Sebuah alam yang penuh kekacauan menunggu seorang pemimpin yang di
ramal kan. Dia yang akan terlahir, mencabut segala segel, dan kutukan. Serta segala alam akan terhubung segala dimensi akan tersambung, dia juga termasuk kekasih Sang Pengantar Tulisan, juga sang pewaris empat naga kuno. apa? dia bisa menaklukkan dua alam, yaitu Alam Eheiwha dan Alam Armanaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MAHLEILI YUYI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31.Melihat Tempat Awal
"Terimakasih Tetua" Ucap Admiko dan yuyi membuntuti mereka dari belakang.
"Bagaimana perjalanan dan pemandangan kalian?" Tanya Daigo ingin tahu, tapi tidak di jawab oleh Yuyi dan Admiko.
"Oh, maaf aku terlalu memaksa" Ucap Daigo sambil memanggil salah satu murid nya.
"Antar kan mereka ke kamar istirahat" Ucap Daigo.
Lalu murid itu mengantar Yuyi dan Admiko ke sebuah ruangan.
"Selama ribuan tahun Raja dan Ratu menunggu kalian, hari ini kalian hadir saat aku pemimpin ruang ke sebelas ini, tidak ada kebahagiaan selain hadirnya yang di tunggu" Ucap Daigo menatap langit-langit menara itu disertai mata nya yang berkaca-kaca.
Karena terlalu lelah dan capek mereka tertidur hingga malam, dan Admiko terbangun lalu dia menoleh ke samping nya, darah nya lalu berdesir kepalanya berkunang- kunang napas nya agak sesak debaran jantung nya tak beraturan, karena melihat Yuyi yang tidur di samping nya. Pakaian penutup perut nya terbuka oleh tiupan angin dari Danau Pelangi.
Lelaki mana pun pasti tergoda melihat perut seputih salju berkilau itu.
"Heh, bangun nanti masuk angin" Ucap Admiko pada Yuyi, Yuyi terbangun
membuka mata perlahan.
"Kamu sudah bangun?" Tanya Yuyi.
"Sudah, ayo tutup perut mu nanti masuk angin" Ucap Admiko membelakangi Yuyi.
"Tidak perlu munafik" Jawab Yuyi pada Admiko.
"Ya sudah buka saja pakaian mu" Ucap Admiko lagi.
"Aku takut, nanti kamu telan aku bulat-bulat" Jawab Yuyi lagi.
"Belum ada cerita nya laki-laki yang menelan perempuan, yang ada cuma perempuan yang menelan laki-laki" Jawab Admiko.
"Apa benar yang kamu ucap kan itu?" Tanya Yuyi.
"Hmmmmm" Admiko cuma menghirup nafas dalam-dalam.
"Kita harus melanjut kan perjalanan" Ucap Admiko lagi.
"Apa kamu sudah agak mendingan?" Tanya Yuyi pada Admiko sambil membenarkan pakaian nya, lalu Admiko mengangguk.
"Ayo kita harus cepat menuju tempat selanjut nya" Ajak Admiko.
"Tunggu kamu mau aku masuk angin" Jawab Yuyi
"Ayo cepat, jangan membuat aku berubah pikiran" Jawab Admiko lagi.
"Ayo, sudah siap" Ucap Yuyi mengandeng lengan Admiko.
Perlahan mata Daigo terbuka dia berkultivasi saat menunggu Admiko dan Yuyi.
"Apa kalian akan melanjut kan perjalanan?" Tanya Daigo menoleh ke arah mereka.
"Benar Tetua waktu kami tidak banyak lagi" Jawab Yuyi.
"Sebelum kalian melanjut kan perjalanan, aku ingin bertanya tentang penglihatan kalian saat hendak menuju ruang ini?" Tanya Daiki penasaran.
Lalu Yuyi menatap Admiko.
"Saat hendak keruang ini kami memasuki alam halusinasi" Jawab Admiko.
"Halusinasi apa yang kalian lihat?" Tanya Daigo lagi.
"Istana termegah di dalam nya ada kedipan cahaya, sungai terbesar, mahluk yang belum pernah kami temui sebelum nya" Jawab Admiko.
"Nak!!, itu bukan Halusinasi" Ucap Daigo bersimpuh di hadapan Admiko dan Yuyi,
serta di ikuti oleh ribuan murid nya.
"Tetua apa yang Anda laku kan?" Tanya Admiko mendekati Daigo dan membopong nya untuk berdiri lagi.
"Kalian telah melihat Tempat Awal, tangga menuju ruang sebelas benar di buat di sebelah alam Eihewha, bertanda segel akan terbuka, gerbang dimensi ke segala alam akan terhubung lagi" Ucap Daigo mengalir kan air mata.
"Tetua kami tidak paham?" Ucap Yuyi.
"Suatu saat kalian akan mengerti" Jawab Daigo.
"Yang kalian butuh kan untuk menuju tempat selanjut nya hanya kekuatan tekad, dan kesabaran, kalian tidak perlu lagi takut pada Vormasi Tiga Belas Bidadari Surga" Ucap Daigo.
"Terimakasih Tetua mohon doa dan restu Tetua" Ucap Admiko dan Yuyi, lalu mereka melangkah menuju tangga.
"Semoga kalian termasuk dalam doa lindungan sang pengantar tulisan" Ucap Daigo menatap punggung mereka yang menghilang di balik vormasi.
...*******...
Sebuah pasukan berlambang phonix di saku mereka malam itu menelusuri segala kota Wuxian, beberapa hari ini mereka tidak pernah meninggal kan kota Wuxian Seperti mecari buronan.
Beberapa dari mereka telah mencapai tingkat Kultivasi Matahari Berlian Awal.
"Belum Tetua" Jawab seorang pemimpin pasukan berbicara lewat ponsel nya.
"Kalian harus menemukan Tuan putri. Bawa dia pulang ke Wuserhu sebelum berita pencarian ini sampai ke telinga Ibu Agung" Ucap tetua itu sangat tegas dalam ponsel nya.
"Baik, baik Ketua perintah akan kami selesaikan segera" Ucap pemimpin rombongan itu, bernama Yanishi dia gemetar ketakutan sambil mematikan ponsel nya.
"Cepat!!!, cari Tuan Putri sebelum Tuan Agung memenggal kita" Ucap Yanishi setengah teriak.
Ribuan Anggota terlatih di kirim ke Wuxian untuk mencari Yuyi, sebagian ada anggota penjaga perbatasan yang di perintah kan untuk mencari Yuyi, sudah beberapa hari ini mereka menelusuri setiap sisi dan sudut kota Wuxian, hanya Danau Pelangi yang belum mereka selami dan Bait Dewi Timur yang belum mereka naiki.
"Ketua,mungkin Tuan Putri masih dalam menara Bait Dewi Timur" Ucap seseorang pada yanishi.
"Ya, ya, mungkin Tuan Putri masih di sana" Jawab Yanishi manggut-manggut.
"Tetua lebih baik kita menunggu di gerbang Bait" Ucap salah satu anggota nya.
"Jangan, daerah bait mengandung segel dan vormasi, berlawanan dengan aura pembunuh yang berlebihan" Jawab Yanishi.
"Tetua aku rasa itu rumor yang di gadang-gadang kan" Ucap salah satu anggota nya.
"Jika belum di coba belum bisa kita mendapat ke pastian nya" Ucap anggota itu lagi.
Yanishi pun tertegun dan keyakinannya tentang cerita itu agak goyah, mendengar ucapan salah satu anggota nya ini.
"Benar juga belum di coba mana tau kepastian rumor itu, entah itu cerita bohong karangan, untuk melindungi Bait Dewi Timur dari dahulu" Ucap Yanishi dalam hati.
"Bagaimana Tetua?" Tanya anggota nya lagi.
"Baik ayo kita coba, aku yakin itu hanya berita bualan dan cerita bohong" Jawab Yanishi melangkah menuju daerah di mana Bait berdiri.
Hampir satu jam mereka berjalan kaki menuju tempat itu, karena membawa kendaraan tidak di izin kan saat sekarang ini. Sudah beberapa hari umat manusia belum berkurang juga di Wuxian Deping'an.
"Kalian tidak boleh masuk" Tegur pengawal gerbang itu pada rombongan Yanishi.
"Kenapa kami di larang?" Tanya salah satu anggota Yanishi.
"Yang di Izin kan cuma mereka yang memiliki pasangan" Jawab penjaga gerbang.
"Kami ada keperluan di dalam jangan halangi kami" Ucap Yanishi.
"Kami tidak menghalangi kalian, tapi kalian tidak mencukupi syarat" Ucap penjaga itu lagi.
"Kami muak dengan aturan tempat ini, bajingan dengan aturan nya!!" Ucap seorang anggota Yanishi.
"Apa kalian tidak mengenali lambang ini" Teriak salah satu anggota Yanishy menunjuk kan lencana phonix.
"Dari mana pun kalian siapa pun kalian, bagi kami sama?" Jawab penjaga gerbang itu tersenyum ramah.
"Jika kami tidak di Izin kan, kami akan menerobos masuk" Ucap salah satu dari mereka.
"Kami berdiri di sini bukan untuk keselamatan Bait dewi Timur, tapi hanya untuk keselamatan para tamu yang hadir, agar tidak celaka" Ucap salah satu dari penjaga gerbang itu.
Bersambung*******
