Mungkin berat bagi wanita lain menjalankan peran yang tidak ia inginkan. Tetapi tidak dengan Arumi yang berusaha menerima segala sesuatunya dengan keikhlasan. Awalnya seperti itu sebelum badai menerjang rumah tangga yang coba ia jalani dengan mencurahkan ketulusan di dalamnya. Namun setelah ujian dan cobaan datang bertubi-tubi, Arumi pun sampai pada batasnya untuk menyerah.
Sayangnya tidak mudah baginya untuk mencoba melupakan dan menjalani lagi kehidupan dengan hati yang mulai terisi oleh seseorang. Perdebatan dan permusuhan pun tak dapat di hindari dan pada akhirnya memaksa seseorang untuk memilih diantara mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Pulang
Bab 29. Pulang
POV Dimas
Badanku terasa lengket semua. Tapi masih ada tempat yang aku tuju sebelum pulang ke rumah. Aku harus menemui Mama dulu. Entah ada masalah apa sampai beliau terdengar marah saat berbicara di telepon.
Waktu menujukan pukul 8 malam saat aku tiba di rumah kedua orang tuaku. Lampu rumah masih menyala di dalam. Sepertinya Mama benar-benar menunggu kepulanganku.
"Assalamualaikum..." salamku.
"Wa'alaikumsalam, Den. Ibu sama Bapak menunggu di ruang tengah." Kata ART yang sudah 20 tahun bekerja pada orang tuaku.
"Iya Bi."
Aku pun melangkah menuju ruang tengah. Benar, ada Mama dan Papa yang duduk disana, juga Tante yuni. Buat apa Tante Yuni ikut duduk di sini?
"Ma, Pa, Tante."
Aku menyalami semuanya satu persatu. Kemudian duduk di sofa kosong di antara mereka.
Koper masih di dalam bagasi mobil. Arif kusuruh menunggu ku di luar.
"Ada apa Ma?" Tanya ku mempersingkat waktu.
Mama menatap ku serius.
"Mama dan Papa ingin tahu. Apa kamu sudah tahu kalau istrimu itu pernah menjanda?"
Aku mengerutkan dahi. Dari mana Mama tahu? Rasanya aku tidak pernah bercerita.
"Jangan bertanya Mama tahu dari mana."
Mama seperti cenayang yang bisa membaca pikiran ku saja. Padahal masalah ini ingin aku beritahu pelan-pelan suatu hari nanti.
Baiklah, lebih baik aku diam dulu mendengar semuanya dari Mama.
Mama menghela napas.
"Renata gadis yang buruk karena kabur meninggalkan mu. Mama kira Arumi itu gadis yang baik. Ternyata sama saja! Malah lebih parah sudah pernah menikah dan menjadi janda! Tante mu mendengarkan langsung pembicaraan mereka. Arumi bertemu dengan Renata di sebuah kafe.
Oh, jadi itu alasannya. Kabar yang di berikan oleh Pak Hasan. Sepertinya aku sudah tahu kata-kata apa selanjutnya.
"Mama dan Papa sudah sepakat, untuk tidak menerima Arumi sebagai menantu kami!"
Benar saja, tebakan ku. Aku tersenyum getir dalam hati. Ternyata Mama dan Papa langsung memberi ultimatum tanpa mendengar penjelasan dari ku apalagi dari Arumi sendiri. Sepertinya ini ulah tanteku yang begitu ingin menjodohkan aku dengan Sofia.
Apa alasan tante sebenarnya?
"Ini masalah rumah tangga Dimas Ma, Pa. Biar Dimas yang putuskan. Dimas memang sudah tahu Arumi pernah menikah sebelumnya dan bercerai. Tapi ada alasan Dimas masih bertahan sampai sekarang."
"Dia tidak cocok untuk martabat keluarga kita Dimas. Jangan buat malu keluarga!" Bantah Mama.
Entah kenapa kali ini mendengar kata martabat keluarga begitu menyesakkan dadaku. Ada gejolak dalam hati yang tidak setuju mendengar kata 'martabat' itu. Hati kecilku berkata ini bukan salah Arumi. Dia juga korban dalam pernikahannya sendiri sebelum menikah dengan ku.
Aku lihat Papa hanya Diam memandang siaran televisi. Tapi aku yakin papa mendengarkan pembicaraan kami.
"Ma, tolong biarkan Dimas menentukan sendiri urusan rumah tangga Dimas. Selama ini Arumi tidak pernah berbuat masalah. Bahkan dia gadis yang baik. Bukankah Mama lihat sendiri, bagaimana dia bersikap selama ini?"
"Itu bukan alasan Dimas. Statusnya yang pernah menjadi janda pasti ada sebab karena dirinya sendiri!"
"Ma, Arumi tidak begitu. Dimas tahu betul apa yang terjadi dalam rumah tangganya dulu."
"Rupanya kamu sudah di butakan oleh wanita itu Dimas! Kamu sepertinya sudah termakan cinta palsu darinya."
Benarkah aku sudah jatuh cinta pada Arumi?
"Jangan berkata seperti itu Tante. Tante harusnya tidak ikut campur masalah ini!"
Aku sudah cukup geram dengan Tante ku saat ini. Pasti semua ini karena hasutannya.
"Dia itu sepupu Renata yang kabur itu. Pastilah sifatnya tidak jauh berbeda makanya dia menjadi janda!" Tuding Tante ku.
Aku menghela napas berat sembari mengusap wajahku. Tubuhku sudah sangat letih, otakku sudah lelah di forsir bekerja akhir-akhir ini. Kini di hadapkan pula dengan situasi dimana keluarga ku mulai menentang pernikahan ku dengan Arumi.
"Pa, besok Dimas berangkat ke Jambi. Masih banyak urusan yang harus Dimas selasaikan. Papa tahu kan?"
Aku harap Papa ku mengerti kondisi ku saat ini.
"Ehem! Pulanglah." Ujar Papa padaku. "Biarkan Dimas beristirahat. Setelah urusan bisnis selesai, biarkan dia memutuskan setelahnya." Kata Papa lagi. Mungkin di tujukan pada Mama dan Tante Yuni.
"Ck! Pa...."
"Sudahlah Ma. Biar Dimas beristirahat. Beri dia waktu."
Syukurlah, Papa mengerti maksud ku. Meski Mama terlihat cemberut, setidaknya aku bisa mengulur waktu sesaat.
Ini bukan hal yang bisa di putuskan begitu saja. Lagi pula, aku sudah tidak mempermasalahkan masa lalu Arumi. Aku ingin menjalani rumah tangga yang semestinya dengannya.
Setelah urusan bisnis selasai, aku akan membujuk Mama dan Papa. Itulah rencanaku.
"Terima kasih Pa. Kalau begitu Dimas pulang dulu. Besok Dimas berangkat ke Jambi. Assalamualaikum..."
"Wa'alaikumsalam..." Jawab semuanya serempak.
Tidak membuang waktu, aku segera beranjak meninggalkan Mama, Papa dan juga Tante ku menemui Arif yang sudah menungguku di halaman rumah. Begitu melihat aku di keluar dari pintu, dia dengan sigap segera memasuki mobil dan bersiap mengantarkan ku pulang.
"Besok mau berangkat jam berapa Pak?"
"Penerbangan jam 10 saja Rif., aku ingin tidur lebih lama."
"Baik Pak."
Arif segera melaju membelah jalan menuju rumah ku. Aku menyandarkan tubuh ku sembari mengecek handphone ku dan membalas beberapa pesan penting di sana.
Lalu sebuah pesan menghentikan gerakan tanganku. Nomor asing yang tidak aku kenali tapi menyebut namaku di awal kalimat chatnya. Penasaran aku pun membuka isi pesan itu. Ternyata dari Sofia, ku yakin Tante Yuni yang memberikan nomorku padanya.
Ck! Bikin repot saja!
Ku abaikan pesan itu meski sudah aku baca. Lalu aku menatap ke luar jendela ketika mobil berjalan pelan dan berhenti dijalan karena macet sesaat.
Banyak pedagang kaki lima berjualan di pinggir jalan. Ternyata mobil ku sedang melintasi alun-alun kota yang sedang banyak di kunjungi warga Bandung padahal jam sudah menunjukan angka 10 malam.
"Apa alun-alun selalu seramai ini?" Tanyaku pada Arif.
"Ini malam minggu Pak. Memang selalu ramai pada malam mingguan."
Tiba-tiba timbul ideku untuk membeli jajanan kaki lima di pinggir jalan ini. Apalagi aku baru ingat tidak membelikan oleh-oleh untuk Arumi.
"Bisa menepi sebentar Rif?"
"Baik Pak."
Mobil di bawa ke pinggir oleh Arif.
"Ayo turun." Ajak ku.
Arif menuruti perintah ku tanpa bersuara. Aku tahu dia juga lelah, sama lelahnya seperti aku. Siapa suruh jadi anak buahku.
"Mana jajanan yang enak?"
Bisa kurasakan Arif menoleh padaku meski aku tak melihatnya. Dia pasti heran karena tidak pernah melihatku mau makan jajanan kaki lima ini.
"Bukan buat ku. Ehem... Bibi ART mungkin suka jajanan seperti ini."
Ck, biarlah dia mikir sesuka hati. Aku malu harus menyebut nama Arumi.
"Cepat! Pilihkan."
Kulirik orang kepercayaan ku itu terkekeh tanpa suara. Ah, menyebalkan!
"Umumnya para gadis suka cilok pedas, cireng, juga basreng. Dan lagi digemari saat ini seblak. Tapi kalau seblak lebih enak makan di tempat."
"Belikan saja."
"Baik Pak. Seblak juga?"
"Katamu itu lebih enak dimakan di tempat?"
"Benar Pak."
"Kalau yang itu tidak usah."
"Siap Pak".
Arif lalu mencari jajanan yang di sebutkan tadi. Aku hanya mengekorinya dari belakang.
Aku membayangkan binar mata Arumi menyambut jajanan ini sembari tersenyum senang. Seperti senyumnya yang menggemaskan saat kami makan di Mall waktu itu. Memikirkannya membuat ku tersenyum sendiri.
Ku lihat seorang wanita tersenyum padaku. Senyum ku langsung redup dan kembali memasang ekspresi datar. Ck, sudah gila aku rupanya.
Bersambung...
Jangan lupa dukung Author dengan like dan komen ya, terima kasih 🙏😊
apa ini... jgn bilang ini akal2an renata n mau jebak dimas.. mau bikin huru hara itu kayaknya si ulet bulu🙄🙄🙄 moga arif bisa nolong dimas andai semua ini jebakan si renata
mom...aku terkontaminasi ini..🙃🙃🙃🙃🙃🙃🙃