NovelToon NovelToon
Transmigrasi Menjadi Gundik

Transmigrasi Menjadi Gundik

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Fantasi Wanita / Era Kolonial
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: indah yuni rahayu

Kembali hidup setelah dirinya mati terbunuh. Itulah yang dialami gadis jenius bisnis bernama Galuh Permatasari. Ia bertransmigrasi ke era kolonial menjadi seorang gundik dari menheer tua bernama Edwin De Groot. Di era ini Galuh bertubuh gendut dan perangainya buruk jauh dari Galuh yang asli.

Galuh memahami keadaan sekitarnya yang jauh dari kata baik, orang - orang miskin dan banyak anak kelaparan. Untuk itu ia bertekad dengan jiwa bisnisnya yang membludak untuk mengentaskan mereka dari keterpurukan. Memanfaatkan statusnya yang sebagai Gundik.

Disaat karirnya berkembang, datanglah pemuda tampan yang tidak lain adalah anak dari menheer tua bernama Edward De Groot. Kedatangannya yang sekedar berkunjung dan pada akhirnya jatuh cinta dengan gundik sang ayah.

Lantas, bagaimana kisah kelanjutannya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siapa Kamu ?

"Tuan, Anda sudah tiba di pelabuhan." seseorang membangunkannya.

"Ah, terima kasih, aku sudah tiba," kata Edward sambil menggosok mata yang masih lelap. "Di mana bawaanku?" tanyanya sambil melihat sekeliling.

"Sudah disiapkan di kereta kuda, Tuan. Saya akan membantu Anda," jawab orang itu sambil mempersilakan Edward untuk berjalan menuju kereta kuda.

Edward mengangguk dan mengikuti orang itu, sambil menikmati udara laut yang segar dan suara burung camar yang berterbangan di atas pelabuhan. Setelah perjalanan panjang, akhirnya dia tiba di Hindia Belanda, tempat baru yang penuh dengan tantangan dan kesempatan.

Edward adalah seorang pemuda tampan dan berpendidikan tinggi, dengan wajah yang tegas dan mata biru yang tajam. Rambutnya yang coklat kemerahan tersisir rapi, menambah kesan elegan pada dirinya. Dia memiliki tinggi badan yang ideal dan postur tubuh yang atletis, menunjukkan kesan kuat dan percaya diri. Pakaian yang dia kenakan juga menunjukkan kesan elegan dan berkelas, sesuai dengan statusnya sebagai pejabat kolonial. Namun, dibalik penampilannya yang tampan dan elegan, Edward memiliki kepribadian yang kompleks dan masih dalam proses pembentukan. Sebagai pejabat baru di pemerintahan kolonial, Tuan Edward memiliki tekad untuk membawa perubahan dan kemajuan di daerah ini. Namun, dia juga sadar bahwa tantangan yang menantinya tidak akan mudah.

Edward adalah residen baru di daerah Jawa. Sebagai asisten residen, Tuan Edward akan membantu residen dalam menjalankan pemerintahan di daerah tersebut. Tugasnya termasuk mengawasi administrasi, mengelola keuangan, dan memantau keamanan. Dia juga akan berinteraksi dengan masyarakat lokal untuk memahami kebutuhan dan permasalahan mereka. Dengan latar belakang pendidikannya dan pengalamannya di Belanda, Tuan Edward memiliki pandangan yang progresif tentang bagaimana mengelola daerah ini, tetapi dia juga harus beradaptasi dengan realitas sosial dan politik.

.

.

Nyai Galuh sedang menyirami tanaman di halaman, ia terkejut saat melihat seorang pria muda tampan dengan pakaian elegan berdiri di depan rumahnya. "Selamat pagi, saya Edward," kata pria itu dengan sopan.

Nyai Galuh sedikit terkejut dan tidak menyangka bahwa tamu yang datang adalah orang Belanda. "Selamat pagi, Tuan. Apa yang bisa saya bantu?" tanya Nyai Galuh dengan sedikit waspada.

Edward tersenyum dan menjelaskan bahwa dia baru saja tiba di daerah itu dan ingin berkenalan dengan penduduk lokal. Nyai Galuh sedikit ragu, tapi kemudian mengundangnya untuk masuk dan berbicara lebih lanjut. Tanpa menyadari, Nyai Galuh sedang berinteraksi dengan anak laki-laki yang tidak pernah dia kenal sebelumnya.

Nyai Galuh memanggil Kamini, "Kamini, tolong suguhkan minuman untuk tamu kita."

Kamini yang sedang sibuk di dapur segera menghampiri Nyai Galuh. "Ya, Nyai. Apa yang harus saya suguhkan?" tanya Kamini.

"Tolong suguhkan teh panas dan beberapa kue kering. Dan pastikan semuanya rapi," jawab Nyai Galuh.

Kamini mengangguk dan segera menuju dapur untuk menyiapkan pesanan Nyai Galuh. Setelah beberapa saat, Kamini kembali dengan nampan yang berisi teh panas dan kue kering.

"Terima kasih, Kamini," kata Nyai Galuh sambil mengambil nampan dari Kamini. Kamini membungkuk sedikit dan kembali ke dapur, meninggalkan Nyai Galuh untuk menyuguhkan minuman kepada tamu.

Wilda memasuki pintu ruang tamu dan terkejut melihat putranya, Edward, duduk di sofa. "Edward! Kamu sudah tiba! Kenapa tidak memberitahu aku?" tanya Wilda dengan senyum lebar.

"Ibu, aku baik-baik saja. Perjalanan cukup panjang," jawab Edward sambil melepaskan pelukan ibunya. Wilda memperhatikan ekspresi anaknya yang terlihat lelah dan khawatir. "Apa yang terjadi, anakku? Kamu terlihat lelah. Apakah ada sesuatu yang tidak beres?" tanya Wilda dengan penuh perhatian. Edward hanya menggelengkan kepala, tidak ingin membicarakan tentang perasaannya terhadap Nyai Galuh. "Tidak ada, Ibu. Aku hanya butuh istirahat," jawab Edward singkat. Wilda mengangguk mengerti dan membiarkan anaknya beristirahat. Namun, dia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan anaknya.

Edward berdiri dan memeluk ibunya. "Mami, aku ingin memberikan kejutan," jawab Edward sambil tersenyum.

Wilda tersenyum dan membalas pelukan anaknya. "Aku sangat merindukanmu, anakku," kata Wilda dengan penuh kasih. Saat itu, Nyai Galuh memperhatikan interaksi antara Wilda dan Edward, dan dia mulai menyadari sesuatu.

Edward merasa terkejut dan tidak percaya saat mengetahui bahwa Nyai Galuh adalah gundik ayahnya. Dia pernah mendengar rumor tentang ayahnya yang memiliki gundik di Jawa, tapi dia tidak pernah membayangkan bahwa wanita itu adalah Nyai Galuh. "Jadi, wanita ini adalah gundik Ayah," pikir Edward dalam hati. Dia merasa tidak nyaman dan tidak tahu bagaimana harus bereaksi, dia merasa tidak nyaman dengan status Nyai Galuh sebagai gundik ayahnya. Apapun alasannya, Edward tidak bisa menyembunyikan rasa tidak sukanya terhadap Nyai Galuh.

Dia mencoba untuk bersikap sopan dan profesional.

"Ibu, aku baik-baik saja. Perjalanan cukup panjang," jawab Edward sambil melepaskan pelukan ibunya.

Wilda memperhatikan ekspresi anaknya yang terlihat lelah dan khawatir.

"Tidak ada, Mami. Aku hanya butuh istirahat," jawab Edward singkat. Wilda mengangguk mengerti dan membiarkan anaknya beristirahat. Namun, dia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan anaknya.

Edward baru saja pulang, ia terkejut melihat anaknya. Edwin tersenyum melihat putranya, Edward, yang baru saja tiba. "Anakku! Selamat datang kembali," kata Edwin dengan hangat. Namun, dia tidak menyadari bahwa Nyai Galuh berdiri di sampingnya, dan ekspresi Edward berubah menjadi tidak nyaman saat melihatnya. Edwin memperhatikan perubahan ekspresi Edward dan merasa sedikit bingung. "Apa yang salah, anakku?" tanya Edwin.

"Siapa dia, Papi ?" tanya Edward dengan suara berbisik.

"Nyai Galuh," Edwin ikut berbisik. Edwin tidak mendesak dan membiarkan Edward bersama Wilda menuju tempat istirahat.

Nyai Galuh tidak menyangka bahwa pria muda tampan yang baru saja dia temui itu adalah anak Edwin. "Ayah dan anak, rupanya," pikir Nyai Galuh dalam hati. Dia merasa sedikit tidak nyaman dan tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Apakah dia harus menyambut Edward sebagai anak tuan rumah, ataukah dia harus menjaga jarak karena hubungan nya dengan Edwin? Nyai Galuh memutuskan untuk tetap tenang dan profesional.

Edward merebahkan dirinya di tempat tidur, merasa lelah setelah perjalanan panjang. Dia menutup mata dan mencoba untuk merenungkan semua yang telah terjadi. "Jadi, Ayah memiliki gundik di Jawa... dan itu Nyai Galuh," pikir Edward dalam hati. Dia masih tidak bisa menerima kenyataan itu. Setelah beberapa saat, Edward merasa sedikit lebih tenang dan memutuskan untuk beristirahat. Dia tidak ingin memikirkan tentang hal itu lagi, setidaknya untuk sementara waktu. Dengan napas yang lebih dalam, Edward akhirnya tertidur.

Wilda memanggil pembantu, "Kamini, tolong siapkan makanan untuk Edward. Dia pasti lapar setelah perjalanan panjang."

Kamini mengangguk dan segera menuju dapur untuk menyiapkan makanan. "Saya akan siapkan makanan kesukaan Tuan Edward, Nyonya," kata Kamini. Wilda mengangguk puas dan kembali ke ruang tamu untuk menemani suaminya, Edwin.

Sementara itu, di kamar, Edward masih terbaring di tempat tidur, mencoba untuk memproses semua yang telah terjadi. Tapi suara-suara di luar kamar membuatnya sadar bahwa dia memang lapar. Bau makanan yang lezat mulai tercium dari luar kamar, membuat perutnya semakin lapar.

1
Yusni
mengerikan jmn belanda dulu ...semoga galuh bisa membantu kaum pribumj
Yusni
kapok edwin...hhhrhrhf
Yusni
menunggu aksi galuh yg bikin org melonggo..buat galuh jg nelayani sii edwin thor
Yusni
mgk galuh akan bukin kejutan lainnya
Kam1la
terima kasih, tolong dukungan nya...😍
Yusni
jg smpe ngk tamat thor..asliiii ceritanya kerennnnnnn
Yusni
tambah apik ceritanya
Yusni
suka cerita seperi ini....semangat thor
Yusni
keren ceitanya tpi kok sepi yg baca ...
Yusni
mampir baca semoga semakin menarik
Kam1la
selamat datang reader, semoga terhibur dengan cerita tentang nyai Galuh. sekian lama up, belum ada komentar nih dari kalian. Yuk, dukung terus author tercinta ini dengan memberi like, subscriber, hadiah dan yang paling ditunggu komentar kalian.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!