NovelToon NovelToon
Kos-kosan 99 % Waras

Kos-kosan 99 % Waras

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Komedi / Misteri
Popularitas:985
Nilai: 5
Nama Author: Poying22

Selamat datang di Kos-kosan 99% Waras, tempat di mana hidup anak rantau terasa seperti sinetron komedi tanpa sutradara.
Di sinilah bowo tambun si mafia mie instan, Doni si gamer , Salsa si konten kreator sok hits, dan Mbak Ningsih si dukun Excel harus bertahan hidup di bawah aturan absurd sang pemilik kos, Bu Ratna alias Bu Komando.
Aturannya sederhana tapi kejam: siapa minum terakhir wajib ganti galon, sandal hilang bukan tanggung jawab kos, dan panci kotor bisa langsung dijual ke tukang loak.
Setiap hari ada saja drama: dari listrik mati mendadak, mie instan dimasak pakai lilin, air galon jadi rebutan, sampai misteri sandal hilang yang bikin satu kos ribut pagi-pagi.
Tapi di balik semua kekacauan itu, ada juga kisah manis yang tumbuh diam-diam. Doni dan Salsa yang awalnya hobi ribut urusan sepele malah sering kejebak momen romantis dan konyol. Sementara Bowo yang doyan ngegas gara-gara mie justru bikin cewek kos sebelah penasaran.
Satu hal yang pasti,
Bukan nilai kuliah atau ujian online yang jadi tantangan terbesar anak-anak ini, tapi bertahan hidup di kos dengan 99% kewarasan,dan penuh misteri.bagaima kelanjutan kisah percintaan mereka? stay tune guysss

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poying22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Persiapan Untuk melanjutkan Misi

Ruang tengah kos yang tadi pagi penuh dengan aroma roti panggang, kini sudah dipenuhi dengan kotak peralatan seperti helm, dan tali. Mbak Ningsih menaruh daftar barang di atas meja, kacamata bacanya bertengger di ujung hidung.

“Lampu portable sudah ada empat, masker cadangan tujuh, tali tambang dua gulung… kamera night vision satu,” gumamnya sambil mencoret-coret daftar di tablet. “Hehe… ini kayak belanja kebutuhan ritual, padahal cuma nyiapin buat ekspedisi.”

Rian yang sedang mengecek helm tersenyum kecil. “Kamu kok senyum-senyum sendiri?”

“Biar nggak tegang, ” jawab Mbak Ningsih sambil berkedip iseng. “Kalau semuanya tegang, malah misi kita nggak jalan.”

Rian ikut terkekeh. “Ya sudah, aku bantu cek yang ini. Kamu bagian catat-catat, aku bagian angkat-angkat.”

Mereka berdua akhirnya berjongkok bareng, menyusun peralatan dengan gerakan kompak. Tangan mereka sempat bersentuhan saat mengambil tali, membuat Ningsih spontan terdiam sejenak. Rian juga sempat kikuk, tapi cepat-cepat pura-pura sibuk mengecek helm lagi.

Di sisi lain, Doni sedang memasang baterai di senter tambahan, sementara Salsa memeriksa kamera.

“Kamera sudah siap. Semoga malam ini nggak ada gangguan sinyal ya, kata Salsa sambil melihat ke layar kamera kecilnya.

“Kalau misalnya ada kendala atau rusak nanti nya, aku bisa backup pakai HPku,” sahut Doni. “Aku sudah install aplikasi perekam yang bisa jalan di mode gelap.”

Salsa meliriknya. “Kamu ternyata serius juga ya. Kirain cuma Kalau lagi main game doang serius nya.”

Doni tersenyum tipis. “Aku serius kalau urusannya begini.

Salsa terdiam sebentar, lalu mengangguk.

“Makasih ya Don.”

Doni spontan menawari botol air. “Minum dulu biar nggak kering tenggorokan nya”

Salsa menerimanya, bibirnya terangkat sedikit. “Hehe, tumben perhatian.”

Doni cuma mengangkat bahu, pipinya sedikit memerah.

Bowo, yang tadi pagi heboh dengan roti panggang, sekarang lagi sibuk mengikat tas peralatan untuk tempur nanti malam.

“Lia, sini deh,” panggilnya. “Kamu kan jago baca arsip-arsip itu. Coba lihat catatan Bu Ratna. Ini kode ruangannya apa ya?”

Lia mendekat, membawa buku catatannya. Rambutnya jatuh menutupi sebagian wajah saat ia menunduk melihat kertas. “Ini kode ruangan catatan medis. Biasanya di rumah sakit dipakai buat arsip pasien lama.”

“Wih, keren,” Bowo bersiul pelan. “Detektif Arsip nih yeee.”

Lia tertawa kecil. “Detektif Arsip?”

“Ya kan kamu bisa baca kode rahasia.Kalau aku cuma bisa masak mi,” jawab Bowo sambil mengedip mata.

Lia menahan senyum, ada rasa hangat aneh di dadanya yang dia sendiri belum tau.

Tak lama setelahnya suara langkah Bu Ratna terdengar. Pintu depan terbuka, Bu Ratna masuk dengan wajah tegas seperti biasa, tapi ada senyum tipis di bibirnya.

“Bagus. Kalian sudah Siap kan semua nya ya?. Biar Ibu cek,” katanya sambil berjalan memutari mereka. Ia menepuk bahu Rian, mengecek tali tambang, mengangguk pada kamera yang dipegang Salsa.

Nada cerewetnya muncul lagi. “Jangan ada yang lupa helm. Jangan ada yang jalan sendiri. karena ini buka agenda bukan jalan-jalan malam. Kalau ada yang sakit atau lelah, bilang.”

“Iya, Bu,” jawab mereka hampir serempak.

Bu Ratna berdiri di tengah ruangan. “Kita turun jam sembilan malam. karena udara malam sudah lebih tenang. Lia, kamu pegang catatan dan foto. Salsa kamu rekam video. Doni bantu backup data. Bowo dan Rian bawa peralatan. Mbak Ningsih catat posisi dan waktu. Semuanya sudah jelas kan?”

“Jelas, Bu!”

Bowo mengangkat tasnya tinggi-tinggi. “Tim Dungeon siap!”

Doni menyahut, “Mode stealth on!”

Mbak Ningsih ikut terkikik. “Mode Excel aktif!

Rian sampai menggeleng-geleng, tapi ikut tersenyum. Suasana jadi ringan lagi walau mereka tahu misi malam ini tidak main-main.

Bu Ratna akhirnya duduk, menatap mereka satu per satu. “Ibu senang kalian bisa bekerja sama dan kompak kayak gini. Tapi tetap ingat ini serius. Kalian boleh bercanda, tapi fokus dan disiplin tetap harus nomor satu.”

“Siap, Bu,” jawab semua.

Tiba-tiba muncul si pocong kucing gembul yang biasa berkeliaran di sekitar kos. Bulunya yang putih, gendut, dan memang sering mengikuti mereka. Malam itu dia melangkah masuk dengan santai, lalu duduk di depan pintu sambil mengeong keras, seakan ikut menyahut briefing mereka.

“Meong…” suara itu panjang seperti sedang menjawab Bu Ratna.

Semua refleks menoleh lalu tertawa bersamaan.

“Ya ampun, Kirain suara siapa apa…” ujar Salsa menutup mulutnya.

"Ternyata Maskot tim dungeon kita yang datang,” celetuk Doni sambil tertawa. “Kucing gembul ini bakal jadi pet support.”

Bowo langsung menepuk lutut. “Ayo sini Cong,. Kamu ikut kita ya nanti malam, jadi scout lagi.”

Kucing itu mengeong lagi lalu menggesekkan badannya ke kaki Lia. Lia spontan mengelus bulu lembutnya. Ada rasa hangat ketika kucing itu seolah memilihnya.

Bu Ratna mendengus tapi senyumnya tak hilang. “Sudah, sudah. Jangan ganggu kucing Pocong lagi. Fokus pada persiapan kita.

Mbak Ningsih justru tertawa geli. “Wah cong sini...

Salsa melirik Doni yang masih mengelus kucing. maskot kos kita lucu' banget ya.

Doni menatapnya sekilas. “Iya,njawab Doni Dengan tersenyum m

“Kayaknya dia suka sama Lia deh,” Bowo menggoda. “Lia itu detektif arsip, sekarang punya fans..

Lia tersipu, “Ah kalian ada-ada aja.” Tapi di dalam hati, ia merasakan dorongan aneh, entah kenapa, kehadiran pocong itu membuatnya sedikit lebih berani.

Bu Ratna akhirnya berdiri lagi, menepuk tangan dua kali. “Oke, briefing selesai. Setelah ini kalian makan dulu, lalu istirahat sebentar. Jam sembilan kita kumpul lagi sini. Peralatan harus sudah lengkap. Jangan ada yang ketinggalan, termasuk mental kalian.”

“Siap, Bu,” jawab mereka kompak.

Mereka pun mulai membereskan alat. Doni membantu Salsa menata kamera, Bowo membantu Lia menyiapkan catatan, Rian dan Mbak Ningsih saling pandang sebentar lalu lanjut mengikat tali bersama. Kucing gembul itu tetap duduk di pojok, mengeong pelan seolah menyaksikan keluarga kecil itu bersiap menghadapi malam.

Di tengah kesibukan itu, ada kehangatan kecil yang tumbuh. Mereka bukan sekadar penghuni kos lagi; mereka jadi semacam tim rahasia yang punya tujuan bersama. Di balik rasa tegang, ada juga rasa nyaman, bahkan benih-benih rasa yang pelan-pelan muncul di antara mereka.

Malam sebentar lagi tiba. Udara luar mulai terasa dingin dan tenang. Satu per satu mereka selesai menyiapkan perlengkapan, sementara di hati masing-masing ada campuran rasa takut, penasaran, dan semangat. Malam ini akan jadi langkah baru untuk mengungkap misteri kos Bu Ratna.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!