Alexander "Lion" Kennedy, mantan komandan pasukan elite terhebat Amerika, sedang menikmati masa pensiunnya yang damai di pedalaman hutan. Namun sebuah kunjungan tak terduga dari Gedung Putih memaksanya kembali ke dunia yang ditinggalkannya - dunia operasi rahasia, konspirasi, dan bahaya yang tak terlihat.
Dengan masa lalu yang penuh luka dan dendam yang belum terselesaikan, Lion harus memimpin misi penyusupan paling berbahaya dalam kariernya. Didampingi oleh Tanikawa, sahabat lamanya yang jenius teknologi, perjalanan mereka segera berubah menjadi permainan kucing dan tikus yang mematikan di jalanan Moskow.
Ketika misi resmi berubah menjadi urusan pribadi, Lion menemukan dirinya terjebak dalam jaringan konspirasi dimana tidak ada yang bisa dipercaya. Setiap langkah membawanya lebih dalam ke dalam labirin pengkhianatan, sementara masa kelamnya terus membayangi setiap keputusan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MR. IRA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7: Teman Lama
"Itu tadi keren, seperti di film!!" ucap Lion saat melihat kejadian tadi.
Mobil Lion terus melaju ke Manchester, tiba-tiba. Ponselnya berdering.
"Kring... Kring... Kring..." suara ponsel.
Lion melambatkan kecepatan mobilnya, lalu satu tangannya mencoba meraih ponsel yang ada di dalam tasnya. Ia berhasil meraih ponselnya, melihat siapa yang meneleponnya lalu mengangkat telepon sambil mengemudi.
"Pak, ini Victor!!" ucap Victor dari balik telepon.
"Ya, ada apa?!" tanya Lion sambil terus fokus ke jalanan.
"Gawat pak, intelejen kita mendapati jika ada salah satu organisasi yang hendak membunuhmu. Dan juga, sekretaris ditemukan tewas di ladang jagung!!" ucap Victor dengan nada tegas.
"Apa? Sekretaris tewas? Organisasi mengincarku? Baiklah!!" ucap Lion.
Lion langsung menutup telepon, meletakkan teleponnya di dasbor mobil. Lalu mencoba kembali fokus untuk misi utamanya.
"Misiku semakin berat, dari tewasnya presiden, sekretaris tewas, dan sekarang. Aku diincar?!" ucap Lion dengan nada cemas yang agak tinggi.
Lion terus berkendara, ia sudah melewati beberapa kota. Dan sekarang, mungkin dia sudah hampir sampai di Manchester. Beberapa jam dia mengemudi, akhirnya Stadion Old Trafford terlihat, itu artinya dia sudah di Manchester.
"Itu dia, aku sudah di Manchester. Dan satu lagi, Manchester is red!!" gumam Lion.
Mobilnya menepi ke pinggir jalan, Lion lalu turun dari mobilnya. Kemudian dia menelpon Tanikawa. Telepon berdering, setelah beberapa saat akhirnya telepon tersambung dengan Tanikawa.
"Lion, kamu sudah di Manchester?!" tanya Tanikawa tanpa basa-basi.
"Ya, sekarang aku harus kemana?!" tanya Lion.
"Aku akan mengirimkan lokasiku sekarang!!" ujar Tanikawa.
Pesan masuk, lokasi sudah jelas. Saatnya dia meluncur.
"Oke, itu dekat. Aku langsung ke sana!!" ucap Lion.
Lion menutup teleponnya, kemudian dia masuk ke mobilnya. Menginjak pedal gas, dan mobil pun melaju ke lokasi yang ditentukan Tanikawa.
Perjalanannya terasa begitu mulus, mengingat dia sudah menjadi buronan oleh organisasi. Setelah beberapa menit mengemudi, Lion berhenti di sebuah gang sempit.
"Gang? Mencurigakan!!" ucap Lion dengan nada penasaran.
Lion memasukkan MP5 yang ada di dasbor mobilnya ke dalam tas, dia lalu mengambil glock 19 yang sudah berada dalam tasnya. Lion mengisi amunisi senjatanya, kemudian mengambil ponselnya sebagai senter. Lion keluar dari mobil, berjalan pelan dan penuh kewaspadaan ke dalam gang yang gelap gulita.
"Ini tempatnya? Apa benar Tanikawa yang mengirim ini?!" batin Lion.
Jantung Lion semakin berdebar, langkah kakinya agak berat untuk memasuki gang itu. Beruntung dia punya ponsel untuk menjadi penerangan di tengah gang yang gelap.
"Halo? Ada orang disini?!" ujar Lion.
Tiba-tiba dari tengah kegelapan, terdengar suara langkah kaki yang berat. Disertai dengan suara yang cukup familiar bagi Lion.
"Lion!!" ucap seseorang itu.
"Siapa?!" ucap Lion dengan meletakkan jaringannya di pelatuk senjatanya.
"Ini aku! Tanikawa!!" ucap Tanikawa.
Lion lalu mengarahkan cahaya ke Tanikawa "Oh, kamu!!" ujar Lion sambil menurunkan glock 19 yang ia pegang.
"Sudah lama kita bertemu, komandan!!" ujar Tanikawa sambil memberikan hormat.
"Iya, kita terakhir bertemu di misi pembersihan para teroris di Timor Leste itu kan?!" ujar Lion sambil sedikit tersenyum.
"Yap, benar sekali. Ternyata ingatanmu masih sangat tajam seperti dulu, komandan!!" ujar Tanikawa sambil melangkah maju ke Lion.
Lion juga ikut melangkah ke depan, kemudian. Dia memeluk Tanikawa sambil sedikit meneteskan air mata.
"Komandan, ayolah. Kita bisa pergi dari gang ini!!" ucap Tanikawa.
Lion menjauh, mengusap air mata yang sedikit mengalir "Maaf, Tanikawa. Ini pertama kalinya aku bertemu dengan teman seperjuanganku dulu!!" ucap Lion.
"Oke, sekarang kita akan kemana?!" tanya Tanikawa.
"Sebenarnya aku sedang dalam misi untuk mencari data penting dari Rusia dan Cina, serta membebaskan para sandra yang mereka tahan. Tapi, misiku tidak berjalan mulus. Presiden mati, aku menjadi buronan sesaat di Irlandia Utara, dan menjadi incaran oraganisasi!!" ujar Lion sambil memukul dinding dengan keras.
"Aku bisa membantumu menjalani misi, dan mengantarkanmu ke Moskow. Tapi, aku hanya bisa membantu di Rusia!!" ujar Tanikawa dengan sedikit tersenyum.
"Dan satu lagi, aku juga mencari Nadachi Hashimura! Dia bilang saat terjun ke markas musuh di Rusia!!" ucap Lion dengan nada tegas.
"Apa? Nadachi Hashimura hilang? Dia kan salah satu dari 50 orang dengan kemampuan inflirtasi terhebat di Jepang. Bagaimana bisa?!" tanya Tanikawa dengan nada cemas.
"Tidak tahu," jawab singkat Lion.
"Ya sudah, kita sekarang ke rumahku sebentar untuk beristirahat. Kemudian langsung ke Rusia!! Kamu bawa mobil kan?!" tanya Tanikawa.
"Tentu!!" jawab Lion sambil berjalan ke luar gang.
Langkah mereka cukup cepat, mobil Lion diparkirkan cukup dekat dengan gang. Mereka berjalan, setibanya di mobil.
"Masuk," ucap Lion sambil masuk ke dalam.
Lion dan Tanikawa kemudian masuk ke dalam mobil, di dalam mobil. Tanikawa agak terkejut dengan bekas peluru yang berceceran di dalam, dan terlihat ada MP5 di dasbor mobil.
"Wow... Wow.... Ini ada apa, apa kamu tadi memainkan senjata ini?!" ucap Tanikawa dengan nada penasaran.
"Iya, tapi hanya untuk menetralisir polisi yang mengejarku saat di Irlandia Utara!!" ujar Lion mencoba menjelaskan.
"Hmmm.... Okey, sekarang kita menuju ke rumahku!!" ujar Tanikawa.
Lion menginjak pedal gas, mobil melaju dengan cukup cepat. Di perjalanan, Lion tanpa sengaja melihat sebuah mobil van hitam dari spion mobilnya.
"Tanikawa, lihat ke spion!!" ujar Lion.
Tanikawa mengikuti arahan Lion, lalu dia menatap ke arah Lion "Lion, mungkin mereka dari organisasi yang mengincarmu!!" ucap Tanikawa dengan hati-hati.
"Jangan gegabah, mungkin itu cuman kebetulan. Tapi, ambil Barrett M82 di tasku. Tembakkan melalui kaca belakang mobil ini kalau bener itu dari organisasi yang dikatakan Victor!!" ujar Lion dengan satu tangan memegang kendali, sementara tangan lainnya menunjuk tasnya.
"Oke, aman!!" ujar Tanikawa dengan membuka tas Lion.
Tanikawa membuka tas Lion secara perlahan, dia mengambil Barrett M82. Kemudian dia memasukkan beberapa peluru untuk ditembakkan. Tanikawa berpindah ke kursi belakang, mencoba memgincar pengemudi van dari dalam mobil Lion.
"Ahg... Ini sulit!!" desah Tanikawa.
Mobil Lion melewati perempatan, Lion berbelok ke kanan. Van hitam itu tiba-tiba menghilang dari penglihatan Lion dan Tanikawa.
"Lion, van itu hilang. Padahal sudah ku amati menggunakan scope Barret," ucap Tanikawa dengan kesal. Dia lalu berpindah lagi ke kursi depan.
Tanikawa lalu memasukkan Barrett M82 kembali ke dalam tas Lion.
"Apa mereka hanya mengawasi kita?!" tanya Tanikawa sambil terus melihat ke spion.
"Entahlah, mungkin saja!!" ucap Lion.
Mobil terus melaju dengan lebih cepat, setelah beberapa menit mereka berkendara. Akhirnya sampai di rumah Tanikawa, rumah modern yang besar. Dengan parkiran helikopter di halamannya.
"Tanikawa, rumahmu masih sama seperti dulu. Megah dan mewah!!" ujar Lion sembari memarkirkan mobilnya ke bagasi.
"Sudahlah, kemasi barang-barangmu. Ayo masuk," ujar Tanikawa sambil berjalan keluar dari mobil.
Lion memasukkan MP5-nya ke dalam tas. Ia lalu menggendong tasnya, kemudian ia masuk ke dalam rumah Tanikawa.
"Selamat datang di rumahku. Rumah yang pernah kita jadikan tempat uji coba bom yang kita rakit!!" ujar Tanikawa dengan tertawa.
"Hahahha, Tanikawa. Itu sudah sangat lama," ujar Lion sambil duduk ke sofa dan meletakkan tasnya ke meja.
"Jangan disana, nanti istriku bisa membunuhku!!" ujar Tanikawa saat melihat Lion duduk di sofa bermotif.
"Takut istri? Veteran perang mana yang takut dengan istrinya?! Hahahahahhahhah!!" ujar Lion sambil tertawa terbahak-bahak.
"Sayang!! Jangan berisik!!" teriak istri Tanikawa dari lantai atas.
Lion langsung berhenti tertawa "Iya!!" jawab Tanikawa.
"Kita langsung ke ruang kerjaku saja," ujar Tanikawa sambil berjalan ke ruang kerjanya.
Lion berdiri, menggendong tasnya lagi. Lalu mengikuti Tanikawa ke ruang kerjanya. Mereka masuk ke ruang kerja Tanikawa, disana hanya terlihat bendera Jepang dan Inggris, serta laptop. Namun yang paling membuat Lion penasaran adalah sebuah rak buku tanpa buku satu pun.
"Tunggu, kenapa tidak ada buku disana?!" tanya Lion dengan curiga.
"Ah, itu jalan menuju ruang rahasiaku. Bahkan, istriku tidak tahu itu!!" ujar Tanikawa dengan mengambil tiga buku.
Buku ia letakkan satu persatu ke beberapa tempat, lalu. Lampu di ruangan langsung berkedip dengan sangat cepat, lalu rak itu perlahan-lahan bergeser.
"Ayo masuk!!" seru Tanikawa.
Bersambung...