Novel ini hasil collab antara Siti H dan Mom Young penulis novel 'Santet Pitung Dino'.
Sumber: Mbah Tainah, Desa Tiga Sari, kecamatan Jatenegara. Tegal-Jawa Tengah.
Diangkat dari sebuah kisah nyata. Kejadian ini terjadi sekitar tahun 1968 silam, dimana seorang pemuda miskin harus terjebak oleh sesosok makhluk ghaib Ratu Ular bernama Nyi Arum Lopa.
Tanpa sengaja, ia bertemu dengan Nyi Arum Lopa dibawah pohon Gintung yang tumbuh tinggi menjulang dan berusia ratusan tahun.
Dibawah pohon Gintung itu juga terdapat sumber mata air yang membentuk sebuah telaga kecil dengan airnya yang sangat jernih.
Karena persekutuannya itu, membuat pemuda bernama Saryat mendapatkan wajah tampan dan tidak pernah tua, serta harta yang melimpah. ia memulai usahanya dengan menyewakan gamelan saat setiap ada hajatan, dan harus dikembalikan sebelum pukul 12 malam..
Ada apa dengan gamelan tersebut, dan bagaimana kisa Saryat dengan sang Ratu Ular Nyi Arum Lopa?
ikuti novel ini selan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tumbal Pertama-2
Tubuh Tono terguncang mengikuti irama jalanan yang masih tersentuh pembangunan.
Roda pedati yang ditarik oleh kerbau melindas bebatuan dan semakin membuatnya terguncang.
Suasana cukup gelap. Dikanan dan kiri masih banyak pepohonan dan semakin membuat pemuda itu merasakan bulu kuduknya meremang.
Suara gamelan yang mengalun dengan syahdu, semakin membuat pemuda itu merasakan punggungnya menebal, dan pori-pori kulitnya terbuka lebar.
"Kenapa gamelannya berbunyi sendiri? Bukannya tidak ada yang menabuh?: gumamnya dengan lirih. Ia menyapu tengkuknya.
Rasa hati ingin melihat kebagian belakang tetapi ia sendiri semakin merasa takut dan ragu.
Perjalanan menuju rumah Saryat masih cukup jauh sedangkan waktu sudah melewati pukul dua belas malam, itu tandanya jika ia sangat terlambat.
Suara alunan gamelan masih terdengar dan semakin keras. "Mungkin alatnya saling beradu karena guncangan gerobak," ia masih mencoba berfikir postif, meski keraguan sangat menghantuinya.
Saat bersamaan, Tono mendengar suara seperti desisan ular. "Perasaan seperti ada suara ular? Tetapi ini kan hutan, biasanya ular sanca yang sering keluar malam-malam," gumamnya lirih, dan ia masih berfikir jika itu berasal dari sesemakan yang ada dikanan dan kirinya.
Udara dingin mulai menyergapnya hingga ke tulang.
Ia tampak menggigil, dan saat bersamaan, suara desisan ular kembali lagi berbunyi, yang disertai alat gamelan yang saling menabuh sendiri tanpa terlihat siapa yang sedang memainkannya.
Perlahan Tono semakin curiga saat mendengar suara sinden sedang bernyanyi dengan suara yang sangat merdu.
Sontak saja, pemuda itu terkejut, dan merasakan jika ini sudah sangat diluar nurul. "Perasaan tadi gak ada sinden yang ikut denganku?" gumamnya dengan rasa heran.
Jantungnya berdegub lebih lencang, dan dadanya bergemuruh.
Ia semakin merasa penasaran, sebenarnya siapa yang sedang menembang lagu dibelakangnya.
Rasa penasaran mulai menjalar direlung hatinya. Ia tak lagi dapat menahannya.
Tono mengjentikan laju pedatinya. Lalu menoleh ke arah belakang, dan menerangi gerobak pedati dengan menggunakan lampu senter.
Suasana kembali hening, tak ada lagi suara gamelan yang berbunyi, dan sinden yang sedang menyanyi juga terdiam, hanya jangkrik yang masih terus berdendang.
"Gak ada apa-apa, tetapi kenapa tadi suaranya jelas banget." ia masih menerangi alat gamelan dengan menggunakan lampu senternya.
Dan saat ia akan berbalik arah, tiba-tiba saja ia melihat seluruh alat gamelan berubah menjadi ular berwana hitam dan bergerak menatapnya dengan mata merah menyala.
Saat ini, gerobak pedati bukan diisi oleh alat gamelan, melainkan ular hitam yang menggeliat dan merayap ke arahnya.
Pemuda itu tersentak kaget. Lalu berniat ingin melompat dari atas gerobak.
Akan tetapi, ia kalah cepat, sebab ular-ular itu bergerak menyerangnya dan dan mematuknya.
"Aaaarrgh," pekik Tono dengan suara yang tertahan.
Rasa sakit menjalar keseluruh tubuhnya. Ia mengerang kesakitan. Tatapannya menengadah ke atas langit. Ia berharap kiranya ada keajaiban yang dapat menolongnya.
Ia tidak tahu apa salahnya. Ia hanya bekerja, dan mengapa nasib buruk harus menimpanya, bahkan dengan cara yang begitu keji.
Ular-ular itu mengigitnya tanpa ampun. Meskipun ia sudah memohon, dan hal itu tak membuat para iblis menghentikan semuanya, justru semakin menggila dalam menyiksanya.
Wajahnya dirusak, dan dagingnya dicabik-cabik, seolah mereka ingin memperlihatkan jika mereka adalah penguasa kegelapan.
Tak hanya sampai disitu, penyiksaan berlanjut dengan lebih keji lagi. Perlahan para ular itu masuk kedalam mulutnya, liang a-nus, telinga, dan juga hidungnya.
Mereka memporak-porandakan isi organ tubuhnya, hingga membuatnya muntah darah dan perlahan mengejang, lalu tak bergerak lagi.
Setelah membuat korbannya tak bernyawa, ular-ular itu kembali keluar dari tubuh sang pemuda yang tidak berdosa.
Para iblis itu lalu merubah wujud menjadi alat gamelan yang tampak biasa saja. Semua terlihat kembali seperti semula, tak ada yang tampak mencurigakan, dan suasana kembali lengang.
Wuuuuuussssh
Sebuah kekangan pada tali kerbau, dan membuat hewan itu berlari kencang dan menuju pulang ke rumah Saryat.
Sementara itu, Saryat masih berpacu dengan sang Ratu Ular. Lenguhan demi lenguhan keluar dari mulutnya dan ia sudah berhasil memenuhi keinginan sang Ratu Ular, untuk memberikan tumbal pertamanya, dan itu harus ia persembahkan setiap malam Jum'at Kliwon. Saryat sudah terkulai lemah.
"Bagus, Sayangku, kau sudah memberikan tumbal pertamu, aku sangat menyukaimu, dan kekayaanmu akan semakin berlipat orang-orang akan menghargaimu, dan memuja ketampananmu, kau akan semakin dikagumi banyak orang." Nyi Arum Lopa mengenakan kembennya, dan memberikan kecupan lembut dibibir Saryat.
Pemuda itu menghela nafasnya dengan berat. "Tidakkah bisa tanpa tumbal nyawa? Aku akan melayanimu, dan kambang kendit akan tetap ada, tetapi tanpa tumbal manusia," Saryat melakukan penawaran dalam perjanjian mereka.
Nyi Arum Lopa menatapnya dengan tak suka. Ia terlihat sangat marah. "Tidak ada tawar-menawar dalam hal ini. Apa yang sudah diikrarkan, maka tidak dapat diubah!"
Sosok itu tampak marah, dan ia tidak suka penawaran yang diajukan oleh Saryat..
"Jika kau masih ingin melihat si Mbok mu dan Ayu hidup, maka penuhi saja perintahku!" Siluman Ular kembali menegaskan ucapannya.
Saryat merasakan tubuhnya gemetar. Ia tidak tahh, mengapa takdir harus membawanya pada sebuah jalan kehancuran.
Sepertinya ia tak dapat lepas dari ikatan yang sangat mengerikan.
Nyi Arum Lopa terlihat meliukkan tubuhnya. Ia tak perduli dengan apa yang dirasakan oleh Saryat saat ini, sebab baginya, pemuda itu sudah menjadi miliknya yang utuh.
"Aku akan pergi, dan ini hadiah untukmu, Sayangku," ucapnya dengan sangat lembut, sembari menjentikkan jemarinya, dan terlihat beberapa upeti yang terbuat dari ukiran kayu yang begitu indah, dan didalamnya terdapat banyak emas dan perhiasan.
Sedangkan peti satunya berisi tumpukan uang dengan jumlah yang cukup fantastis.
Sungguh tipu daya setan itu sangat begitu kuat, dan membuat siapa saja akan terlena, kecuali mereka yang berfikir dan memiliki iman kepada Tuhan-Nya.
,mNyi Arum Lopa menghilang dari pandangannya. Meninggalkan aroma minyak misik yang cukup kuat.
Saat bersamaan, diluar sana, suara pedati tanpa kusir terdengar memasuki halaman rumah, lalu berhenti didepan gudang, tempat dimana penyimpanan alat gamelan berada.
Saryat bergegas mengenakan pakaiannya. Ia keluar dari kamar rahasianya, dan menggunakan lampu senter untuk memeriksa kondisi yang ada.
"Ton," panggilnya memastikan. Tak ada sahutan, hanya suara kerbau yang mendengus.
Ia mengarahkan lampu senternya ke arah kusir, dan ia dikejutkan oleh penampakan yang sangat mengejutkan, dimana Tono sudah terkulai tak berdaya. Tubuhnya berlumuran darah.
Cairan pekat itu keluar dari segala liang ditubuhnya.
Saryat menatap dengan gemetar. Ia mendadak menggigil. Lalu menghampiri tubuh Tono yang sudah tak lagi bernyawa. "Maaafkan aku," gumamnya dengan rasa penuh penyesalan, tetapi semua itu tidak berguna, sebab tak lagi dapat menghdupkan pemuda itu.
itu pedati bisa berubah jd ulaarrrr..