Dendam Anak Mafia

Dave dan Lee sudah bersiap untuk pergi ke Mesiko mengawal Fernandez. Kali ini juga penjagaan lebih ketat untuk pergi ke bandara meski malam hari. Justru di malam hari mereka semakin banyak untuk memata-matai Fernandez.

Tidak tanggung-tanggung, lima mobil yang mengawal Fernandez. Satu mobil berisi empat orang, jadi jika di hitung ada dua puluh orang. Belum di mobil Fernandez sendiri ada Lee dan Dave. Keduanya juga sudah siap dengan perlengkapan senjatanya.

"Jam berapa kita berangkat?" tanya Dave.

"Sebentar lagi, tuan Hugo ada pemilik saham baru kasino ini." kata Lee.

"Ooh, ya. Terus, apakah di Meksiko juga tuan Hugo punya kasino juga?" tanya Dave lagi.

"Di Meksiko dan di Las Vegas lebih besar dari ini. Makanya saham kasino di Makau dia lepas sebagian, tapi tidak mau melepasnya pada kelompok Morata dan Hwua Cheng. Makanya mereka mengamuk dan selalu membuat ulah, seperti tadi siang dua orang suruhan Hwua Cheng." kata Lee menjelaskan lebih panjang.

"Ehmm, persaingan di kasino di Makau ternyata seperti itu."

"Tidak hanya di Makau Dave, tuan Hugo memang banyak musuhnya. Mungkin karena dia tidak mau bermain dan menjual narkoba. Sebagian besar pemilik kasino itu sambil berbisnis narkoba dan juga prostitusi. Dan kamu lihatkan di kasino tuan Hugo? Tidak ada pendamping perempuan di mana setiap permainan kasino itu selalu saja ada wanita yang mendampingi. Bisa karena dia itu untuk menggoda atau merayu untuk terus bermain."

"Aneh ya, setahuku setiap kasino selalu tidak jauh dengan narkoba juga wanita." kata Dave heran.

"Saya tidak tahu, padahal bisnis narkoba dan juga wanita panggilan itu menguntungkan banyak." kata Lee.

Dave diam, dia mencerna apa yang di katakan Lee. Dave juga tiba-tiba mengingat kakaknya dulu, di perkosa secara beramai-ramai oleh anak buah Javier. Tangan Dave mengepal dan giginya bergemeretuk jika mengingat masa lalu keluarganya yang di bunuh.

Lee memperhatikan apa yang di lakukan Dave, dia melihat wajah Dave menegang dan tangan mengepal. Lee mencoba memegangi pundak Dave, dan Dave memejamkan matanya.

"Dave, kamu baik-baik saja?" tanya Lee heran.

"Ya, aku baik-baik saja." jawab Dave.

"Apa yang kamu pikirkan Dave?"

"Tidak. Hanya mengingat sesuatu yang buruh pernah terjadi padaku di masa kecil." jawab Dave.

"Owh begitu. Maaf kalau ceritaku membuatmu ingat hal yang buruk di masa kecil." kata Lee.

Meski dia heran, kenapa Dave bisa ingat masa lalu yang buruk dengan dia bercerita tentang bisnis tuan Fernandez Hugo. Apa ada kaitannya kah, sehingga dia sampai mengingat hal buruk itu?

"Dave, Lee. Cepat bersiaplah. Tuan Hugo akan segera pergi" kata Pedro membuyarkan lamunan Lee tentang Dave juga Dave ingat pada masa lalunya.

"Baik tuan Pedro." ucap Lee dan Dave.

Mereka pun segera bersiap, senjata api sudah di masukkan ke dalam kantong di balik jasnya. Juga beberapa peluru cadangan sudah di masukkan ke dalam kantong celana. Dave juga membawa senjata kecil, jika itu di perlukan. Headphone kecil terpasang untuk mendengar perintah dan juga memberitahu yang lain.

Lee juga sudah siap, dia menghampiri Dave yang juga sama siapnya untuk pergi ke Meksiko mengawal Fernandez Hugo. Keduanya pun masuk ke dalam ruangan kantor menjaga Fernandez di depan pintu. Fernandez pun keluar, dia juga sudah siap dengan tas kerjanya.

Dia berjalan di susul Dave dan Lee di belakang. Sikap siaga Dave dan Lee selalu di terapkan meski masih di dalam gedung. Kini mereka masuk lift dan menekan tombol turun, ketiganya akan di kawal lagi nanti di luar. Mobil pengawal dan mobil Fernandez pun sudah ada di depan.

"Masuklah tuan Hugo." kata Pedro setelah mereka berada di depan mobil.

Semua siaga, siapa tahu ada pengintai da akhirnya menyerang Fernandez secara tiba-tiba. Setelah masuk ke dalam mobil, semua aman terkendali. Pedro menyuruh Lee secepatnya berangkat ke bandara, karena Fernandez Hugo menaiki jet pribadinya.

Iring-iringan mobil itu segera meluncur ke bandara, setiap anak buah Fernandez siap mengarahkan senjatanya jika ada serangan mendadak. Tapi, sampai di bandara ternyata tidak ada penyerangan. Mereka sampai di bandara dengan selamat.

Fernandez Hugo naik pesawat pribadi yabg sudah siap untuk mengangkutnya bersama Lee dan Dave, bodyguard kepercayaannya. Dia sangat tenang jika sudah ada kedua bodyguardnya itu. Dave masuk di susul Lee, mereka duduk di belakang Fernandez.

Pedro hanya mengantar sampai di dalam pesawat, setelah bosnya duduk dengan nyaman dia pun pergi. Tapi sebelumnya dia berpesan pada Lee agar menjaga Fernandez setelah sampai di Meksiko.

"Jaga tuan Hugo, Lee. Kamu kasih tahu Dave agar dia tetap bersiapa setelah sampai di Meksiko. Karena di sana juga musuh tuan Hugo juga banyak, kemungkinan merek tahu kalau tuan Hugo datang." kata Pedro.

"Ya tuan, saya dengan Dave akan bersiaga." kata Lee.

"Baiklah, kalian istirahat bergantian saja." kata Pedro.

"Biarkan mereka istirahat, Pedro. Ini di pesawat, siapa yang akan menyerang aku." kata Fernandez pada Pedro.

"Ya tuan, baiklah."

Pedro pun akhirnya turun setelah dia memberi pesan pada Lee dan Dave. Fernandez Hugo menyuruh Dave dan Lee beristirahat jika mereka lelah dan mengantuk. Yang ikut di pesawat itu juga banyak pengawalnya selain Lee dan Dave.

"Kita berangkat tuan Hugo." kata pilot pada Fernandez.

"Ya."

Lalu pilot pun segera mengemudikan pesawatnya secara pelan lebih dulu untuk bersiap lepas landas menuju bandara internasional di Meksiko. Lee dan Dave tetap bersiaga meski di dalam pesawat jet pribadi, karena seorang bodygyard harus dalam keadaan siap siaga jika sedang bersama bosnya.

_

_

_

♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤