Olivia adalah seorang Desainer terkenal di abad ke-21, saat acara penghargaan dirinya dia tidak sengaja mengalami insiden kecelakaan di tempat acara sampai akhirnya dirinya meninggal dunia. Namun, bukannya dia pergi ke alam baka arwahnya justru terlempar ke zaman di era 80-an, memasuki tubuh istri seorang tentara yang Antagonis. Di komplek militer dia sering membuat onar sampai membuat banyak orang yang tidak menyukai dirinya. Lantas bagaimana jika Olivia masuk kedalam tubuh wanita tersebut, apakah Olivia akan bertahan? atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rs_31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Antara Dua hati
" Sayang kamu sudah bangun?" tanya Jendral Rakha kepada Putri Ayu.
Putri Ayu terdiam menatap Jendral Rakha dengan tatapan dalam. " Dimana bayiku?" tanya Putri Ayu.
Hanya kata itu yang keluar dari mulut Putri Ayu. Dia tidak menyapa bahkan tidak menjawab ucapan Putri Ayu. Sikap Putri Ayu terkesan sangat dingin kepada Jendral Rakha.
Jendral Rakha menghela nafas kasar membuang muka ke arah lain, hatinya begitu sakit saat mendengar ucapan istrinya yang tambak begitu berbeda tidak sehangat sebelumnya.
"Dia bersama dengan Mama," jawab Jendral Rakha dengan lirih.
Dia berusaha tersenyum menatap ke arah Putri Ayu,tangannya mencoba memegang tangan istrinya dengan erat mengelusnya dengan lembut.
"Lepas Jendral," kata Putri Ayu dengan lirih mencoba menghempaskan tangan Jendral Rakha yang sedang memegang tangannya.
"Ayu dengarkan penjelasanku terlebih dahulu," kata Jendral Rakha mencoba berbicara dengan hati-hati kepada istrinya.
"Tidak, sudah cukup jelas Jendral hubunganmu dengan Dokter Novi, aku hanyalah wanita pengganti di hatimu bukan sebagai wanita satu-satunya yang kamu cintai,"
Putri Ayu memberanikan diri menatap Jendral dengan serius. Matanya menyelami manik mata Jendral Rakha mencoba mencari kebohongan darinya. Namun, semakin Putri Ayu menatap mata Jendral Rakha semakin sakit juga perasaan Putri Ayu.Dadanya merasa sesak sampai dia susah bernafas, hatinya merasa perih, seperti ditikam oleh belati yang tajam.
"Ayu apakah aku serendah itu di matamu, apakah kamu tidak percaya dengan suamimu sendiri Ayu," kata Jendral Rakha sembari tersenyum getir.
Setiap perhatian kecil yang Jendral Rakha berikan dan juga semua pengorbanannya untuk Putri Ayu apakah semua itu tidak berarti untuknya,apakah di mata Putri Ayu itu hanyalah sebuah sandiwara?
"Aku ingat Jendral, bagaimana kamu terus meminta cerai denganku, aku masih mengingatnya Jendral setiap ucapanmu yang menyayat hati, perlakukanmu kepadaku secara tidak langsung itu selalu merendahkanku di depan orang lain, hanya karena aku sudah berubah sekarang kamu bisa secepat ini berubah kepadaku jendral." Setiap yang Putri Ayu ucapkan itu membawa bayangan tentang semua kejadian itu berputar di depan mata Jendral Rakha.
"Maafkan aku Ayu, aku benar-benar bersalah kepadamu, aku minta maaf jika perlakukanku dulu sangat keras kepada kamu," kata Jendral Rakha menundukan wajahnya di depan Putri Ayu, merasa bersalah dan sangat menyesal kepadanya.
"Hehehe, aku memang sudah memaafkanmu Jendral, tapi perlakukanmu kemarin membuatku berpikir berulang kali, bahkan aku selalu bertanya-tanya kepada diriku sendiri, apakah selama ini kamu hanya memanfaatkan ku sebagai pengganti Dokter Novi, lalu seteleh dia kembali kamu membuangku begitu saja," ucap Putri Ayu dengan getir, tertawa pelan menertawakan dirinya sendiri yang terlihat begitu sangat bodoh di depan Jendral Rakha.
Jendral Rakha mengangkat wajahnya menatap ke arah Putri Ayu dengan mata memerah dan berkaca-kaca. Dia mendekatkan wajahnya menatap wajah Putri Ayu dengan lekat tanpa menjauhkan wajahnya.
"Sudah cukup Ayu, aku tahu aku salah tapi semua itu tidak seperti yang kamu pikirkan." Hati Jendral Rakha begitu sangat sakit, saat mendengar setiap untaian kata yang Putri Ayu ucapkan kepadanya.
"Kamu juga jendral selalu...." Karena tidak kuasa mendengar ucapan Putri Ayu Jendral Rakha dengan nekat menutup mulut Putri Ayu dengan mulutnya.Jendral Rakha terdiam merasakan rasa lembut bibir Putri Ayu.
Netra mata mereka saling bertemu, mencoba mengungkapkan setiap rasa yang tidak bisa mereka ucapkan lewat setiap kata. Tangan Putri Ayu meremas dada bidang Jendral Rakha dengan kuat, terkejut dengan tindakan Jendral Rakha yang tiba-tiba. Putri Ayu menutup matanya dengan perlahan mencoba meresapi setiap sentuhan yang Jendral Rakha berikan.
"Ayu, aku tidak pernah berpikir sepicik itu tentangmu," kata Jendral Rakha saat dia melepaskan bibirnya dari bibir jendral Rakha.
"Jendral kamu...." Jendral Rakha langsung kembali menyambar bibir ranum Putri Ayu.
Jendral Rakha mendekati Putri Ayu dengan mata yang merah, wajahnya penuh dengan kesedihan. Ayu bisa merasakan sakit hatinya, seperti Jendral Rakha sedang membawa beban yang berat. Dia mengangkat tangannya, menyentuh pipi Putri Ayu dengan lembut, tapi Putri Ayu merasakan getaran yang berbeda, seperti dia sedang mengatakan perasaannya yang sesungguhnya.
Lalu, dia mendekati Ayu bibirnya menyentuh bibir Putri Ayu dengan lembut, tapi Ayu merasakan kepahitan. Ciuman itu seperti pisau yang menusuk hati Putri Ayu, membuatnya merasa seperti Ayu sedang kehilangan sesuatu yang berharga. Ayu merasakan sakit hati dan kepedihan dalam ciuman itu, seperti dia sedang mengatakan setiap perasaan yang tidak pernah dia ungkapkan.
Waktu berhenti sejenak, hanya ada Ayu dan Jendral Rakha, di dalam dunia yang hanya kita berdua. Ciuman itu seperti menghapus semua kenangan indah, meninggalkannya hanya kesedihan dan kepedihan. Ayu merasakan air mata yang mengalir di pipi Jendral Rakha terjatuh tepat di pipi Jendral Rakha, seperti Ayu sedang kehilangan sesuatu yang tidak bisa kembali.
Ketika Jendral Rakha melepaskan ciuman itu Ayu merasakan kekosongan, seperti Ayu sedang kehilangan bagian dari dirinya sendiri.
"Jendral jangan membuatku bingung, siapa yang kamu cintai sebenarnya?"
"Ayu apakah kamu tidak percaya kepadaku, orang yang aku cintai itu adalah kamu Ayu selamanya tetap kamu tidak ada yang lain selain kamu, paham," kata Jendral Rakha dengan tegas menatap tajam Putri Ayu.
Putri Ayu menelan ludahnya dengan kasar, tidak menyangka dengan sikap suaminya Jendral Rakha yang bisa setegas itu kepadanya. Biasanya Jendral Rakha selalu bersikap lemah lembut kepada Putri Ayu, tapi sekarang dia bersikap tegas kepada Ayu.
"Jendral kamu...." Putri Ayu tidak melanjutkan ucapannya dia bingung harus berkata apa. Melihat sikap Jendral Rakha, Putri Ayu merasa melihat sisi lain dari Jendral Rakha.
" Ayu dengar, Dokter Novi itu bukan siapa-siapa untukku, dia hanyalah teman lamaku yang kembali hanya untuk berkhianat, dan maaf untuk kejadian kemarin karena itu semua hanyalah siasat dan rencanaku dalam bagian menjalankan misi,"
Putri Ayu menatap Jendral Rakha dengan lekat mencoba mencari kebohongan dalam matanya." Jadi, kemarin itu hanya kesalahpahaman saja?"
Jendral Rakha tersenyum memeluk tubuh Putri Ayu dengan erat." Iya sayang, jadi sudah ya jangan marah lagi, aku benar-benar minta maaf kepadamu, karena misi ini aku tidak berada di sampingmu bahkan tidak pernah menemani kamu selama kamu Hamil,"
Putri Ayu menganggukan kepalanya dengan pelan membalas pelukan Jendral Rakha dengan tak kalah erat. Matanya sudah mulai berkaca-kaca mencoba menahan haru. Olivia begitu sangat terharu dan juga beruntung bisa terlempar ke jalan kuno ini karena di zaman ini dia di cintai oleh Jendral Rakha begitu besar.
"Terima kasih Tuhan, telah memberikanku kesempatan kedua untuk hidup,aku bersyukur bisa memiliki Jendral Rakha dan bisa di cintainya dengan tulus."