Namanya Laura, dia masih perawan, namun pekerjaannya ada di Lingkaran Setan.
Sebuah Club malam, yang mewah mau mempekerjakannya. Tugasnya memang sederhana, namun berat untuk di lakukan, Laura hanya akan duduk dan tidak di perbolehkan untul di sentuh oleh semua yang memesannya.
Tugas Laura, hanya akan menemani dan menuangkan Alkohol pada gelas para pria-pria beruang yang mencari kesenangan di Club Mewah tersebut. Mereka pun mendapatkan sebutan “Pelanggan Vip.”
Namun, tidak sedikit dari para pria kaya itu yang menginginkan Laura, karena Laura yang masih muda dan sangat cantik. Semua pria pun mabuk tergila-gila pada Laura bahkan sebelum minum mereka sudah mabuk dengan kecantikan Laura.
Pada akhirnya Laura akan membangkitkan Gangters-Gangster besar yang sudah lama bermusuhan dan melakukan gencatan senjata kembali memanas.
Di tambah dengan kebenaran asal usul Laura. Hingga membuat Laura harus menjadi budak nafsu untuk salah satu Ketua Gangster.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Newbee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 30
Aaron terus menyesap dan menyesap hingga pikiran Laura melayang dan kosong, Laura terjatuh dalam jurang yang tak berdasar dan tak bisa kembali.
Ini adalah pertama kalinya Aaron menyentuhnya dengan sangat lembut dan sensual, perbedaan sentuhan Aaron tentu saja membuat Laura berfikir bahwa apakah Aaron akan benar-benar berubah, apakah perubahan sikap itu semua semata-mata karena Aaron ingin memiliki anak darinya?
"Tok... Tok... Tok...!!"
"Nona Laura, ada telepon yang mencari anda." Kata pelayan mansion.
"Tok.. Tok... Tok..."
"Aah... Ada telepon katanya mencari saya..." Kata Laura sembari mendesahh.
"Biarkan saja.." Kata Aaron masih menjilat sana dan sini.
"Aaahhh.... Mhhh....Aahhh..."
Laura juga berfikir siapa yang akan mencari nya.
"Nona Laura, katanya namanya adalah Tuan Hensen, dia harus berbicara pada anda dan Tuan Aaron, karena ponsel Tuan Aaron tidak bisa di hubungi. "
"Tuan Aaron... Itu adalah Tuan Hensen." Kata Laura terengah.
"Ck!" Aaron kemudian berdiri dan meraih celananya.
Aaron pun berjalan keluar dan membuka pintu. Sang pelayan yang membawa telepon terkejut saat Aaron membuka pintu dengan wajah dingin.
Anak buah Douglas yang menjaga di belakang pun juga terkejut.
Aaron mengambil telepon itu tanpa ekspresi.
"Ya." Kata Aaron.
"Tuan, saya khawatir, ponsel anda tidak bisa di hubungi."
"Ponselku mati, lalu apakah karena itu kau menghubungiku, kau bukan pacarku, tapi anak buahku, akan ku bunuh kau."
Mendengar kalimat Aaron, semua bergidik.
"Tidak Tuan, tapi anda harus segera pulang."
"Kau gila? Laura bisa terkena Jetleg." Kata Aaron.
"Tapi ada banyak masalah di sini."
"Kau tidak bisa selesaikan sendiri?".
"Masalahnya adalah, nenek anda... Sedang ada di Mansion, dan Jarvies berada di Mansion juga membuat keributan, tak berapa lama Sheriff Norris membawa surat untuk menggeledah Mansion. Saya masih menahan Sheriff Norris di luar tapi, kemarahan nenek anda, saya tidak berani mendekat atau kepala saya yang akan terpenggal." Kata Aaron.
Seketika Aaron menutup matanya, dan alisnya mengerut.
"Aku akan pulang." Kata Aaron.
Kemudian Aaron mematikan telepon tersebut dan memberikannya pada pelayan
"BRRAAKKK!!" Aaron menutup pintu dengan keras membuat Pelayan tersebut terjingkat.
"Laura... Ganti pakaianmu, tak perlu mandi, tidak ada waktu, kita akan kembali ke Negara Mex."
"Saya? Kenapa?"
Aaron memakai jam tangannya dan melihat ke arah Laura dengan tatapan dingin dan wajah tanpa ekspresi, seketika Laura menciut dan ia pun turun dari ranjang, Laura mengerti saatnya ia kembali lagi ke Negara Mex dan menaiki pesawat lagi.
"Aku benci pesawat." Gumam Laura.
Laura berjalan ke walk in Closet dan mencari apakah ada baju yang pas untuknya, ternyata Douglas telah menyiapkan semua pakaian dan perlengkapan untuk cucunya yang paling di sayang, begitu sangat lengkap dengan make up dan segala macam keperluan wanita.
"Apakah, kakekku yang menyiapkan semua ini?" Laura pun membuka almari-almari secara perlahan.
Semuanya adalah pakaian dengan ukurannya. Laura kemudian mengambil pakaian casual merk Bucci dan memakainya. Rok berbahan satin yang lembut dan halus sebatas lututnya, Pas dan terlihat elegan serta cantik.
Kemudian Laura memakai make up sedikit, agar wajahnya tak terlihat pucat, setelah selesai ia pun keluar.
Saat itu Aaron yang berdiri sedang memeriksa senjatanya, ia melihat Laura keluar dan terlihat sangat cantik meskipun polesan make up itu tipis sudah membuat Laura bak bidadari.
Sekejab, Aaron tak berkedip, jantungnya langsung berdegup, namun ia sadar saat itu ia di kejar dengan waktu. Segera Aaron memasukkan pistolnya di pinggang dan menyambar jasnya.
"Tetap berjalan di sampingku dan jangan coba-coba melarikan diri." Ancam Aaron.
Mereka pun keluar dan para anak buah La Faye langsung sigap.
"Nona Laura anda berniat jalan-jalan?"
"Antar kami ke bandara, kami akan kembali ke Negara Mex." Kata Aaron.
"Apa!" Semua anak buah La Faye terkejut.
"Tidak bisa Tuan Aaron, Nona Laura harus tetap berada di sini." Kata anak buah tersebut.
"Ya? Kau bilang apa?" Tanya Aaron.
"Nona Laura adalah penerus La Faye, lagi pula anda tidak bisa membalas dendam pada Tuan Douglas dengan memenjara Nona Laura. Anda seharusnya malu pada diri anda. Meski Tuan Douglas adalah Tuan kami, tapi saya ingin mengatakan ini, anda sama saja dengan nya. Nona Laura adalah korban seperti adik anda. Saya tidak akan mengijinkan anda membawa Nona kami."
"SREEETT!!" Aaron mengambil pistolnya tanpa beban.
"DOORRR!!!" Dengan santai Aaron menembak kepala anak buah La Faye tersebut.
"AAAGGHHH!!!" Teriak Laura ketakutan dan menutup telinganya.
Kepala anak buah La Faye pecah dan isinya menyebar kemana-mana, sedangkan anggota yang lain merasa takut dan juga gemetar tak ingin menganggu Aaron.
"Masih ada yang ingin memberikan kata-kata mutiara?" Kata Aaron memegangi pistolnya yang berasap.
Laura sendiri langsung menutup mulut dan matanya, ia merasa mual dan ingin muntah, dadanya langsung terasa sangat sakit, begitu murah nyawa seseorang di tangan Aaron.
"Jika tidak ada lagi, antar kami ke bandara." Perintah Aaron santai.
Kemudian semua anak buah La Faye sigap membuka pintu mobil.
Laura pun juga masuk ke dalam mobil dengan gemetar dan menangis, ia tak menyangka selain kasar, arogan, dan kejam, Aaron juga seperti iblis pencabut nyawa.
Dalam perjalanan menuju bandara, Laura terus gemetar dan bahkan seperti menggigil kedinginan saking takutnya.
Tentu saja Laura takut, Aaron tak memiliki belas kasihan, dia juga gampang membunuh orang, jadi, Laura berfikir, Aaron pun juga bisa lebih mudah membunuhnya, karena Laura begitu lemah.
Mobil iring-iringan sampai di bandara, saat itu bandara sangat ramai dan padat, Aaron berdecak kesal.
Jika saja ia tidak sedang buru-buru, ia akan menerbangkan pesawat pribadinya, namun butuh waktu untuk mendatangkan pesawat pribadinya yang terparkir di bandara miliknya di Negara Mex, dan untuk menyewa pesawat pribadi di Kamboja pun butuh waktu pula karena mereka harus memaintance dulu pesawat tersebut.
Saat itu Lift pun begitu sesak, Aaron memilih masuk belakangan, setelah menunggu agak lama, Lift pun terbuka dan kosong, Aaron serta Laura masuk namun, baru saja masuk, ada rombongan manusia berdatangan dan berrebut masuk ke dalam lift.
Laura terdesak mundur, dan Aaron pun menarik tubuh Laura ke belakang tubuhnya sebelah kanan.
"BBRRUKK!!" Seorang wanita menubrukkan diri pada Aaron.
"Aduh maaf Tuan Tampan." Goda wanita itu.
Alih-alih Aaron menanggapi, ia justru melemparkan wajah dinginnya.
Saat itu Laura masih sangat takut mengingat kepala yang pecah di ingatannya, berkali-kali Laura merasa mual dan ingin muntah, Aaron pun tahu dan melihat wajah Laura sudah pucat. Sejak dalam perjalanan Aaron ingin membuat Laura melupakan kenangan itu.
Tangan kekar Aaron pun kemudian masuk ke dalam rok Laura, dan membelai bagian sensitif Laura. Aaron berharap, dengan itu pikiran Laura bisa teralihkan.
"Tu... Tuan.." Bisik Laura terkejut, bagaimana bisa Aaron menyentuhnya ketika mereka sedang berada di lift dan begitu banyak orang.
Perlahan jari besar Aaron masuk ke dalam sela underware dan masuk ke dalam lubang sensitif Laura.
"Haakk....!" Laura terkejut sekalipun merasa gemetar karena telunjuk Aaron yang masuk ke dalam sensitifnya dan bergerak-gerak tentu saja membuat Laura terangsaang.
Laura menelan ludahnya ketika jari Aaron makin masuk ke dalam, Laura juga menggigit bibirnya kencang, ia takut mendesaah di tengah banyak orang yang ada di dalam lift.
Kaki Laura sudah tak kuat berdiri, keringatnya mengucur, matanya kian sayu, tubuhnya hampir rubuh dan yang paling ingin Laura inginkan adalah pelukan Aaron.
Aaron terus memasukkan jarinya ke dalam dan terus menggerakkan telunjukknya di dalam bagian sensitif Laura.
Laura menyandarkan tubuh di dinding lift dan mencengkram lengan Aaron, kepalanya bersandar di punggung Aaron, Laura sudah tak tahan, cairan terus keluar membasahi jari Aaron.
"Tenanglah." Bisik Aaron.
Laura hanya mengumpat dalam hatinya, bagaimana ia bisa tenang sedangkan Aaron memprovokasi dan merangsanggmya seperti itu di tempat yang begitu banyak orang dan sangat sempit.
Bersambung~