NovelToon NovelToon
JODOH WASIAT DEMANG

JODOH WASIAT DEMANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: DUOELFA

"Genduk Mara, putu nayune Simbah Demang. Tak perlulah engkau mengetahui jati diriku yang sebenarnya. Aku ingin anak turunku kelak tidak terlalu membanggakan para leluhurnya hingga ia lupa untuk selalu berusaha membangun kehidupannya sendiri. Tak ada yang perlu dibanggakan dari simbah Demangmu yang hanya seorang putra dari perempuan biasa yang secara kebetulan menjadi selir di kerajaan Majapahit. Kuharapkan di masa sekarang ini, engkau menjadi pribadi yang kuat karena engkau mengemban amanah dariku yaitu menerima perjodohan dari trah selir kerajaan Ngayogyakarta. Inilah mimpi untukmu, agar engkau mengetahui semua seluk beluk perjodohan ini dengan terperinci agar tidak terjadi kesalahpahaman. Satu hal yang harus kamu tahu Genduk Mara, putuku. Simbah Demang sudah berusaha menolak perjodohan karena trah mereka lebih unggul. Tapi ternyata ini berakibat fatal bagi seluruh keturunanku kelak. Maafkanlah mbah Demang ya Nduk," ucap Mbah Demang padaku seraya mengatupkan kedua tangannya padaku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DUOELFA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24

"Dik, bisakah kita bisa bicara sebentar? Aku ingin mengatakan sesuatu padamu," pinta raden soemitro.

Lastri menundukkan wajah dengan dalam. Perempuan itu sedikit pun tak berani menatap wajah calon suaminya tersebut.

"Saya juga ingin berbicara dengan raden. Bolehkah saya yang berbicara terlebih dahulu Raden?" Izin Lastri.

Raden menanggapi dengan anggukan pelan.

"Sa...ya ingin mengatakan permintaan agar raden berkenan untuk tidak menikahi saya. Setelah ini, saya akan ke surau untuk mengemasi semua barang dan saya berencana untuk pergi jauh dari sini. Saya mohon agar Raden tidak mencari keberadaan saya seperti tempo hari. Saya merasa saya adalah perempuan yang tidak pantas bersanding dengan Raden. Saya bukan perempuan yang baik. Saya merasa Jenengan sangat layak dan pantas untuk mendapatkan gadis yang lebih baik dari saya. saya mengucapkan terima kasih tak terhingga karena raden telah berkenan menampung saya disini. Mohon maaf saya merepotkan. Mohon sampaikan rasa hormat dan terima kasih saya pada mbah ibu atas kebaikan beliau berikan pada saya selama ini. Saya tidak mampu untuk pamit sendiri pada beliau karena saya takut tidak bisa mengendalikan diri saya. Saya sudah menganggap mbah ibu seperti ibu saya sendiri. Mohon jaga mbah ibu dengan baik. Tak lupa juga saya harap Raden juga jaga diri baik baik. Saya izin mohon undur diri," pamit lastri.

Raden Mas Demang menatap wajah perempuan yang berada disampingnya dengan seksama.

"Aku tidak ingin mengucapkan banyak kata. Aku hanya ingin mengatakan satu hal padamu. Mohon dengarkanlah perkataanku kali ini. Apapun yang terjadi, aku akan tetap menikahi kamu," balas Raden dengan suara lirih namun terasa ada ketegasan disana.

Lastri melebarkan kedua mata tanda terkejut.

"Tapi Raden ...."

"Aku akan menikahimu tanpa tapi atau alasan apapun dik lastri. Aku akan tetap menikahimu, dengan atau tanpa persetujuanmu. Toh posisimu juga masih seorang gadis. Secara hukum, wali nikah boleh menikahkanmu dengan atau tanpa persetujuan darimu. Aku tidak memikirkan dan tidak peduli apapun. Baik tentang masa lalu atau masa depanmu seperti apa, sumpah dari pak dhemu, kutukan yang terjadi atau pun tidak, atau tentang masa depan kita, tentang keturunan kita kelak. Semuanya adalah takdir dari yang maha kuasa. Keinginanku saat ini hanya menikah dan hidup bersama denganmu. Itu saja."

"Raden, aku tidak bersedia menikah," elak Lastri.

"Maaf dik Lastri. Untuk kali ini aku tak bisa mengabulkan permintaanmu. Maaf juga aku tidak bisa mendengarkan perkataanmu karena saat ini aku tengah menjaga hatiku tidak goyah. Semakin mendengarkan perkataan sumbang, semakin aku bimbang dalam mengambil sebuah keputusan. Aku izin pamit ke belakang untuk mencari mbah ibu. Aku ingin beliau menyaksikan putra semata wayangnya ini mempersunting seorang gadis yang dicintai dengan sepenuh hati."

Wali Hakim dan penghulu tampak menghampiri Raden Mas Demang dengan perasaan bingung. Mereka ingin menanyakan tentang pernikahan. Namun melihat kondisi yang seperti ini, mereka merasa sungkan untuk menanyakan hal itu. Tapi mereka mau tidak mau harus menanyakan hal itu pada Raden karena hari sudah terlihat tampak mulai gelap.

"Raden, saya mau bertanya pernikahan ini akan tetap saya saya lanjutkan?" Tanya pak penghulu sebelum Raden beranjak untuk ke ruang belakang menemui mbah Ibu.

"Pernikahan ini akan tetap saya lanjutkan. Mohon tunggu sebentar. Saya akan meminta ibu saya untuk ke depan untuk menyaksikan pernikahan saya. saya mohon Bapak penghulu bapak wali hakim menunggu sebentar saja karena saya ingin menemui ibu saya. Bila nanti kemalaman, saya akan mengantar panjenengan untuk pulang ke rumah."

"Raden tidak perlu mengantarkan kami pulang. kami bisa pulang sendiri," tolak pak penghulu dengan perasaan sungkan.

"Mohon maafkan saya atas semua kejadian yang terjadi di luar perkiraan saya yang membuat jenengan terlambat pulang ke rumah."

"Tidak apa-apa Raden."

"Terima kasih atas pengertian panjenengan. Monggo dipun sekecakaken. Monggo dipun dhahar dan diunjuk minumannya. Saya izin ke dalem dulu untuk menemui ibu saya,"pamit Raden pada penghulu.

"Inggih raden. Nyumanggaken."

Raden Mas Demang berjalan menuju ke arah belakang rumah untuk menemui Mbah ibu. Sesampainya disana, ia menghampiri Paijo untuk.meminta bantuan darinya.

"Jo, kamu repot nggak?" selidik Raden, takut nanti permintaannya mengganggu keromantisan pengantin baru.

"Mboten raden. Apa jenengan butuh bantuan?" jawab Paijo.

"Wah, ganggu ae aku iki. Sepurane ya. Tolong izin ke istrimu, aku minta tolong kamu awasi surau. Aku ... takut Lastri kabur lagi seperti tempo hari. Hari ini hati dan pikirannya kurang baik. Aku juga takut ia bertindak nekad. Aku ingin matur sesuatu sama mbah ibu, kemudian melangsungkan akad nikah," ucap Raden dengan rasa tidak enak hati.

"Oalah Raden. Koyo nang sopo ae. Inggih raden. Saya akan ke surau sekarang. Saya ajak istri saya untuk nunggu bareng. Sukur-sukur mbak Lastri mau ngobrol sama istriku."

"Cie, istriku saiki. Iso kemlinthi wisan. Terima kasih jo."

"Sami-sami Raden."

Paijo menghampiri istri dan berjalan ke arah surau. Hal itu membuat hati Raden merasa tenang.

Raden menghampiri mbah Ibu yang tengah duduk di dipan yang terbuat dari kayu jati. Ia terlihat duduk bersimpuh dihadapan wanita yang telah melahirkannya tersebut.

"Raden, ternyata di depan tadi ada Pak De Lastri," ucap mbah Ibu dengan lemah lembut.

"Inggih mbah ibu. Saya yang meminta pak Dhe Lastri untuk datang ke rumah. Saya yang meminta beliau untuk menjadi wali nikah Dik Lastri," aku Raden.

"Ibu sudah mendengar semua cerita tentang pak dhe Lastri serta sumpah serapah yang telah dia ucapkan pada keponakannya saat di depan tadi. Bolehkah ibu izin bertanya padamu lee?"

"Inggih mbah Ibu."

"Apa...Raden... tetap ingin melanjutkan pernikahan ini? atau malah sebaliknya?"

"Saya tetap ingin menikahi dik Lastri mbah Ibu. Bila ia tidak menikah denganku, aku tidak bisa melindunginya. Ia hanya perempuan sebatang kara. Ia juga berencana untuk meninggalkanku saat ini. Sungguh.. aku ... tidak ingin kehilangan lastri seperti tempo hari."

Mbah Ibu menatap putranya dengan penuh kasih sayang.

"Tetaplah melanjutkan akad pernikahan Le. Terima semua sumpah serapah dengan hati sabar, tabah dan legowo. Mbah ibu selalu berdoa semoga semua keturunanmu selalu beruntung di manapun mereka berada, terutama untuk perempuan keturunanmu yang begitu sengsara karena kutukan itu. Doa terbaik mbah ibu selalu untukmu dan seluruh keturunanmu."

"Matur nuwun Mbah ibu."

"Lee, kita hidup di dunia ini hanya menjalani semua yang telah diginaris oleh gusti Allah. Kita ini hanya seorang wayang yang manut dengan lakon dari seorang dalang. Kita bisa menghindar atau menolak dari takdir kita. Mbah Ibu akan selalu berdoa, semoga Raden pinaringin sabar selalu dalam menjalani semua takdir dari Tuhan tersebut. Mbah ibu mohon dengan sangat, temanilah calon istrimu dengan baik, cinta dan sayangi dia hingga akhir hayat Raden."

"Inggih Mbah ibu. Matur nembah nuwun atas pangestunipun panjenengan kagem kula, istri dan seluruh keturunan kula. Saya izin melakukan akad nikah sekarang. Saya ingin mbah ibu menemani dan menyaksikan saya mempersunting dik Lastri," pinta Raden.

"Iya Lee."

Mbah ibu beranjak dari tempat duduk dan Raden mengandeng tangan perempuan itu dengan penuh takzim. Mereka berdua berjalan pelan ke tempat akad nikah yang telah tersedia, yaitu di halaman surau.

1
MIROI
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!