"Sulit adalah kita, tapi kisah cinta ini hanya ada kita, aku dan kamu tanpa ada mereka."
-----------
Ketika melanjutkan jenjang pendidikan ke sebuah Universitas, Cheryl terpaksa mengikuti keinginan orang tuanya untuk tinggal di rumah Tantenya Diandra dan Gavin, suaminya. Awalnya Cheryl menolak karena sejak dulu dia sudah tertarik dengan Gavin yang di matanya terlihat sebagai sosok yang dewasa. Namun, karena paksaan dari keluarga, akhirnya Cheryl setuju untuk tinggal di rumah Diandra.
Gavin yang sejak dulu selalu menganggap Cheryl sebagai gadis kecil yang lucu, kini harus mengubah pola pikirnya saat melihat Cheryl yang kini tinggal bersamanya sebagai sosok yang dewasa. Kesibukan Diandra sebagai seorang model yang sering meninggalkan Gavin dan Cheryl dalam satu rumah semakin membuat keduanya semakin dekat, hingga suatu malam saat Diandra sedang menghadiri gelaran Paris Fashion Week, hubungan satu malam pun terjadi diantara Gavin dan Cheryl yang menjadi awal dari hubungan gelap me
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Weny Hida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Konsekuensi
Amara berjalan masuk ke kantor dengan langkah penuh percaya diri disertai senyum yang tersungging di bibirnya. Hatinya begitu bahagia saat melirik pada tote bag berbahan kulit warna hitam yang dia sampirkan di bahu kanannya. Dalam tote bag itu, sudah ada uang sebanyak lima miliar yang baru saja dia cairkan.
Awalnya dia memang meminta dua miliar pada Diandra. Tapi itu hanyalah untuk membayar hutang Diandra yang sudah merampas foto dan video Gavin yang sedang bermesraan dengan Cheryl. Sedangkan untuk menutup mulut perselingkuhan Diandra dan Alex, dia meminta imbalan sebesar tiga miliar. Jadi, hari ini dia mendapatkan uang sebanyak lima miliar hasil memeras Diandra dan Alex. Ya, Diandra memang meminta bantuan Alex karena tentu saja dia tak mau rugi menutup mulut Amara menggunakan uang pribadinya sendiri. Saat sudah ada di depan ruang kerja Gavin, tampak Amara mendekat pada salah seorang staf.
"Apa Pak Gavin ada di dalam?"
"Tidak, dia pergi sejak tadi pagi."
"Pergi sejak tadi pagi?"
"Iya. Tadi Pak Gavin juga menanyakan keberadaanmu, Amara."
"Oh baiklah kalau begitu, aku hubungi Pak Gavin saja. Aku ada perlu dengan Pak Gavin."
Diandra kemudian mengambil ponselnya, untuk menghubungi Gavin.
****
"Om, apa di rumah masih banyak orang?"
"Masih Cheryl, bukankah mereka baru pulang besok setelah pesta ulang tahun Frizz nanti sore?"
"Lalu, kalau aku ada di sini, aku harus ngomong apa ke mereka, Om? Apa mereka ga curiga tiba-tiba aku nggak ada di rumah?"
"Bilang aja kamu ada kegiatan kampus mendadak, Sayang. Nanti kamu kirim aja foto-foto kamu pas acara kegiatan malem di kampus beberapa hari yang lalu."
"Apa mereka nggak curiga, Om?"
"Nggak mungkin Cheryl. Lagipula, mereka pasti juga lebih fokus ke Frizz sama Diandra kan?"
Cheryl pun menganggukkan kepalanya. "Tapi aku takut Om, kayaknya Tante Diandra udah tahu kita pacaran deh."
"Kenapa kamu ngomong gitu?"
"Keliatan aja, Om. Kalo ada aku pasti Tante Diandra langsung bersikap romantis ke Om."
Gavin pun tersenyum. "Biarkan saja, cepat atau lambat, semua orang juga pasti tahu, Cheryl."
"Aku juga curiga yang nyebarin foto-foto kita Tante Diandra, Om."
"Diandra? Tapi darimana Diandra bisa mendapatkan foto-foto itu Cheryl?"
"Emh, mungkin saja dari Amara, Om. Waktu kita ke Lombok, tatapan Amara aja penuh kecurigaan! Om aja yang ga merhatiin. Bisa aja kan Amara ngasih foto-foto itu ke Tante Diandra buat cari keuntungan, uang misalnya. Om kan pernah cerita kalo Amara itu matre."
Gavin pun mengerutkan kening. "Mungkin kau benar Cheryl, bisa jadi seperti itu. Kalau begitu aku harus bertemu dengan Amara!" geram Gavin sambil mengepalkan tangannya. Di saat itulah tiba-tiba ponsel Gavin pun berbunyi. Gavin kemudian mengangkat panggilan telepon itu dan melihat nama Amara di layar ponselnya.
"Amara, Cheryl."
"Angkat, Om."
[Halo Amara, kau ada dimana? Sejak tadi aku menghubungimu, tapi kau tidak menjawab panggilan dariku.]
[Oh, maaf Pak. Saya sedang ada urusan. Saat ini saya sudah ada di kantor Pak Gavin. Emh begini, sebenarnya ada sesuatu yang ingin saya bicarakan dengan anda, Pak Gavin.]
[Oh bagus, aku juga ingin bicara denganmu, Amara. Kau tunggu aku di kantor!]
[Iya Pak Gavin.]
Gavin kemudian menutup panggilan telepon itu, lalu menatap Cheryl. "Cheryl, aku pergi ke kantor dulu. Amara sedang menungguku."
"Iya Om, tapi Om aku takut. Aku takut kalau Tante Diandra sudah tahu hubungan kita, bagaimana aku..."
Cheryl tak melanjutkan perkataannya. "Aku tahu itu, Cheryl. Setelah kau keluar dari rumah sakit, kita pindah ke apartemen milikku yang sudah lama tak kupakai. Biasanya apartemen itu kusewakan tapi sekarang sudah kosong."
"Pindah apartemen, Om?"
"Ya, pindah apartemen lalu kau urus surat cutimu di kampus. Kau sedang hamil, Sayang. Kau harus bahagia dan tidak boleh berfikir yang tidak-tidak, apalagi hidup bersama Diandra. Pasti berat bagimu, kan?"
Cheryl pun menganggukkan kepalanya. "Lalu apa yang harus kukatakan pada Tante Diandra?
"Aku akan mengatakan semua ini pada Diandra."
"Tapi Om..."
"Cepat atau lambat semua orang juga tahu, Cheryl. Dan kita harus siap menghadapi semua konsekuensi itu. Saat kita jatuh cinta, kita pun harus berani menanggung resikonya. Apalagi hubungan kita tidaklah biasa, kita harus siap dengan semua konsekuensinya. Meskipun semua orang menghina kita, meskipun seluruh dunia membenci kita, aku tetap akan mempertahankan hubungan ini, Cheryl. Aku hanya minta tutup kupingmu saat semua orang menghina kita, tutup matamu saat melihat kebencian di mata mereka. Biar aku saja yang menghadapinya. Saat ini, kau sedang hamil. Kau tidak perlu memikirkan hinaan dan kebencian itu, yang harus kupikirkan hanyalah kehamilanmu saja. Kau ingat kan kata-kataku? Hubungan ini memang sulit, karena sulit adalah kita. Tapi ini kisah kita, cukup aku dan kamu, tanpa ada mereka."
Cheryl pun menganggukkan kepalanya, diiringi air mata yang mulai keluar dari kedua sudut matanya. "Om... "
Gavin kemudian menarik tubuh Cheryl ke dalam pelukannya. "Aku pergi dulu, Sayang. Aku akan menyelesaikan semuanya, tunggu aku di sini."
"Iya Om."
Gavin mengecup puncak kepala Cheryl, lalu melepaskan pelukannya, kemudian keluar dari ruang perawatan tersebut. Sedangkan Cheryl menatap kepergian Gavin sambil menghembuskan nafasnya.
"Aku tahu konsekuensinya, mencintaimu adalah bertaruh hati yang kusengaja. Aku tahu ini sulit, karena sulit adalah kita, tapi ini kisah cinta kita, aku dan kamu, tanpa ada mereka."
***
Bianca tampak menyenderkan tubuhnya pada sofa di ruang tengah rumahnya saat melihat sebuah laporan transaksi keuangan berupa transfer sejumlah uang dengan nominal sebesar tiga miliar dari rekening pribadi milik Alex.
"Tiga miliar untuk apa Alex mengeluarkan uang sebanyak ini?"