Nikah Menjadi Pengantin Pengganti

" Ap..apa berpisah?" tanya Grea merasakan sesak di dadanya.

Grea hanya ingin menemani sang kakak yang masih dalam keadaan koma, dia tidak pulang karena berharap Arvan datang untuk menjemputnya pulang. Grea memang marah dengan Arvan karena merasa kecewa Arvan lebih memihak adiknya yang jelas-jelas menurut Grea itu bersalah. Grea berharap Arvan meminta maaf dan mengajaknya pulang namun setiap hari menunggu Arvan bahkan tidak pernah menampakkan batang hidungnya.

Grea menggelengkan kepalanya lemah.

" Aku tidak pernah menyangka kalau kamu ternyata tidak bedanya dengan wanita lain diluaran sana, wanita yang sangat egois, munafik dan begitu mudah dekat dengan laki-laki lain yang bukan suami kamu" cibir Arvan yang membuat Grea seketika naik darah dan mengepalkan tangannya kuat tidak terima dengan ucapan Arvan yang terdengar sangat tajam ditelinga seorang Greandira.

" Apa maksudmu?" tanya Grea dengan tatapan tajam dan menusuk.

" Gre!" panggil seseorang yang malah membuat suasana semakin keruh, Grea hanya menoleh sekilas lalu kembali menatap ke arah Arvan.

" Cihh, pantas kamu tidak pernah mau menerima telpon dariku ternyata kamu tengah asik berselingkuh, berlagak sok suci menghakimi Arin seolah hanya dia yang bersalah tapi kau sendiri apa, munafik!" ucap Arvan sinis yang membuat Risma semakin merasa sesak di dadanya saat mendengar putranya sendiri menuduh isterinya yang begitu dia sayangi berselingkuh.

Bagaikan bongkahan batu besar yang terus-menerus menghantam dada Greandira, begitu sakit dan menyesakkan dada, orang yang selama ini ia percaya begitu mencintai dirinya dan juga sangat ia cintai dengan mudahnya mengatakan kata-kata yang begitu menusuk tajam.

Grea menarik napasnya dalam-dalam sejak memejamkan matanya mencoba untuk menekan emosinya yang hampir saja meledak.

" Sudah selesai bicaranya tuan Arvandra Pratama Zaindra yang terhormat" Grea tersenyum getir dan menahan sesak di dadanya berbicara dengan sangat tenang namun penuh penekanan disetiap kalimatnya.

" Ucapan anda akan aku ingat selamanya tuan Arvandra yang terhormat dan aku harap anda tidak akan menyesali dengan apa yang baru saja anda katakan barusan tuan!"

ucap Grea dengan tatapan mata yang sulit di artikan dan senyum yang sulit di artikan.

Jlepp

Arvan terasa sulit menelan salivanya, entah kenapa ia merasakan sakit dan sesak melihat tatapan mata Grea penuh dengan aura kebencian. Apakah ia sudah salah menilai isterinya itu, ah tapi percuma Arvan yang memiliki gengsi yang tinggi tidak akan mau menarik kembali kata-katanya.

Jojo yang melihat bagaimana seorang Greandira sahabatnya berusaha untuk bersikap tenang walaupun sebenarnya Jojo tahu Grea saat ini pastilah sangat rapuh hanya bisa mengepalkan tangannya kuat saat mendengar tuduhan demi tuduhan yang Arvan lontarkan kepada sahabatnya itu.

" Permisi tuan Arvandra Pratama Zaindra!" ucap Grea dengan tatapan tajam penuh rasa kebencian. dan yang lebih mengejutkan lagi tanpa berkata apa-apa Grea melepaskan cincin pernikahan yang melingkar dijari manisnya lalu meletakkannya ke telapak tangan Arvan sebelum ia melangkah pergi.

Arvan menatap punggung Grea yang pergi meninggalkannya setelah itu menatap cincin yang berada di tangannya.

Setelah Grea pergi Jojo menghampiri Arvan dan tanpa ba-bi-bu Jojo yang sempat melihat Grea menitikkan airmatanya saat melewatinya langsung menghadiahi satu bogeman mentah diwajah Arvan membuat Arvan yang belum siap mendapatkan serangan dadakan itu pun langsung terjungkal.

" Ini pantas kau dapatkan karena sudah membuat sahabat baikku Greandira menangis. jika kau berani menyakitinya lagi aku akan menghabisi mu, camkan itu, dasar pengecut!" sarkas Jojo lalu beranjak pergi.

" Siapa kau berani-beraninya memukul ku?" tanya Arvan beranjak berdiri

Jojo menghentikan langkahnya dan berbalik badan. " Aku adalah orang yang sangat mengenal Greandira dengan baik, dan kau adalah laki-laki bodoh dan pengecut yang sudah tega menyakiti hati seorang Greandira disaat dia tengah terpuruk dengan kondisi kakak yang paling disayanginya dalam keadaan koma" sahut Jojo dengan tangan yang masih terkepal.

" Oh apa kau kekasihnya?" tuduh Arvan membuat Jojo tertawa meledek.

" Apa hakmu bertanya aku siapa?" Jojo balik bertanya

" Aku suaminya dan kalian sudah berselingkuh di belakang ku" ucap Arvan dengan emosi

" Su..suami?" tanya Jojo yang nampak terkejut dengan pengakuan Arvan.

" Iya, kami sudah menikah beberapa bulan yang lalu" sahut Arvan datar

" Cihh, suami macam apa yang dengan teganya menyakiti hati isterinya yang sedang sedih dengan kondisi kesehatan kakaknya yang dalam keadaan koma seperti itu dan aku yakin Grea tidak akan pernah memaafkan mu atas segala tuduhan yang sama sekali tidak pernah dia lakukan" ucap Jojo dengan lantang.

" Dan dengar baik-baik tuan Arvandra yang terhormat aku dan Greandira sudah berteman jauh sebelum dia menjadi isteri anda dan aku tahu bagaimana seorang Greandira. Karena anda sendiri yang sudah mencampakkannya maka aku pastikan anda pasti akan menyesali apa yang sudah anda tuduhkan terhadapnya." ucap Jojo dengan tegas dan ketus.

Arvan baru saja hendak bicara namun suara Risma sudah lebih dulu menghentikannya.

" Arvan!" panggil Risma menggeleng dan memegang dadanya yang terasa sakit.

Jojo pergi meninggalkan Arvan yang tengah melangkah menghampiri Risma sang mama.

Bruk

Risma pingsan setelah tidak lama dari kepergian Jojo.

" Ma !" teriak Arvan yang melihat Risma sudah tidak sadarkan diri, dengan cepat Arvan langsung menggendong Risma dan membawanya ke ruang pemeriksaan sementara Jojo memilih untuk kembali ke kamar perawatan Jimmy.

" Dimana Grea?" tanya Caca yang melihat Jojo kembali seorang diri.

" Dia belum kesini?" tanya Jojo yang mulai panik.

" Ada apa memangnya Jo?"

" Ca sebaiknya kita susul Grea aja yuk keluar, gue yakin saat ini Grea pasti dalam keadaan tidak baik-baik aja Ca, dan gue khawatir dia Kenapa-napa!" sahut Jojo yang nampak begitu khawatir dengan keadaan sahabatnya itu

" Ada apa sebenarnya, Jo?" tanya Caca yang jadi penasaran.

" Sudah nanti aja ceritanya, sekarang kita sebaiknya susul Grea dulu aja yok, gue khawatir sama dia Ca" ucap Jojo

" Ada apa nak Jojo ?" tanya Marla

"Emmm.. gak ada apa-apa kok tante, kami mau ke_!" ucapan Jojo terpotong saat netranya melihat seseorang yang menyembul dari balik pintu

Ceklekk..

" Gre!" Jojo dan Caca langsung menghampiri Grea yang masih berdiri mematung di ambang pintu.

Grea melemparkan senyumnya berusaha untuk bersikap biasa-biasa saja.

" Gre loe gak apa-apa?" tanya Jojo yang nampak cemas dengan keadaan Grea.

" Apa sih Jo, gue baik-baik aja kok" ucap Grea seraya tersenyum tipis.

" Gre loe yakin baik-baik aja?" tanya Jojo menyelidik

" Gue gak kenapa-napa Jo, memangnya kenapa sih?" Grea malah balik bertanya.

" Yaudah kalau loe memang baik-baik aja sih, gue harap loe gak menyembunyikan apapun Grea terhadap kita-kita. jangan memendam semuanya sendirian" ucap Jojo mengingatkan.

" Iya, thanks ya Jo" jawab Grea.

**

Di sebuah ruangan yang lain seorang wanita paruh baya baru saja mengerjapkan matanya berusaha untuk terbangun dari pingsannya.

Risma membuka matanya perlahan dan saat netranya menangkap sosok wajah yang membuatnya kesal hari ini.

" Ma... mama sudah sadar?" tanya Zaindra yang lega karena akhirnya isterinya kini telah sadar begitu juga dengan Arin.

Risma menggeser tubuhnya dibantu oleh Zaindra menjadi duduk dan tatapan matanya menyorot tajam ke arah Arvan yang melangkah ke arahnya.

Plakk

Satu tamparan keras mendarat sempurna di pipi Arvan membuat Zaindra dan Arin membulatkan matanya. Zaindra benar-benar dibuat terkejut dengan respon isterinya itu. karena selama berumah tangga dengannya baru kali ini Risma melayangkan tangannya menampar putranya sendiri.