga apa yang harus ku jalani.

Larasati sedikit bersedih namun ia lega, penyelamat dirinya adalah orang jujur, yang menolak walau menyakitkan.

Sampai akhirnya kami berpisah, aku menunggangi Silvanna, mana ku jadi lebih hemat.

Sedangkan Larasati dan kelompoknya bergegas menuju rumah mereka. Pohon Kehidupan.

Begitu juga manusia yang ia bawa, desa yang hancur oleh para bandit bernama desa nyangkringan.

Aku juga harus mengingat setiap insiden yang terjadi, tidak semua tertulis dalam sejarah, hanya bagian kelam yang diketahui segelintir orang.

Tadinya sedikit ragu untuk melawan sekelompok bandit, namun tak disangka otakku bekerja saat kematian mengancam, insting juga merupakan hal penting.

Kusadari juga aku masih terlalu lemah, jika tak ada Larasati mungkin aku sudah mati.

Ditambah Silvanna yang mereka jinakkan semua menjadi mudah.

Serigala ini berlari dengan presisi, cepat namun tak membahayakan penunggangnya. hewan yang terbiasa dengan alam liar. Bisa disebut juga monster.

Berlari ditengah hutan dengan akar-akar yang mengganggu, tidak terlilit ataupun tersungkur akar.

Melompati jurang yang sedikit jauh dari sisi ke sisi lain tanpa kesulitan.

Bahkan tidak terasa lelah walau sudah dua jam berlalu.

“Dasar monster...” batinku menatap kepala Silvanna diatas punggungnya.

Tak hanya itu, monster liar yang sedikit besar dan mengancam seolah menghindari kehadiran Silvanna.

“Mungkin saja Silvanna tadinya pemimpin kelompok”

Kini matahari sudah diatas kepala kami, walau terhalang pepohonan, tapi ku tahu waktu sudah berganti siang.

“Silvanna berhenti dulu, sebaiknya kita beristirahat.”

Perintahku pada Silvanna.

Serigala itu berhenti, dan mengeram. Seperti anjing yang berterima kasih.

“Mungkin dia memang lelah ya...” batinku melihat reaksi Silvanna

Wajar saja jika lelah, Silvanna sudah berlari sangat lama, jarak ini sudah jauh dari tempat awal.

Kami duduk sejenak bersandar pada pepohonan.

“Lain kali kalo lelah bilang ya...”

Silvanna mengeram, dan mengeluskan kepalanya pada tubuhku.

“Hahahahaha”

Aku tertawa lepas, perjalananku takkan sepi jika bersama Silvanna. Seperti memiliki anjing peliharaan sebesar Harimau Sumatera.

Ku peluk Silvanna, bulunya halus dan hangat, juga kurasakan tubuh Silvanna begitu kekar.

“Tubuhmu ga berbohong, kamu sudah melewati banyak hal...”

Sembari memeluk Silvanna, aku paham kehidupan liar seperti apa yang Silvanna jalani.

Silvanna merebahkan tubuhnya, lalu aku merebahkan juga diriku diatasnya.

Terasa hangat, lembut, seperti tidur diatas kasur.

Nyaman dan tentram.

Tak sadar aku tertidur...

Aku kembali bermimpi, suara itu.

Suara itu didalam kegelapan.

Suara mantanku, Mulya.

“Hah... Kamu memang ga pernah berubah.”

“Sedari dulu kamu memang seperti anak kecil.”

“Walaupun kamu kini anak kecil, tapi kamu tetap kamu yang aku kenal”

“Kamu tetap manis ya...”

Nada suara itu kini sedikit berbeda. Terdengar sedih.

“Aku ingin kamu menjadi pria yang kukenal seperti dulu, dalam tubuh gadis itu.”

“Kamu selalu merasa dirimu terkesampingkan.”

“Aku meninggalkanmu bukan karena aku tak cinta.”

“Karena kamu selalu berpikiran negatif, itu yang aku tidak suka.”

“Aku mengirimmu ke dunia naskah yang kamu tulis bukan tanpa alasan.”

“Aku ingin kamu menggantikan tokoh utama, dan dunia ini adalah panggungmu.”

“Bukan sekedar extra.”

“Bukan sekedar villain utama.”

Aku kembali merasakan dalam tidurku, pipiku basah, entah menangis atau karena hujan.

Terdengar suara mengeram masuk kedalam mimpiku.

Aku terbangun.

“Ehh Silvanna yaa... Kamu membangunkanku?”

Sepertinya Silvanna menganggapku sedang bermimpi buruk.

“Aku baik-baik saja Silvanna.”

“Terimakasih ya, sudah khawatir padaku.”

Kini aku semakin menyukai Silvanna.

Pet ini mengerti apa yang aku rasakan, bahkan saat aku tertidur.

“Ku pernah membaca buku tentang monster waktu dulu.” batinku, “monster lebih peka terhadap perasaan negatif, karena itu memang insting bertahan hidup mereka.” lanjutku dalam batin.

Grokkk!!

Perutku mengeluarkan suara, sepertinya aku harus berburu bersama Silvanna.

1
AI
kata "di" dipisahkan jika menunjukkan tempat, lokasi, atau waktu.
xiang ma'ling sheng: saya catat kak
total 1 replies
AI
Kalau dialog tag itu ditulis didahului tanda koma sebelum tanda petik dan ditulis dengan huruf kecil.

Contoh salah: "Aku lelah." keluhku.

Contoh benar: "Aku lelah," keluhku.
xiang ma'ling sheng: oalahhh, oke catat pak
total 1 replies
AI
tanyaku
AI
Anak berusia empat tahun itu jatuh dengan kepala membentur batu. Sudah jelas ia akan mati karena pendarahan di otak. Mungkin jiwanya pergi, dan aku yang menggantikannya.
AI
Lala, anak pemilik tubuh ini, terjatuh dari atas pohon saat bermain sendirian. Kepala bagian belakangnya terbentur batu besar sehingga membuatnya tak sadarkan diri selama empat hari.
AI
Dave dan Liria memang tidak pernah memberitahuku apa yang terjadi sebelum aku terbangun. Namun, aku sempat mendengar mereka berbicara diam-diam di balik pintu kamarku.
AI
Tulisan di chapter ini sedikit lebih baik dari prolognya yang kek cacing kepanasan. Meski begitu, penggunaan tanda bacamu buruk, huruf kapital masih salah, dan kata-kata yang harusnya dipisah malah disambung.
xiang ma'ling sheng: catat pak, saya akan tulis ulang.
total 2 replies
xiang ma'ling sheng
Terimakasih untuk semua yang membimbing saya dalam menulis, saya akan terus berkembang.

Terimakasih sebesar-besarnya, tanpa kalian saya tidak akan pernah menyelesaikan rangka awal kisah ini.

Terimakasih untuk para reader yang sudah membaca kisah ini hingga volume 1 selesai.

Terimakasih atas dukungan kalian selama ini.

Novel ini tamat dalam bentuk naskah kasar. Saya berniat merapihkannya nanti dengan sudut pandang orang ketiga.

Sekali lagi saya ucapkan terimakasih.
xiang ma'ling sheng: Novel ini hanya awal pembentukan kisah utama.

Kisah utama sedang saya tulis dengan judul, Transmigration: Ki Hajar Dewantara Academy.

Untuk lebih lengkap silahkan cek di profil saya.
total 1 replies
AI
Layar laptopku bergetar pelan, garis tipis seperti retakan kaca merayap dari tengah, memecah warna menjadi semburan ungu pekat. Kilau cahaya menyelinap di celah-celah retakan, menyala seperti urat petir yang tertahan.

Aku menunduk lebih dekat. "Apa-apaan ini …." bisikku, tenggorokanku kering.

Celah itu melebar. Dari dalam, sesuatu merayap keluar, sebuah tangan legam, berasap seakan bara membakar udara di sekitarnya. Jari-jari panjangnya menancap di tepi layar, mencengkeram kuat, lalu menarik celah itu lebih lebar, seperti seseorang membuka pintu ke dunia lain.

Tangan itu terhenti. Perlahan, satu jari terangkat … lalu berdiri tegak. Jari tengah.

Narasi ini jauh lebih baik dan lebih enak dibaca.
AI: note, kata "masa-masa" w typo bjir, harusnya "sama-sama"
total 4 replies
Riska Mustopa
terus nulis sampe lu jadi bisa profesional
xiang ma'ling sheng: lah ada teteh /Facepalm/
bakal terus nulis sampai punya buku cetak sendiri
total 1 replies
Arlen࿐
aku yg komen di tiktok dengan nickname Arlen tadi, novel nya menarik bang, walau aku belum baca semuanya, semangat nulisnya!
xiang ma'ling sheng: wahhh makasih bg udah berkunjung, abang yang pertama dari tiktok baca novel ini
total 1 replies
Arlen࿐
kisah nyata kah?
xiang ma'ling sheng: sebagian nyata dan sebagian fiksi/Scowl/
total 1 replies
aurel
hai Thor aku sudah mampir yuk mampir juga di karya aku " istriku adalah kakak ipar ku
Nisa
elep sunda wkwkwk
Orang Aring
konsepnya menarik
Pramono
world buildingnya bagus, cuman bingung aja di pemetaan
xiang ma'ling sheng: kurang ahli soal pemetaan
total 1 replies
Sarah
lumayan
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Maaf… bukannya aku tidak ingin terlalu ikut campur dengan urusan kalian…" napasku terasa berat di dada. "Tapi aku juga bukan anak kalian." Pandanganku mengabur sejenak. "Aku hanyalah anomali. Penulis naskah yang entah bagaimana terjebak di tubuh Lala anak kalian…" batinku, sambil melangkah perlahan menuju jendela, seolah setiap langkah menambah beban di pundakku.

Kesannya lebih menyesakkan dan ada tekanan batin. Karena si MC ini tau, kalau dia kabur dari rumah tersebut. Orang tua asli dari tubuh yang ditempati oleh MC, akan khawatir dan mencarinya.
xiang ma'ling sheng: shappp paman/Applaud/
total 2 replies
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Lanjut baca ✌️
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dititip dulu likenya. Nanti lanjut baca lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!