NovelToon NovelToon
Pembalasan Rania

Pembalasan Rania

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Pelakor / Keluarga / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Selingkuh
Popularitas:10.8k
Nilai: 5
Nama Author: sweetiemiliky

Calon suami Rania direbut oleh adik kandungnya sendiri. Apa Rania akan diam saja dan merelakan calon suaminya? Tentu saja tidak! Rania membalaskan dendamnya dengan cara yang lebih sakit, meski harus merelakan dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweetiemiliky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 : Berkunjung ke rumah ayah

Sejak kemarin, Rania dan Ryan seperti sedang perang dingin. Tidak ada yang membuka obrolan diantara mereka. Bahkan, Ryan yang biasanya tidur sambil mengusap-usap perut Rania sampai terlelap, semalam memilih tidur didepan televisi tanpa selimut.

Rania tahu, kok. Tapi memang tidak ada niatan membawa selimut untuk Ryan. Takut kalau Ryan tidak terima, dan kembali mengamuk. Entah seberapa banyak perabotan yang dirusak oleh Ryan kemarin malam.

Tidak ada sarapan yang terlaksana pagi ini. Padahal, mereka baru mulai berkendara menuju rumah Anton saat pukul 12.00 dari rumah.

Rania tidak merengek lapar seperti biasa, Ryan juga tidak ada inisiatifnya sendiri membawa Rania mampir ke restoran cepat saji. Mereka bagaikan dua orang asing yang terjebak dalam satu motor.

Tahu 'kan, bagaimana canggungnya mereka saat ini?

Setelah membelah jalan raya selama beberapa menit, akhirnya motor milik Ryan memasuki halaman rumah milik Anton. Motor matic itu langsung terparkir rapih disamping kendaraan roda empat milik Bumi.

Rania melepas helm, sama dengan yang dilakukan oleh Ryan saat ini.

Diam-diam melirik Ryan sambil meletakkan helm di spion. "Ayo," Ajaknya dengan suara lirih.

Ryan hanya membalas anggukan singkat sebelum pada akhirnya mereka mulai berjalan beriringan menuju rumah. Tepat diteras, Anton sudah menunggu dengan senyuman lebar terpampang dibibirnya.

"Ayah kira kalian tidak jadi datang," Menyambut putri sulungnya dengan pelukan. "Sudah terasa besar perutmu, ya? Menginjak berapa bulan?"

"Empat, yah."

Pelukan ke-dua-nya terlepas. Anton beralih menyapa Ryan. "Gimana pekerjaan? Lancar?"

Menoleh ke arah Ryan kaku, sampai tidak sadar kalau dirinya menahan napas. Rania tahu betul bagaimana sensitifnya Ryan terhadap topik ini. Tapi diluar dugaan, Ryan meresponnya santai.

"Ya ... Seperti biasa."

Anton mengangguk percaya. Tangan kanannya mendarat dibahu Ryan, lalu berkata. "Sabar saja, tekuni pekerjaanmu saat ini. Terkadang pasti sulit pada satu momen, tapi semua akan berjalan lancar jika kamu berkerja dengan sepenuh hati. Kalau merasa lelah, coba bayangkan saja anakmu segera lahir, saat dan setelah lahiran cukup membutuhkan banyak uang."

Kalimat tersebut memang terdengar santai. Rania juga yakin ayah tidak ada niat buruk selain mengingatkan saja. Namun entah kenapa Rania merasa panas dingin, takutnya Ryan marah dan menunjukkan sifat aslinya didepan Anton.

Namun lagi-lagi diluar dugaan, Ryan merespon dengan senyuman disertai anggukan ringan. "Iya, yah. Terimakasih sudah mengingatkan."

"Apa ayah tidak menyuruh kami masuk? Semakin lama berdiri kakiku terasa pegal," Rania sengaja berkata seperti itu agar Anton tidak membahas lebih lanjut.

"Ah, iya! Maaf. Ayah sampai lupa menyuruh kalian masuk. Terlalu asik mengobrol, sih."

Tertawa kecil. "Tidak apa-apa."

"Ayo masuk," Dengan gesit Anton menuntun putrinya. Tubuhnya memutar setengah menatap Ryan. "Mari, Ryan. Silahkan masuk. Anggap saja ini rumah saya."

"Ayah."

"Ayah hanya becanda, Ra. Jangan terlalu serius agar tidak ada ketegangan diantara kita."

...----------------...

"Kandungan mu bagaimana, Ra? Apa semua berjalan baik selama empat bulan ini?"

Mina memutar bola matanya malas. Telinga kanan dan kiri terasa panas karena dari awal mereka duduk dimeja makan, Anton terus bertanya tentang keadaan Rania. Yang inilah, yang itulah, semua ditanyakan. Sudah seperti dokter saja.

"Semua baik-baik saja. Anakku juga sehat, beberapa waktu lalu baru saja diperiksakan."

"Syukurlah—,"

"Anak mbak Rania perempuan atau laki-laki? Kalau anakku, dia laki-laki saat di USG kemarin."

Tiba-tiba saja Ambar menyeletuk demikian. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tidak ada yang membahas, tiba-tiba saja bertanya tentang kelamin bayi.

Manik indah milik Rania bergulir pada Ambar. Dia terlihat sangat sengaja membahas hal ini ditengah-tengah keluarga, ekspresinya juga menunjukkan bahwa dia sangat bangga karena jenis kelamin anak nya laki-laki. Rania berdecih tanpa sadar.

Dengan gerakan tenang, Rania meletakkan sendok ke atas piring, lalu melipat ke-dua tangan diatas meja. "Memangnya di jaman sekarang masih penting, ya? Mempermasalahkan kelamin bayi yang belum lahir?"

"Siapa yang mempermasalahkan, sih, mbak? Aku 'kan hanya bertanya," Ambar melotot pada Bumi saat tangannya digenggam sangat erat dibawah meja sebagai tanda peringatan.di Tahu betul apa alasan Bumi melakukan hal tersebut. Apalagi kalau bukan karena membela Rania?

"Kelamin bayiku tidak ada urusannya denganmu. Jadi, jangan terlalu kepo dengan hidup orang lain."

"Hei, Rania! Adikmu 'kan hanya bertanya saja. Kenapa malah menceramahi adikmu? Apa jangan-jangan bayimu perempuan?" Ucap Mina.

Kali ini, Rania beralih menatap sang ibu. "Memangnya kenapa kalau perempuan? Mau bayiku laki-laki atau perempuan, itu bukan sebuah masalah besar. Apapun jenis kelaminnya, kasih sayangku tetap sama," Diakhir kalimat tak sengaja matanya bertabrakan dengan milik Bumi. Rania memutus kontak mata terlebih dahulu.

Helaan napas terdengar dari kubu Anton. Suasana tenang lagi-lagi berakhir runyam karena Ambar, putri bungsunya itu selalu saja membuat kakaknya kesal.

"Ambar, ibu, sudah. Kalian ini seperti anak kecil saja, suasana berubah tak nyaman karena kalian—,"

"Ayah menyalahkan aku?"

"Sudah, Ambar. Lebih baik habiskan makananmu. Kamu 'kan sedang hamil tua, harusnya kamu bisa menjaga lisan dan sebaiknya tidak menyakiti hati orang lain."

Ambar mendengus, lalu beranjak dari duduknya. Ia meninggalkan ruangan tanpa menoleh sekali lagi. Sedangkan Bumi hanya menggeleng melihat kelakuan istrinya dan kembali melanjutkan makan dengan tenang, tidak ada niatan dalam dirinya menyusul kepergian Ambar.

Decakan keras berasal dari Mina. "Ini semua karena kamu, Rania! Adikmu tidak menghabiskan makanannya—,"

"Dari pada ibu terus menyalahkan putri ayah, lebih baik ibu ambil piring milik Ambar dan susul saja orangnya. Ayah ingin makan dengan tenang."

Mina semakin kesal. Seraya mengambil piring milik Ambar, Mina sempatkan untuk melayangkan tatapan tajam kepada Rania. Gara-gara dia Anton tidak menyayangi Ambar lagi! Batinnya.

Dengan kaki sengaja di hentak keras, Mina membawa langkahnya menjauh dari ruangan dan menyusul Ambar.

Anton memperhatikan Rania yang sedang melihat kepergian Mina. Tak mau suasana semakin tak enak dirasakan, Anton pun segera memecah keheningan.

"Sudah, tidak usah mengurusi ibu dan Ambar. Lebih baik kalian habiskan makanan. Ayah sudah memesan pisang coklat sebagai cemilan nanti."

Mereka kembali lanjut menikmati makanan yang sudah ada. Sebenarnya, sih, tidak terlalu peduli juga pada Ambar. Terutama Ryan. Jujur saja ia kesal tak terima mendengar pertanyaan dari Ambar tadi. Ryan yang seorang urakan saja tidak mempermasalahkan kelamin anaknya sendiri, karena menurutnya itu tidak penting.

Mau perempuan, mau laki-laki, sama-sama berasal dari dirinya, 'kan?

1
Sunaryati
Jangan nyalahin Rania Bumi, kamu yang salah, kamu yang khianati Rania, dengan kejamnya kamu menghamili Ambar adik, Rania. Syukurlah jika Ryan berubah baik. Semoga kehidupan kamu juga baik Rania. Balas dendam yang benar adalah hidup lebih baik, dan bahagia dengan orang yang kita pilih. Itu akan membuat Bumi semakin menyesal.
Sunaryati
Semoga sukses Rania
sutiasih kasih
upnya yg bnyak thor👍👍
sutiasih kasih
dasar ambar otak bebal... terus gunanya apa km kuliah... klo g bikin km tmbh pinter dlm brfikir....
iri dengki trus km gedein....
trus"in aja km pupuk iri dengkimu trhdp rania.... yg sdh sll mngalah & brkorban demi km manusia yg g brguna.... km yg bkaln hncur ambar... oleh sikapmu yg tamak & g ngotak...
sutiasih kasih
akibat salah mndidik ambar.... & trlalu memanjaknnya akhirnya ambar mnjadi manusia yg tak prnah berguna... tak tau diri...serakah... egois... fatalnya g ada otak sm sekali si ambar...
sutiasih kasih
lanjut thor
sutiasih kasih
rania sejatinya lbh mnderita saat kalian sbg org tua... timpang dlm mmberikn kasih sayang... bhkn itu brlangsung sejak rania msih kecil...
sutiasih kasih
lnjut up
sutiasih kasih
si ryan gila....
bkal nyesel km klo smpe trjadi hal buruk trhdp rania dan ankmu....

untuk bu mina.... gmn... puas km mlihat pnderitaan ank yg tak penah km kasihi.... krna ksih sayangmu sdh km habiskn untuk ank mas'mu yg sialan itu...
Adinda
aku juga ikut merasakan sakit seperti rania kasihan rania
Adinda
sepertinya rania bukan anak kandung mereka
sutiasih kasih
hadeuh ambar km itu pelakor tak tau diri....
hidupmu itu tak tau diri... dri dlu sll jdi kang rebut yg bukan milikmu.... benalu... tukang fitnah...
yakinlah ambar.... hidupmu tak akn prnah brjumpa dgn yg namanya bahagia dan ketenangan....
sutiasih kasih
lanjut up
sutiasih kasih
rania korban ktidak adilan org tuanya.... di hianati calon suaminya.... dpt suami jga tmperamen... krna korban broken home....
smoga sja ryan kedepannya bisa berubah & sll brfikir dgn akal sehat.... tak mudah tesulut emosi... krna sbntr lgi akn mnjadi ayah..
sutiasih kasih
nungguin upnya
sutiasih kasih
jgn mngharpkn atopun mngemis prhatian ibumu rania....
krna dunia ibumu hnya untuk ank kesayangannya yg durjana....
yakinlah.... kelak ank ksayangannya tak akn mau mngulurkn tangannya untuk merawat org tuanya....
sutiasih kasih
ambar... km itu jenis makhluk benalu tak tau diri....
hobi merampas yg bukan milikmu....
tunggulah azab atas smua kbusukanmu ambar...
tak kn prnah bahagia hidupmu yg sll dlm kcurangan...
sutiasih kasih
lnjut up....
👍👍
Riska Ananda
terfav🥰🥰
Riska Ananda
gk sabar nunggu kelanjutannya klo bisa up banyak2 thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!