Rumah tangga Candramaya dan Krisna mulai ditimpa badai, saat Krisna mengalami kecelakaan hingga membuatnya lumpuh dan kehilangan pekerjaan.
Candramaya terpaksa menjalani tugas sebagai tulang punggung keluarga. Untung saja Candramaya mempunyai pekerjaan di sebuah perusahaan yang bergerak dalam bisnis retail, sehingga urusan keuangan keluarganya sementara masih bisa ia handle.
Masalah mulai muncul, ketika Candramaya dipertemukan kembali dengan Alvin, cinta pertamanya di masa SMA yang kini menjadi bos baru di kantor dia bekerja. Tanpa Candramaya sangka, ternyata Alvin masih memendam rasa cinta kepadanya.
Akankah Candramaya bertahan dengan cintanya pada Krisna, atau dia justru terbuai oleh kisah masa lalunya dengan Alvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon REZ Zha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 - Tak Menggoyahkan Rasa Cinta
Ketika jam besuk, beberapa rekan kerja Krisna datang menjenguk, ingin mengetahui kondisi Krisna saat ini. Ada sekitar enam orang rekan kerja Krisna yang saat ini berkumpul mengelilingi brankar Krisna.
"Gimana bisa terjadi kecelakaan, Kris? Kamu 'kan orangnya hati-hati banget kalau bawa kendaraan." Udin, salah seorang mekanik bertanya penyebab Krisna mengalami musibah kecelakaan lalu lintas.
"Ada mobil yang nyalip dari depan, Din. Nggak sempat menghindar, tiba-tiba saja langsung bertabrakan dan bikin aku nggak sadar." Krisna sedikit menceritakan kejadian yang dialami semalam.
"Biaya rumah sakit di cover kantor nggak, Mas Kris?" Lucky, sales marketing dealer bertanya soal biaya rumah sakit.
"Nggak bisa, Mas. Katanya karena kecelakan di luar jam kantor dan bukan sedang bertugas, jadi nggak bisa kasih surat keterangan sedang dinas semalam." Candramaya yang memberikan jawaban.
"Yaelah, tinggal bilang saja sedang bertugas. Toh, yang bayar uang rumah sakit bukan pihak kantor. Lagian ada atau nggak ada kecelakaan, pihak kantor tetap membayar iurannya, kan?" Sandy, rekan mekanik yang lain mengkritik sikap pimpinan perusahaan yang tidak mau membantu meringankan biaya yang dibutuhkan oleh Krisna.
"Kemarin pak bos nggak ada di tempat, cuma ada bininya doang. Mungkin kalau bos yang menerima bisa ada kebijakan dari pihak kantor, Kris. Coba aja bicara sekali lagi sama bos." Udin menyarankan supaya Candramaya menemui bos langsung.
"Percuma, Din. Bos sama bininya nggak beda jauh," sanggah Sandy, menganggap akan sia-sia meminta bantuan bosnya.
Candramaya menghempas nafas panjang. Dia juga enggan menginjakkan kaki lagi ke tempat kerja sang suami. Apalagi jika bertemu istri bos yang kata-katanya bikin sakit hati.
"Terus pihak yang tabrak kamu gimana nasibnya, Kris?" tanya Udin lagi, hanya tiga orang saja yang berinteraksi, tiga lainnya hanya mendengarkan saja.
"Driver mobil box meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit, Mas. Kami juga belum ada interaksi sama pihak sana. Aku dapat info itu dari polisi," jawab Candramaya.
"Yang penting kamu nggak di posisi yang salah, Kris. Harusnya bisa diselesaikan dengan kekeluargaan. Pihak sana ada yang meninggal, kamu juga jadi korban sampai patah tulang paha." Udin berusaha membesarkan hati Krisna dan Candramaya agar tidak terbebani dengan urusan keluarga dari pihak korban lainnya.
"Semoga aja, Mas. Pusing kalau harus urusan lagi," sahut Candramaya.
"Oh ya, ini ada sedikit dari teman-teman, Kris. Nggak banyak, tapi lumayan aja buat pegangan." Udin menyodorkan amplop berisi uang sumbangan dari rekan-rekan kerja Krisna.
"Makasih, ya. Tolong sampaikan terima kasih buat yang lain." Krisna lalu menyuruh Candramaya untuk menerima uang dari rekan kerjanya tadi.
"Assalamualaikum ..." Pintu ruangan kamar rawat Krisna terbuka bersamaan dengan kemunculan Diana dengan Donny, suami Diana.
"Waalaikumsalam ..." sahut semua yang ada di ruangan itu.
"Oh, lagi ada yang besuk, ya?" Melihat di kamar itu banyak orang, Diana dan Donny kembali menarik langkahnya.
"Masuk aja, Mas, Mbak! Gantian kita yang di luar," ujar Sandi mengajak rekan-rekannya bergantian memberi kesempatan pada pembesuk yang lain.
"Nggak usah, Mas. Aku temui di depan saja." Candramaya yang mengalah menerima temannya di luar, karena mungkin ada yang ingin dibicarakan rekan-rekan Krisna pada sang suami. "Mas, aku temui Diana dulu." Dia juga berpamitan pada suaminya.
Setelah Krisna menganggukkan kepalanya, Candramaya keluar kamar menemui Diana.
"May, aku turut prihatin atas musibah yang menimpa Mas Krisna." Diana memeluk Candramaya, sebagai bentuk dukungan pada Candramaya yang sedang tertimpa musibah.
"Makasih, Dy," sahut Candramaya lalu duduk di kursi tunggu stainless yang terdiri dari empat kursi.
"Jadi semalam Mas Krisna lama nggak datang-datang itu karena kecelakaan, May?" tanya Diana teringat semalam Candramaya senewen menunggu Krisna yang tak kunjung tiba.
"Iya, Dy. Kaget banget aku dengarnya, sampai lemas," sahut Candramaya dengan mendengus, seolah menghilangkan beban yang terasa berat ia pikul saat ini.
"Kamu yang sabar, May." Diana mengusap punggung Candramaya, turut berempati atas kecelakaan yang dialami Krisna. Dia dapat mengerti perasaan Candramaya yang pastinya campur aduk tak karuan. Guratan kelelahan pun tampak pada wajah teman sekantornya itu.
"Oh ya, Dy. Bu Sari titip uang bayaran aku MC kemarin nggak?" Candramaya sempat menghubungi panitia acara event kemarin, meminta fee dia sebagai MC diambil lebih cepat.
Candramaya memang sering didapuk sebagai pembawa acara, hampir di setiap event yang diadakan mall tempat Candramaya bekerja. Selain karena Candramaya mempunyai paras cantik dan menarik, public speaking yang baik juga mudah menguasai panggung dan tentu saja lebih murah bayarannya dibanding mesti menyewa MC lain.
"Iya, ini. Tadi Ibu Sari titip ini." Diana mengeluarkan amplop dari tote bag-nya.
"Thanks, Dy. Lumayan buat ongkos bensin pulang pergi." Candramaya menerima amplop dari Diana.
"Kondisi Mas Krisna gimana setelah operasi, May?" tanya Diana mulai fokus menanyakan kondisi Krisna.
"Dokter bilang mesti rajin terapi agar cepat pulih." Candramaya mendapat info dari papanya soal kondisi Krisna. Tak sepenuhnya papanya itu menjelaskan jika Krisna mungkin akan memakan waktu yang tidak sebentar untuk pemulihan.
"Berarti Mas Krisna sementara cuti kerja dulu?" tanya Diana lagi.
"Ya, seperti itulah," balas Candramaya.
"Tapi, pihak kantor Krisna bantu biaya rumah sakit kan, May?" Donny ikut bicara, sebelumnya dia hanya mendengar percakapan istrinya dengan Candramaya.
"Boro-boro, Mas. Malah ngomongnya nggak enak banget, bikin nyelekit hati." Kepada Donny dan Diana, Candramaya menceritakan perlakuan tidak mengenakan pihak pimpinan dealer di mana Krisna bekerja.
"Kok gitu? Memang nggak ada kebijakan dari pihak perusahaan sama sekali, meskipun bukan dalam jam tugas?" Donny heran dengan sikap yang diambil bos Krisna.
"Entahlah, Mas. Aku juga nggak ngerti." Candramaya mengedikkan bahunya. Karena dia sudah terlanjur kecewa dengan sikap bos Krisna.
***
Setelah waktu besuk usai dan orang yang menengok Krisna pergi, Candramaya membuka isi amplop dari orang-orang yang datang menjenguk suaminya. Baik-baik teman kerja Krisna, teman kerjanya, juga dari tetangga seputar komplek perumahan yang tadi datang membesuk, termasuk pak RT dan bu RT.
Sementara Pak Arifin memilih beristirahat di teras musholah yang ada di lingkungan rumah sakit selepas melaksanakan salat Isya.
"Dari teman-teman Mas satu juta." Candramaya memperlihatkan uang yang ia keluarkan dari Amplop yang diberikan oleh Udin tadi. Uang itu sumbangan dari rekan-rekan kerja Krisna.
"Simpan saja buat pegangan, Yank," jawab Krisna, "Besok tanya ke administrasi, sudah berapa tagihannya sama operasi?" Sama seperti Candramaya, Krisna pun memikirkan masalah biaya, jika sampai tagihan rumah sakit tidak tercover semuanya oleh Jasa R4harja.
"Yang pasti nggak tercover semua sih, Mas. Soalnya biaya operasinya saja sekitar dua puluh sampai tiga juta. Tabungan kita cuma ada tiga belas jutaan. Papa tadi bilang suruh pakai uang simpanan papa lima juta. Seandainya masih kurang, nggak ada jalan lain, mungkin aku akan mengajukan kasbon ke kantor." Jalan terakhir yang bisa Candramaya tempuh adalah mengajukan pinjaman uang ke kantornya, yang akan ia cicil setiap bulan.
"Nanti aku jangan lama-lama di sini, Yank. Kalau kakinya sudah nggak terasa nyeri, sebaiknya aku pulang saja." Tak ingin membebani istrinya dengan tagihan rumah sakit yang membengkak, Krisna memutuskan untuk cepat pulang dari rumah sakit.
"Tapi, kondisi Mas belum pulih, lho!" Candramaya khawatir, jika lepas dari pengawasan tenaga medis, kondisi Krisna justru akan memburuk.
"Tapi kalau kelamaan di sini biayanya membengkak, Yank. Sementara aku sendiri belum bisa bekerja." Krisna beralasan kenapa ia ingin segera meninggalkan rumah sakit.
Candramaya menyimpan uang ke dalam dompetnya kemudian memasukkannya ke dalam tas dan menaruhnya di laci nakas.
Kemudian ia membaringkan tubuhnya di tepi brankar Krisna dengan posisi menghadap sang suami.
"Semoga kita bisa melewati ini dengan baik, Mas. Semoga Mas juga cepat sembuh. Aku nggak tega lihat Mas seperti ini ..." ucap Candramaya dengan melingkarkan tangan di perut suaminya. Berharap ujian yang mereka hadapi dapat segera berlalu dan tak menggoyahkan perasaan cinta mereka berdua satu sama lainnya.
*
*
*
Bersambung ...
Ada nama Kirana muncul...typo ya thor😃
Maya sekarang udah berkeluarga dan bahagia bersama keluarga kecilnya
terus semangaaaat mom zha terus berkarya💪