Selain wajah cantik nya tidak ada lagi yang tersisa dari nya kecuali kepolosan.
Mia diperlakukan tidak baik, dan harus menjadi tumbal keserakahan keluarga Ayahnya.
Balas Budi! Kau harus membalas Budi !
Itulah alasan yang tepat untuk seorang Mia.
Pernikahan nya dengan pria cacat itu menjadi belenggu kuat yang merantai hidupnya, hingga Mia tidak bisa lari dan berpaling, serta menjadi awal perjuangan Mia yang pelan pelan merubah Takdir nya!
Sekretaris Ang, Pria yang selalu ada di samping Tuan Mudanya.
Menikahi gadis dibawah umur dan mengulangi kesalahan Ayahnya, membuatnya harus dihantui ketakutan siang malam memikirkan kesalahannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Any Anthika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dari ku, hanya dari ku. Untuk mu hanya untuk mu.
Garra sudah melangkah keluar dari rumah kontrakan itu.
Sekretaris Ang tersenyum samar melirik tangan Tuan muda nya yang terkait erat di jemari Mia. Apalagi ketika melihat Mia yang menurut saja.
Lalu, setelah sekretaris Ang berpamitan dengan pemilik kontrakan dan mereka bertiga memasuki mobil.
Sekretaris Ang duduk sendirian di depan mengendalikan setir. Tidak seperti ketika mereka berangkat, Garra duduk di sisinya.
Karena saat ini Garra berada di kursi belakang bersama Mia.
Tidak ada percakapan sedikit pun di dalam mobil yang sudah melaju kencang itu.
Mia terus menunduk kan wajah nya. Entah malu, entah menyesal atau saat ini ia merasa sudah putus asa karena tidak bisa lari dari Garra dan harus kembali lagi ke rumah suaminya.
Sementara Garra sendiri tidak berhenti menoleh pada Mia.
Hingga mobil mereka telah tiba kembali di depan rumah Garra. Garra segera turun membuka kan pintu untuk Mia. Tetap tanpa suara, Garra membawa Mia kembali ke kamarnya.
***
Hari ini Mia sudah kembali berada di kamar Garra. Perasaan nya masih tak menentu, sesekali melirik Garra yang masih diam tak berbicara, terdiam di sudut sofa.
Mia ingin mengajak berbicara Garra untuk mengusir kecanggungan , tapi bingung harus memulai dari mana.
Perut Mia bersuara, membuat Mia
menemukan ide untuk memulai.
Mia menghampiri Garra yang sedang duduk bersandar.
"Tuan muda?" panggil Mia, lembut.
Garra mendongak.
"Apa Tuan muda sudah makan?" tanya Mia.
Garra tak segera menjawab. Pertanyaan Mia membuat ia menoleh ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan waktu siang. Garra merasa bersalah karena mungkin saja Mia kelaparan. Garra ingat, dari kamera tersembunyi itu Garra belum melihat Mia sarapan atau memakan apapun juga.
Garra beranjak.
Melihat Garra bangun dari duduk nya dan tak menjawab pertanyaan nya membuat Mia merasa semakin tak karuan.
'Apa dia masih marah ya?' Batin Mia.
Mia memberanikan diri untuk bertanya kembali.
"Tuan muda mau kemana?" tanya Mia.
Garra menoleh.
"Tunggu sebentar."
'Ah, akhirnya dia menjawab.' hati Mia girang.
Mia mengangguk saja, memandangi punggung Garra yang menghilang di balik pintu.
Lama Mia menunggu, berjalan mondar mandir di depan pintu.
Hatinya kembali gelisah. 'Kemana Tuan muda Garra ya? Apa dia benar benar masih marah padaku?'
Suara pintu di buka membuat Mia cepat menoleh.
Garra masuk dengan sebuah nampan di tangan nya.
Melihat itu, Mia langsung menyambut nampan itu dari tangan Garra dan meletakkan di atas meja.
"Taun muda, apa yang anda lakukan?"
"Mengambil makanan. Bukan kah kau lapar?"
"Tidak. Bukan begitu. Saya tadi hanya bertanya. Apakah tuan muda sudah makan?"
Garra kembali diam. Mengambil makanan itu dengan tangan nya lalu menyuruh Mia untuk duduk di samping nya.
Mia menurut, walau masih dengan perasaan kacau.
"Aku, suami yang kejam ya." ucap Garra membuat Mia menoleh.
"Membiarkan istri nya tidak makan dari tadi pagi,bahkan mungkin dari semalam." sambung Garra.
'Kenapa dia bisa tau kalau aku belum makan dari semalam? Apa tadi dia mendengar suara dari perut ku?'
Garra menyendok makanan, lalu menyodorkan ke depan mulut Mia.
"Aak..." mirip seperti menyuapi anak kecil.
Mia memundurkan wajahnya, menatap heran.
"Kenapa? Kau tidak mau aku suapi?" tanya Garra, menarik kembali tangannya.
"Tuan muda, saya belum ingin makan. Tuan muda saja." Mia mengambil piring dari tangan Garra. Tapi Garra mencegahnya.
Kembali mengarahkan sendok ke mulut Mia.
"Aku tau kau belum makan dari pagi atau mungkin dari semalam. Ayolah makan. Bukan kah selama ini kau selalu menyuapiku? Sekali ini biarkan aku melakukan seperti yang kau lakukan padaku. Sekali saja Mia."
Perlahan Mia membuka mulut, masih tak lepas dengan tatapannya.
Mia menguyah, menunduk kan wajah nya. Ada getaran ngilu di hatinya. Setitik air bening lolos begitu saja di pipi nya.
Garra melihat itu.
"Mia.. kenapa? Apa suapan ini menyakiti mu?" tanya Garra.
Mia menggeleng, mengusap air matanya. Lalu mengangkat wajah nya dan tersenyum tipis.
"Saya terharu. Yang saya ingat, Seumur hidup saya belum pernah di suapi oleh siapapun." menatap sendu.
Deg.... ! Jawaban Mia terdengar begitu pilu ditelinga Garra. Hati nya ngilu. Perih. Mengingat bagaimana kehidupan masa lalu istrinya itu. Tidak ada kebaikan di sana. Tidak mendapatkan secuil pun kasih sayang dari keluarganya.
Memikirkan itu, membayangkan itu, entah kenapa Garra marah.
"Aak.." Garra kembali menyuapi Mia. Mia kembali membuka mulutnya. Suapan kali ini terasa berbeda. Enak, terasa sampai di hati Mia.
"Tuan muda juga makan ya? Saya ambilkan." Mia hendak mengambil piring lain.
"Ini saja." jawab Garra cepat. Sambil menyuap dirinya sendiri dengan sendok dan piring yang sama untuk Mia.
Mia melotot, semakin heran memikirkan nya.
'Tuan muda kenapa ya? Apa jiwa tuan muda terguncang karena aku sudah membangkangnya.?'
Sama sama kembali berdiam, sama sama saling menoleh lalu tersenyum tipis. Sampai suapan suapan Garra selesai. Lalu memberi minum Mia. Dan membersihkan bibir Mia dengan sebuah tisu. Terakhir, Garra meneguk habis sisa air minum bekas Mia.
Mia semakin keheranan, menatap Garra yang menyandarkan kembali punggung nya di sofa. Lalu menoleh, menatap Mia yang juga masih menatap nya.
Kedua mata itu kini bertemu, terdiam cukup lama sampai Garra menarik tubuh nya sendiri untuk duduk tegak dan mendekat pada Mia.
"Mia." panggil Garra, pelan. Hampir tak terdengar. Yang di panggil tak menjawab dengan suara, melainkan anggukan samar tanpa mengalihkan matanya.
"Mulai detik ini, bolehkah aku memberi mu apa yang tidak pernah kau dapatkan dari keluarga mu?" tanya Garra.
"Maksud Tuan muda.."
"Aku tau Mia. Perjalanan sulit mu di rumah itu. Jadi, ijinkan aku mengganti seluruh apa yang kau butuhkan yang tidak terpenuhi di sana."
"Tuan, ti.. tidak perlu. Saya sudah tidak menginginkan lagi uang. Saya juga sudah tidak ingin membeli barang barang branded seperti milik Yuri dan Jihan. Cukup Tuan muda memaafkan saya, saya sudah sangat senang."
Garra tergelak. Kini meraih tangan Mia. Sontak Mia menarik tangan nya. Tapi tidak bisa. Garra sangat kuat menggenggam nya.
"Maafkan aku Mia. Masalah uang itu."
"Uangku juga uangmu. Milik ku adalah milik mu juga. Apa kau lupa jika kau istri Tuan muda Garra?"
"Ah iya. Saya tidak lupa." jawab cepat Mia.
"Aku tau Mia. Yang kau ingin kan , yang kau butuhkan. Bukan uang kan? Tapi kasih sayang dan perhatian." ucap Garra kini menariknya tangan Mia tepat di depan dada nya. Menggenggam nya dengan begitu kuat.
Jantung Mia saat ini sudah tidak bisa di stabil kan lagi. Sekuat Mia menenangkan, semakin Mia tidak bisa. Mia akhirnya pasrah. Membiarkan jantung nya berdebar.
Dengan darah yang mengalir lebih kencang dari biasanya.
"Mia." Garra kembali memanggil, padahal yang di panggil sudah di depan wajah nya, sangat dekat malah.
"Mulai detik ini. Ijinkan aku memberi mu kasih sayang, perhatian dan cinta yang belum pernah kau dapatkan selama ini."
Mia tersentak, wajah nya yang tegang berubah menjadi merah. Entah malu akibat tersanjung. Atau marah karena tersinggung.
Mulut Mia terbuka hendak bersuara.
"Aku tidak butuh jawaban mu. Aku tidak peduli kau mau atau tidak." Garra menutup mulut Mia dengan telunjuknya.
Mia tidak jadi bersuara, segera menarik turun tangan Garra, sambil masih menatapnya.
Garra tersenyum, mengalihkan tangan nya pada kepala Mia. Mengusap lembut.
"Kasih sayang dan cinta. Serta perhatian. Dari ku Mia. Dari ku, hanya dari ku. Untuk mu dan hanya untuk mu."
Bersambung.......!!!!!